"Ah, romantis banget kata- katanya!" ucap Amara sambil senyum-senyum sendiri, setelah membaca tulisan di secarik kertas dari dalam amplop tersebut. Sementara tangan kirinya memegang setangkai bunga mawar yang berwarna merah.
"Sekarang dia ngirimin gue bunga juga!" pekiknya senang sekali menatap bunga yang dipegangnya dan itu jelas terlihat dari sorot matanya.
Entah siapa pengirim bunga misterius tersebut. Karena setiap pagi saat cewek itu datang, selalu menemukan sebuah amplop yang ditempel di pintu lokernya, dan berisi tulisan- tulisan romantis yang bikin hatinya meleleh, itu sudah terjadi sejak hampir tiga bulan belakangan ini.
Sebenarnya ia penasaran sekali siapa sih yang sudah perhatian begini, dan yang pasti itu dari seorang cowok yang sedang menyukainya secara diam-diam, tapi siapa? Amara juga bingung sendiri, pernah ia mencoba mencari tahu dengan melihat tulisan-tulisan teman-temannya yang satu kelas tapi tulisannya tidak ada yang cocok, dan kalau mencari dengan mencocokkan tulisan satu sekolahan tak mungkin juga.
Jadi Amara mencoba datang lebih pagi, supaya ia bisa melihat siapa orang tersebut, tapi tidak pernah berhasil sama sekali, pada akhirnya ia menyerah juga walaupun hatinya masih begitu penasaran.
Dengan hati berbunga bunga Amara berjalan menuju kelasnya. Seampainya di sana, ternyata belum terlihat seorangpun, karena memang saat ini masih terlalu pagi.
Amara meletakkan bunga mawarnya di atas meja dan melepaskan tasnya dari pundaknya. Sesaat ditatapnya bunga di depannya, entah kenapa hatinya merasakan debaran yang tak biasa membuat bibirnya tersenyum tanpa alasan.
"ughh!!!! kenapa hati ini jadi degdegan begini sih?? kerjaan siapa ini?? Riki?? Ngarep aja kali...." berbagai pertanyaan selalu berputar di kepalanya setiap ia menemukan kertas berisi kata kata puitis tersebut.
"Ara, Lo udah datang?" tiba-tiba sebuah suara dengan nada cempreng mengejutkannya dari lamunannya, ternyata Maya yang baru saja masuk kelas melewati mejanya, dan sekilas ia melirik bunga yang ada di depan Amara.
Sontak ia menghentikan langkahnya, sambil tersenyum ia menatap ke arah Amara dan bunga yang ada di meja secara bergantian.
"Eh...iya... May..." Amara jadi gelagapan sendiri mendapat tatapan penuh curiga dari sahabatnya itu.
"Cie... dari siapa tuh?" tanya Maya kemudian.
"Nggak tahu May, tiba tiba udah ada di loker gue," jawab Amara sambil mengedikkan bahunya.
Sebenarnya Amara tak pernah kasih tahu siapapun termasuk Maya soal si pengagum rahasia tersebut, tapi kali ini Maya terlanjur melihatnya, jadi ya sudahlah.
Amara menatap Maya sejenak, ia tahu Maya orang yang paling bisa diandalkan untuk menyimpan rahasia diantara ketiga sahabatnya, lalu ia mulai menjelaskan dengan rinci, sejak ia selalu menemukan secarik kertas yang berisi kata kata puitis yang sengaja ditempelkan di lokernya, sampai pagi tadi lengkap dengan sekuntum bunga mawar. Dan itu sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu.
"Tapi jangan bilang Imel sama Luna yah, ini rahasia kita doang, May," Maya hanya mengangguk masih dengan senyum imut di wajah bulatnya yang membuat Amara merasa gemas saat melihatnya.
"Oke gue janji deh!" menunjukkan jari kelingkingnya di depan wajah Amara yang disambut dengan tautan jari kelingkingnya juga.
"Tapi siapa yah yang udah ngasih ini ke lo pasti dia so sweet gitu!!" lanjutnya kemudian.
"Nggak tau nih, gue lagi cari tahu dari kemaren- kemaren, tapi belum ketemu orangnya."
"Jangan bilang kalau selama ini kamu datang pagi cuma buat nungguin ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Teen FictionAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...