Sudah terhitung empat hari dengan hari ini, Imel belum masuk juga membuat sahabat-sahabatnya makin dirundung rasa cemas. Menunggu tiga hari yang masih tersisa, karena menurut kesepakatan kemarin, mereka akan langsung melapor ke pihak yang berwajib kalau dalam waktu seminggu Imel tidak kunjung bisa dihubungi atau diketahui keberadaanya oleh mereka.
Saat itu jam pertama adalah pelajaran olahraga. Seperti biasanya, semua teman-teman sekelas Amara sedang berkumpul di lapangan sekolah, karena hari ini Pak Sam, sang guru olahraga akan mempraktekkan tentang permainan bola besar.
Beberapa murid cowok sudah bersiap memainkan bolanya, tanpa diduga dari arah ruang guru terlihat sosok Imel berlari mendekati kerumunan murid cewek, dan menghampiri ketiga sahabatnya.
Amara, Maya, dan Luna tampak kegirangan melihat kedatangan Imel, saking senangnya mereka langsung memeluk Imel sambil menjerit kegirangan. Maya malah sambil lompat-lompat seperti anak kecil begitu menyambut kedatangan sahabatnya itu.
“Mel lo kemana aja sih? kangen…” tak henti-hentinya ketiga sahabatnya itu memeluk Imel dengan penuh kehangatan.
Saking menahan rindunya, seolah mereka tak bertemu begitu lamanya, padahal baru tiga hari ini Imel tidak masuk sekolah.
Mungkin kebersamaan mereka tanpa Imel begitu hampa, sehingga meninggalkan bekas kerinduan yang kini bisa mereka tumpahkan setelah mereka bisa bertemu kembali.“Gue nggak kemana-mana kok? Kemaren itu gue ke rumah eyang di yogya,” jawab Imel sambil melepaskan pelukan ketiga sahabatnya, mencoba tersenyum tipis, dari nada bicaranya seolah ada yang ia sembunyikan entah apa? tapi itu sepertinya sangat tak ingin ia ungkapkan di depan semua orang.
Belum lama mereka mengobrol, Pak Sam sudah membunyikan peluit yang selalu tergantung di lehernya dengan sangat keras, serta memberi aba-aba untuk bersiap dengan bola yang sudah mereka pegang secara berkelompok tersebut.
“Kita lanjutin nanti saja ceritanya habis jam olahraga,” saran Luna kemudian saat melihat situasi yang tak lagi memungkinkan mereka untuk saling mengobrol, karena semua temannya sudah berbaris untuk mendengarkan pengarahan dari Pak Sam terlebih dahulu.
Ketiganya mengangguk secara bersamaan dan segera menuju barisan teman-temannya yang sudah bersiap di tengah lapangan.
Setelah mendapatkan pengarahan semua murid mulai berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan mulai berkegiatan dengan apa yang sudah diintruksikan oleh sang guru tersebut.
Semua murid nampaknya menikmati jam pelajaran olahraga ini, dan sepertinya mereka seolah berharap waktu tak berlalu begitu saja, tapi tidak bagi ketiga sahabat Imel, sepertinya waktu terasa lambat karena mereka sudah tak sabar ingin mendengar semua cerita Imel selama dua hari ke belakang. Terdorong oleh rasa penasaran mereka saat mengunjungi rumah Imel tempo hari, serta ketika mereka mendengar penuturan dari adiknya.
“Aduh tangan gue pegel semua nih!!” celetuk Maya sambil memijit-mijit tangannya.
“Sama gue juga,” sambung Amara dan Luna berbarengan. Hanya Imel yang tampak terdiam tak bersuara. Wajahnya terlihat agak murung.
Saat itu mereka baru saja beristirahat setelah jam pelajaran olahraga, yang dirasa cukup melelahkan karena harus mempraktekkan semua teknik dan gaya dalam membawa bola dalam sebuah permainan secara berkelompok.
Akhirnya mereka beristirahat dibawah pohon yang rindang di taman depan sekolah sambil menikmati semilir angin sepoi-sepoi, yang seolah-olah sedang membelai tubuh penuh lelah mereka berempat.
“Mel, sebenarnya apa yang terjadi sama lo?” Akhirnya Amara menanyakan pertanyaan yang sudah dipendamnya sejak mereka bertiga pulang dari rumah Imel kemarin.” Kalau lo punya masalah kenapa nggak cerita ke kita-kita sih?” lanjutnya masih menatap lekat wajah Imel.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Teen FictionAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...