Hari ini Arga sengaja pulang ke rumah, niatnya sudah bulat bahwa sebelum Arya melangsungkan pernikahannya, ia akan berterus terang dan mengatakan tentang hubungannya selama ini dengan Rianti, dan juga akan segera menikahinya.
Apapun yang akan dikatakan oleh kakaknya itu, ia sudah siap menerima segala konsekuensinya, biarpun nantinya entah itu persetujuan atau pertentangan dari Arya.
Dalam hati, Arga sudah menetapkan pilihan hidupnya di masa depan, kebahagiaannya adalah bersama dengan Rianti.Tidak ada lagi apapun atau siapapun yang bisa membuat mereka terpisah lagi, cukup kesalahan di masa lalu yang sudah membuat mereka menderita dan merasa tidak berdaya, dimana saat itu mereka masih terlalu muda untuk menanggung segalanya.
Namun, seiring berjalannya waktu. Sekarang ini keduanya telah sama -sama dewasa dan sudah cukup saling memahami, rasanya tak ada lagi yang bisa menghalangi mereka untuk merasakan kebahagiaan yang sejati.
Sore itu, selama Arga menunggu Arya pulang dari kantor, Amara hanya berdiam diri di dalam kamar dan sepertinya ia tak ingin menemui apalagi berbicara lebih banyak dengan Arga. Tidak seperti kebiasaan lamanya yang selalu membuat Arga kewalahan dengan sikap manja dan kekanakkannya.
Begitupun, sesudah Arya tiba di rumah, Amara masih terlihat betah di dalam kamarnya, hanya ketika makan malam akhirnya dengan perasaan tak seperti biasanya ia duduk bertiga bersama papanya dan Om Arganya.
"Lagi banyak tugas kayaknya nih, dari tadi Om dicuekkin saja," Arga mulai membuka kehangatan seperti saat makan malam di hari -hari sebelumnya.
"Iya, dari tadi papa perhatiin kamu banyak diam di kamar, giliran Om kamu nggak ada di rumah kamu nanyain, sekarang sudah ada di sini, eh malah di diemin, gimana sih?" Arya ikut nimbrung sambil menggoda putrinya itu.
Amara memperlihatkan senyuman tipis ketika mendengarnya, ia merasa betapa canggungnya sekarang ini. Akhirnya ia hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Iya, Om. Ara lagi banyak tugas, maaf yah... lagian ujian sekolah tinggal sebentar lagi."
Arga menanggapinya dengan senyuman pula. Sepertinya ia maklum dengan semua tugas sekolah keponakannya itu, apalagi sekarang ini hampir dekat dengan waktu ujian.
"Ya sudah, Om ngerti kok." Arga sepertinya tak ingin mengganggunya lagi dan tidak bertanya lebih jauh.
"Tapi sejak beberapa hari belakangan ini, papa lihat kamu kayak murung gitu, apa ada yang gangguin kamu di sekolah," Secara tidak langsung Arya menjelaskan keadaan Amara di depan Arga.
"Nggak, nggak ada, pa. Ara cuma suka pusing aja sama tugas yang harus dikerjain, apalagi tugas sekolah yang Ara nggak ngerti gitu," Amara mencoba beralasan supaya papanya tidak menanyainya lagi.
"Kenapa nggak minta bantuan sama kakaknya Maya yang teman kamu itu, yang namanya... Panji, ya Panji kalau nggak salah," tiba -tiba Arga menyela dan menyebut nama Panji, membuat Amara menghentikan aktivitas mengunyah makanannya.
"Kan anak itu pintar juga, coba kalau ada tugas banyak kayak gitu ajak dia main sambil belajar bareng di sini, siapa tahu dia bisa bantu dan ngajarin kamu pelajaran yang sulit," lanjut Arga lagi yang kini membuat Amara hampir tersedak oleh makanan yang akan ditelannya.
"Euhh... iya juga, ide bagus tuh, papa setuju. Lain kali kamu ajak Maya sama kakaknya belajar di sini," Arya tampaknya setuju sekali dengan saran dari Arga.
"I...Iya, pa. Nanti akan Ara ajak deh," Amara menghela napas perlahan sambil tersenyum mendengar kata -kata papanya itu.
Padahal dalam hatinya, ia mau saja kalau belajar bareng dengan Panji, tapi kalau mengajak Maya juga sepertinya bukan pilihan yang tepat, tidak akan pernah, sampai kapanpun. Kalaupun terpaksa, pasti Panji yang tidak akan pernah mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Fiksi RemajaAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...