Pagi ini Arga terlihat sangat senang, wajahnya begitu cerah setelah semua percakapannya tadi malam dengan Arya. Di luar dugaan kakaknya itu sudah merestui hubungannya, apalagi yang harus dicemaskan, hanya tinggal menunggu waktu saja, dia dan Rianti akan bersama dan tidak akan berpisah lagi selamanya.
Arya sudah terlihat menunggunya di meja makan, saatnya mereka untuk sarapan. Dia sudah bersiap untuk pergi ke kantor, sepertinya sedang menunggu Amara yang masih belum keluar dari kamarnya.
"Selamat pagi, mas." Arga menarik kursi tepat di depan kakaknya itu.
"Pagi juga, Ga," balas Arya sambil menoleh.
"Sepertinya masih pagi sekali, Ara belum kelihatan keluar dari kamar," Arga melihat sekelilingnya ketika tidak melihat keponakannya itu duduk dan memulai sarapan bersama mereka.
Arya tersenyum ketika mendengarnya dan langsung berkata, "dia sudah berangkat sekolah sejak pagi tadi, kau saja yang bangunnya kesiangan, Ga."
"Lho kok?" Arga langsung bengong menyadari bahwa sebenarnya Amara memang sudah pergi sejak pagi tadi, perkiraannya kali ini ternyata meleset.
"Apa Ara sudah tahu tentang kalian?"
Wajah Arya terlihat agak ragu kali ini, memikirkan putrinya itu memang selalu saja membuatnya merasa cemas sekaligus bangga, ketika pertama kali ia mengenalkan Nindi sebagai calon istrinya, putrinya itu bisa menerimanya dengan begitu mudah, dan beradaptasi dengan cepat setelahnya, mungkin waktu itu karena wanita yang diperkenalkan padanya adalah gurunya di sekolah, bisa saja begitu.
Namun, untuk saat ini apa ia bisa terima dengan sebuah kenyataan baru, bahwa Omnya akan sekaligus menjadi papanya kelak jika menikah dengan mamanya.
"Aku dan Rianti belum memberitahunya sampai sekarang, tapi secepatnya aku akan berterus terang tentang semua ini padanya, mas."
"Aku harap dia bisa memahami semua nya, Ga. Bagaimanapun juga, dia masih terlalu kecil dan aku rasa pikirannya masih labil untuk bisa menerima hal besar seperti sekarang ini, apalagi hubungan yang telah terjadi di antara kita, sangatlah rumit untuk anak seumuran dia."
"Ya kamu benar, mas. Itulah yang selalu Rianti khawatirkan selama ini," Tatapan Arga seketika melemah dan terlihat begitu sayu, mengingat semua ucapan Rianti yang selalu saja mengkhawatirkan perasaan Amara.
"Tapi aku yakin, mas. Ara pasti akan menerima semuanya dengan mudah, aku sudah tahu semua sifatnya selama ini."
"Aku harap juga seperti itu, Ga."
Kedua pria tersebut akhirnya harus menghentikan percakapan mereka, karena Arya sudah harus pergi ke kantor, selain waktu yang sudah berlalu begitu saja, Arya juga mengatakan kalau hari ini ia telah membuat janji untuk bertemu dengan salah satu kliennya.
Dan sepertinya Arga juga harus bergegas untuk menuntaskan hasil rancangannya yang sudah dipesan oleh salah satu costumernya. Beruntungnya gaun pernikahan untuk calon kakak iparnya sudah ia siapkan sejak seminggu yang lalu, jadinya akhir -akhir ini waktunya tidak begitu banyak tersita oleh bermacam pekerjaan.
------------
"Kenapa kamu lebih milih cewek aneh itu daripada aku, apa bagusnya dia dibanding sama aku," terdengar suara lirih Audra, matanya menatap cowok yang pernah jadi pacarnya beberapa waktu lalu.
Ada nada kecewa bercampur marah dari ucapannya, cewek itu sangat kecewa ketika tiba- tiba ia diputuskan begitu saja tanpa sebab yang jelas.
Kekecewaannya naik satu tingkat menjadi amarah ketika ia melihat sendiri cowok yang dia cinta meminta cewek lain untuk jadi pacarnya di depan matanya saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Teen FictionAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...