Bab 18. Bertemu mama

59 22 1
                                    

Amara membuka pintu mobil sebelum Hans keluar dari pintu depan. Ia langsung masuk ke dalam rumah tanpa menoleh sedikitpun ke arah laki-laki tersebut.

“Mama…” panggil Amara saat ia melihat sesosok wanita yang sedang duduk di kursi ruang tamu.

“Iya sayang, kamu baru pulang?” ucap Rianti lembut saat Amara menghampiri dirinya.

“Mama kangen sama kamu, kita sudah lama nggak ketemu. Maafin mama ya Nak, mama selalu sibuk,” Rianti memeluk Amara dengan erat.

Amara terkejut mendapati mamanya yang ada di rumah, biasanya kalau mamanya menemuinya pasti selalu tidak di rumah papanya, karena mungkin mamanya tak mau bertemu papanya. Entah karena berita yang kemarin atau mungkin ada sesuatu yang lain, sehingga saat melihat mamanya cewek itu hanya diam saja. Hanya senyum yang tersungging dari bibirnya pertanda bahwa ia begitu senang mamanya bisa menemuinya.

“Ara juga kangen, Ma!” Amara membalas pelukan mamanya meski masih dalam rasa terkejutnya.

Dipeluknya sang mama dengan erat seolah tak ingin melepaskannya lagi, entah sudah berapa lama sejak terakhir kali ia memeluk mamanya itu, rasanya saat ini ia tak mau melewatkan pelukan hangat sang mama. Berharap mereka berdua tidak akan terpisah lagi.

“Ehm… sudah kangen-kangenannya?” tiba-tiba terdengar suara Arga. Membuat keduanya melepaskan pelukan masing-masing.

“Hh-h… Om…” Amara jadi malu saat Om-nya itu mendekati mereka berdua, Rianti pun terlihat agak kikuk di depan Arga. Ia melepas pelukan eratnya dari putrinya itu.

“Kenapa? Jangan terganggu denganku, aku tidak akan seperti kakakku kok? Kalian kan ibu dan anak jarang ketemu lagi,” ucap Arga. Nada bicaranya begitu ramah sambil menatap hangat ke arah Rianti.

“Maaf…” Rianti begitu grogi sepertinya, sehingga hanya kata maaf yang terucap dari bibirnya, entah apa maksudnya, mungkin ia merasa kehadirannya di rumah ini akan mengganggu Arga.

Arga hanya tersenyum tipis. “Kenapa harus minta maaf?” tanyanya tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Rianti.

“Om nggak kemana-mana hari ini?” Amara berusaha mencairkan suasana antara mamanya dan Om-nya itu, meskipun tahu kalau Om Arga-nya pasti tidaklah sedingin papanya di saat bertemu mamanya, tapi melihat situasi sekarang ini ia tak mau menyulitkan mamanya.

“Iya, kamu tidak ada pekerjaan hari ini?” tanya Rianti, seolah menemukan hal yang bisa jadi bahan perbincangan antara dia dan Arga, supaya suasana diantara mereka tidak begitu canggung.

“Tidak ada, hari ini kebetulan aku tidak begitu sibuk, lagi pula setelah gelaran busana kemarin yang sudah menyita banyak waktuku, jadi untuk hari ini aku mau istirahat dulu, soalnya kondisi badanku cukup lelah juga,” tutur Arga dengan rincinya.

"Oh, selamat yah, gelaran busana yang kemarin itu sukses sekali," puji Rianti sambil menarik kedua sudut bibirnya, membuat senyuman di wajahnya, mencoba mengusir rasa canggungnya.

Lalu Arga duduk di kursi dengan santainya, tatapannya kini beralih ke Amara yang masih berdiri dekat Rianti.

“Kamu ganti baju dulu dong! Baru nanti ke sini lagi temenin mama kamu,” suruhnya pada keponakannya itu dengan manis seperti biasanya.

“Iya deh, Om!“ sahutnya pendek. Sejurus kemudian menatap ke arah Rianti. “Ma, aku ke kamarku dulu yah! mama ngobrol dulu aja sama Om Arga.”

Lalu ia berlalu meninggalkan Om Arganya dan mamanya yang masih tak bergeming dari tempatnya berdiri tadi.

“Silakan duduk lagi, Nti!” Arga mempersilakan Rianti, mungkin dia tidak enak melihat Rianti yang masih berdiri.

“Iya…” jawab Rianti pendek masih dengan senyum dari bibirnya. Seolah ia kini sedang mengumpulkan sebuah keberanian dalam dirinya, saat Arga masih saja terus menatap ke arahnya. Sejenak ia menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

RAHASIA AMARA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang