#Rasa 006 : Kabar dari Solo

93 21 9
                                    

R A H M A

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R A H M A

Andrean Seta.

Satu nama yang kerap kali membuat jantung gue berhenti sejenak dari tugasnya lalu kembali memompa aliran darah kelewat cepat. Dulu, bukan sekarang. Semua masih sama, yang membedakan adalah rasanya.

Jika dulu gue merasa teramat senang, sekarang gue merasa teramat sakit.

Memang benar kata Aci, pembunuhan itu gak ada apa-apanya dibandingkan sama pengkhianatan. Lebih kejam, lebih menusuk, dan jelas ... bekasnya teringat sepanjang hayat. Seperti gue yang dikhianati Mas Dean.

Hari ini, setelah sekian bulan gak mendengar atau mencoba cari tahu kabar Mas Dean, toh rupanya datang sendiri tanpa gue minta. Dan sayangnya, yang datang kabar buruk juga memilukan.

He was injured by an incident, dan belum sadar sampai detik ini.

Dari sudut terdalam relung hati gue, ada seonggok sesal mengungkung. Penyalahan atas diri sendiri kalau sebab-musabab Mas Dean bisa mengalami tragedi itu pasti sedikit-banyak karena gue. Walau logika mengatakan, belum tentu.

Gue baru aja bisa merasakan tawa yang begitu lega ketika mengobrol sama Kak Brian, baru aja. Belum lewat lima sekon, tapi siapa sangka masa depan bisa jungkir balik sebegininya?

“Ra, ada apa?”

Bahu gue otomatis menjauh saat tangan Kak Brian menyentuhnya. Bukannya gue jahat, insting preventif gue langsung menyala setiap ada kabar gak mengenakkan.

“Eh, sorry kalo lo gak suka. Gue gak maksud kurang ajar.”

Nah, it’s okay. Kak Brian gak salah kok,” sanggah gue membenarkan. “Aku yang harusnya minta maaf karena bertindak gak sopan ke Kak Brian, maafin aku.”

Air mata gue hampir tumpah, gak bisa. Di sini ada Kak Brian, orang yang pernah tau apa yang terjadi antara gue sama Mas Dean. Kalau sekali lagi gue nangis karena orang yang sama depan dia, apa katanya nanti?

“Kak, aku pamit tidur duluan ya. Baru inget besok ada yang harus diurus pagi-pagi.”

Air muka Kak Brian kelihatan bingung juga ragu bersamaan tapi yang dia bilang ke gue adalah, “Ooh gitu? Yaudah, istirahat aja, Ra. Sleep tight, semoga besok acaranya lancar ya.”

Sebagai balasan gue mencoba tersenyum tulus. “Makasih ya, Kak Brian juga jangan kelamaan begadang. Gak bagus buat kesehatan.”

“Siaaap, Komandan!”

Maaf ya, Kak. Aku terpaksa bohong, karena gak mungkin buat aku berbagi kesedihan sama orang yang berbagi kebahagiaan sama aku.

 Aku terpaksa bohong, karena gak mungkin buat aku berbagi kesedihan sama orang yang berbagi kebahagiaan sama aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S E N A N D I K A  2.0 | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang