"Kalian sudah dengar belum, kalau Audra sama Riki itu udah putus dari kemarin,” ucap Luna dengan santainya sambil menatap ketiga sahabatnya, dari wajahnya terlihat sekali kepuasan saat kata putus itu meluncur dari mulutnya.
Sepertinya ia masih menyimpan dendam sama Cangga, dan secara tidak langsung pastinya terhadap Audra juga.
“Apa?? Kok bisa mereka sampai putus?” Amara terbelalak saat mendengar apa yang baru diucapkan Luna.
Antara kaget juga senang, kaget tak menyangka mereka kan belum lama jadiannya, senang sudah pasti, soalnya Riki itu cowok yang disukainya sejak dulu, dan ia paling nggak rela sewaktu mendengar Riki benar-benar pacaran sama Audra. Dan yang paling diharapkan lagi, siapa tahu suatu hari nanti Riki bakalan nembak dia buat jadi pacarnya.
Ya, siapa yang tahu kan nasib kita esok hari. Mungkin seperti itulah yang sedang dipikirkan Amara sekarang ini.“Lo tahu dari mana?” Tanya Imel melirik Luna yang kini terlihat senyum lebar dari sudut bibirnya.
“Semua anak cheerleader udah pada tahu, Mel.” Sahut Luna lagi. “kalian tahu nggak, Riki mutusinnya di depan kita-kita yang lagi latihan, kalau kalian lihat sendiri, itu udah kayak drama banget sumpah deh, gue baru lihat Audra nangis kayak kemarin he… he…”
“Jadi intinya sekarang itu Riki bukan pacar siapa-siapa lagi kan, artinya dia tuh jomlo kayak kita-kita dong. Wah makin nambah joker dong di sekolah kita,” timpal Maya yang dari tadi hanya diam mendengarkan.
“Joker… apa itu joker,?” Imel tampak mengerutkan keningnya tak mengerti.
“Ih, lo kok nggak tahu sih, joker itu singkatan dari jomlo keren,” jawab Maya cepat yang dibarengi tawa dari Amara dan Luna, yang menertawakan Imel yang tampak tersenyum tipis sambil garuk-garuk kepala walaupun tidak gatal setelah mendengar penjelasan dari Maya.
“Terus kenapa mereka bisa putus gitu?” celetuk Maya yang membuat ketiga sahabatnya itu saling melirik ke arahnya.
“Aku juga nggak tahu, May. Tapi kayaknya sih Audra bakalan balik lagi sama si Cangga,” tiba-tiba Luna menekuk mukanya saat mengatakan kalimat terakhirnya itu.
Sontak ketiga sahabatnya itu menyentuh bahunya mencoba menghiburnya dari mengingat kejadian tempo hari, yang mana membuat Luna begitu sakit hati sekaligus benci banget sama Cangga.
“Sudah, nggak usah diingat-ingat lagi. Gue yakin lo bakal dapetin cowok yang lebih baik, Lun,” hibur Amara yang langsung mendapat anggukan dari Maya dan Imel.
Percakapan mereka sepertinya harus terhenti sejenak karena terdengar bel masuk yang berarti waktu istirahat sudah berakhir.
Keempatnya berjalan menuju kelas bersamaan dengan murid yang lainnya, yang sudah berlarian menuju kelas mereka masing-masing.
Sesampainya di kelas ternyata sudah ada Bu Nindi yang telah memasuki kelas terlebih dahulu, Amara menatap sekilas ke arah gurunya tersebut, lalu ia mengeluarkan buku catatan serta tugas bahasa inggrisnya tanpa diperintah, bukannya ia mau cari muka di depan wanita yang akan dinikahi papanya itu.
Bahasa inggris itu memang sudah jadi pelajaran favoritnya sejak SMP, apalagi belajarnya di bawah bimbingan Bu Nindi yang cukup menyenangkan di setiap jamnya. Membuat Amara merasa begitu nyaman setiap gurunya itu masuk ke kelasnya.
Suara Bu Nindi yang lembut memang sesuai dengan karakter wajahnya, terdengar mengalun memenuhi ruang kelas, sehingga suasana kelas jadi terbawa dengan aura mengajarnya yang terkesan tenang dan kalem. Semua murid tampak menyimak tanpa ada kegaduhan.
“Eh, lihat tuh Audra kayaknya lagi ngelamun gitu!” bisik Imel sambil mencolek ujung seragam Amara. Saat itu Bu Nindi sedang berkeliling memeriksa muridnya dari satu meja ke meja lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Teen FictionAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...