“My darling,
You hold so much sadness
in your eyes.I can almost touch
the scars of your soul
and cry.”— Alexandra Vasiliu
Pesta resepsi Maudy dan Saga untungnya masih bisa berjalan lancar meski sedikit ribut sebab insiden Nayla pingsan ditambah munculnya Divya bersama balita bernama Rona tadi. Atreo selaku salah satu pihak yang turut mengurus resepsi Saga serta merta menangani keributan kecil itu dengan cepat bersama Thala. Sementara yang lainnya—Ashita, Divya, Adimas, Ditto, dan Paduka—membawa Nayla ke hotel tempat mereka menginap.
Kenapa tidak ke rumah sakit? Oh, tentu berbahaya. Wartawan haus berita dan masyarakat julid pasti memanfaatkan itu untuk membuat berita tak benar.
“Keputusan gue datang ke pesta Ody emang tepat.” Kembali berujar, “Nayla sering pingsan kaya tadi, Sih?”
Ashita melirik Divya yang barusan berucap. Sisa air mata masih hinggap di wajah cantiknya yang terpoles riasan cukup tebal. Iya, Divya si gahar menangis cukup lama saking paniknya akan keadaan Nayla.
“Enggak, baru kali ini, Teh.”
Gantian dia menatap Rona yang sedari tadi memegangi tangan Paduka, erat. Paduka sendiri hanya diam membiarkan gadis kecil itu melakukan apa yang dia mau. Lucu sekali.
“Siapa tuh? Anaknya Teh Yona?”
“Hah? Oh, bukan.” Tangan lentik nan kurus milik Divya menyugar rambutnya ke belakang. “She’s my daughter.”
“Anak angkat maksud lo? Apa anak asuh?”
“Dia anak gue, anak kandung gue. She’s my biologist daughter, Ashita Soteria.”
“....”
“Apa pun yang mau lo katakan, simpan dulu. Nanti gue kasih tau bareng sama yang lain.”
“Gimana bisa?!”
“Harus bisa, karena gue gak mau jelasin sekarang,” ucap Divya pelan. “Gak sampai Rona belum tidur.”
“Yaudah tidurin aja!”
Divya berdecak. “Sejak kapan lo berani memaksa gue kaya gini?”
Tell me something, girl
Are you happy in this modern world?
Or do you need more?
Is there something else you're searching for?“You left us for years, Divya. Apa menurut lo gak ada yang berubah selama itu?” cecar Ashita kesal. Sejujurnya dia tidak menyangka suaranya akan setinggi ini, tapi apa boleh buat? Sudah kadung keluar juga. “Lo pergi tanpa kasih tau mau ke mana dan sama siapa, kita semua panik sampai Teh Yona kasih tau semuanya. Dan baru tahun kemarin lo kabarin kita setelah Thala liat iklan krim lo, tapi beberapa bulan kemudian lo menghilang lagi. Tanpa kabar, gak bisa dihubungi.”
Di ujung ruangan, Paduka menonton adu lakon dramatis itu bersama Rona yang baru saja jatuh terlelap dalam pangkuannya. Matanya menangkap kesedihan dan rasa bersalah lewat gerak-gerik Divya. Sama seperti Ashita, ada hal yang ingin ia tanyakan. Tidak hanya satu-dua, banyak.
Banyak sekali.
“Too much to tell, Darling. Semalam suntuk gak akan cukup buat nampung seluruh cerita gue selama tiga-empat tahun ini.”
“Lo punya banyak waktu, Divya. Cukup, dan lebih dari semalam suntuk selama hampir 4 tahun.” Ashita menatap nanar mata Divya dalam kekecewaan. “Lo punya, tapi lo gak lakukan. Kenapa? Kalau boleh gue tebak, lo gak siap atau ... lo gak mau.”
KAMU SEDANG MEMBACA
S E N A N D I K A 2.0 | ✔
RomanceSegala hal di dunia hanya sekali, setidaknya. Sekali hidup, sekali mati. Namun, ada juga hal yang terjadi beberapa kali seperti banjir di ibu kota atau demo akibat pendapat yang selalu diajukan tak kunjung menjadi nyata. Perihal perasaan, misal. Ba...