Bab 3. Pacar baru papa

113 64 10
                                    

Sesampainya di rumah, Amara melihat papanya sudah pulang dari kantor, dan terlihat sedang menatap layar laptopnya di ruang tengah. Tumben sekali karena biasanya Arya, papanya Amara itu paling awal pulang sekitar jam lima sore, tapi sekarang masih jam tiga sudah terlihat begitu santai saja di rumah.

"Papa udah pulang jam segini?" ucap Amara setengah bertanya. Lalu mendekati papanya dan mencium tangan kanannya.

"Lagi nggak sibuk yah, Pa?" Amara langsung menyalakan tv sambil meraih toples kacang dari atas meja di depannya, dan langsung dikunyahnya satu persatu di dalam mulutnya.

"Iya sayang, hari ini papa ada janji makan malam dengan seorang klien jadi papa pulang lebih dulu," jawab Arya menatap sekilas lalu kembali lagi menatap layar laptop di depannya.

"Kamu gimana di sekolah tadi?" tanyanya lagi lalu menutup laptopnya dan menatap putrinya yang tengah duduk menghadap layar tv, dengan seragam masih menempel di badan dan kelihatan sangat capek.

"Biasa saja, Pak. Nggak ada yang aneh," jawab Amara singkat sambil terus mengunyah.
Sejenak ia mengingat kejadian siang tadi dengan Audra, tapi Bu Nindi sudah bilang tidak akan melaporkannya sama papanya. "Yess!! aman dong papa nggak akan tahu nih," sorak hati Amara sambil melirik ke arah Arya.

"Mandi dulu sana, terus ganti baju biar wangi. Nih! papa aja sudah wangi," suruh Arya sambil mengacak rambut Amara penuh kasih sayang.

"Entar saja ah, males," jawab Amara singkat. Arya hanya mendelik melihat sikap putri kesayangannya itu.

"Kalau kayak gini terus mana ada cowok yang mau deketin dong!" ledek Arya sambil tersenyum menggoda.

"Biarin, papa juga masih jomlo kan?" sahut Amara agak sewot.

"Eitss... siapa bilang papa masih jomblo, papa sudah punya calon mama buat kamu. Papa ganteng begini!!" dengan bangga papanya tampak menyilangkan kedua tangannya di dada.

Sontak Amara terlonjak kaget mendengar kalimat yang diucapkan papanya barusan."Beneran Pa?? siapa Pa?? kenalin dong sama Ara," pintanya sambil menarik tangan sang papa dengan manja.

Arya hanya tersenyum simpul saat melihat rengekan manja putrinya itu.

"Nanti saja masih rahasia, lama-lama kamu akan tahu juga jadi tenang aja yah," lanjut Arya lagi seraya melepaskan tangannya dari gelayutan manja putrinya itu sambil menyentil ujung hidungnya.

Amara tampak mengerucutkan bibirnya saat mendengar kata-kata yang diucapkan sang papa barusan. Sejak kapan papanya itu punya pacar lagi, karena seingatnya terakhir kali papanya itu mengenalkan seorang perempuan setahun yang lalu, saat ia merayakan ulang tahunnya. Ah, paling juga entar putus lagi!!! terus baper lagi!!!" Amara hanya bisa menertawakan papanya dalam hati.

"Ya udah Ara mandi dulu," ucap Amara berlalu meninggalkan Papanya sendirian.

"Nah gitu dong baru ini anak papa!" puji Arya sambil mengacungkan kedua jempol tangannya ke arah Amara.

"Kan dari dulu juga, Ara ini masih anak papa. Ah gimana sih!!" gumam Amara samar tapi masih saja terdengar di telinga Arya yang kembali membuatnya tersenyum melihat kelakuan putri semata wayangnya itu.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat seperempat, ternyata sudah lewat malam juga. Amara sudah mengerjakan tugas sekolahnya sedari tadi, ia sengaja tak keluar dari kamarnya setelah obrolan seru tadi sore bersama papanya, suasana hatinya masih berantakan kalau ingat tentang Audra sama Riki di sekolah. Sebenarnya Amara juga terus kepikiran dengan ucapan papanya tadi sore tentang pacar baru papanya yang masih dirahasiakan itu.

Sebenarnya siapa sih perempuan yang lagi dekat sama papanya itu, ia masih ingat beberapa perempuan yang pernah dekat dengan papanya dulu sejak tiga tahun belakangan ini.

Saat ia masih kelas 9 papanya sempat dekat dengan relasi bisnisnya yang suka berdandan norak, dan juga kelewatan narsis yang membuat papanya tidak tahan lalu mereka putus, tak lama setelahnya ada dokter cantik, teman semasa kuliahnya dulu yang secara tak sengaja ketemu saat reunian di kampusnya, tapi entah kenapa tiba-tiba mutusin papanya tanpa alasan yang jelas.

Lalu ada sekretaris seksi yang coba deketin papanya tapi ternyata dia cuma ngincar harta papanya saja. Sampai akhirnya papanya kapok dekat dengan perempuan lagi sampai sore tadi papanya menceritakan kalau papanya itu bakal punya calon mama baru buat Amara, dan itu artinya papa sudah mantap dengan pilihannya yang sekarang.

Apa iya mamanya? tapi rasanya tidak mungkin papa dan mamanya akan rujuk kembali karena mamanya kini sedang di puncak karirnya, walau tak bisa dipungkiri hatinya bahagia sekali seandainya papa mamanya bisa bersama lagi jadi keluarganya bisa tetap utuh, tapi rasanya tidak mungkin meski harapannya itu selalu ada. Amara tidak mau berandai-andai lebih baik seperti ini saja sudah cukup.

Amara merasa perutnya sudah minta diisi karena dari tadi ia belum makan apapun, ia keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan, dilihatnya di atas meja sudah tersaji masakan untuk makan malam, pasti Bi Mur sudah menyiapkannya sejak tadi.

Sekilas ia melirik ke ruang tengah, tidak ada siapapun disana mungkin papanya masih di kamarnya, dan Om-nya belum kelihatan sejak ia pulang sekolah. Sementara kakeknya masih di luar negeri untuk urusan bisnisnya, jadi suasana rumah terasa begitu sepi.

Kalau saja malam ini malam minggu, pasti ia akan mengajak ketiga sahabatnya main ke rumahnya, untuk sekedar barbequean di halaman belakang, atau mungkin nonton film yang lagi booming jadi ia tidak merasa kesepian seperti sekarang ini.

Amara menarik kursi lalu mendudukinya. Ia baru saja mengambil segelas air saat papanya keluar dari kamar dan tampak menghampiri dirinya. Amara memperhatikan papanya dengan teliti dari atas sampai bawah, Arya sudah terlihat rapi dengan setelan kemeja warna krem yang dibalut dengan jas warna senada. Seperti ucapannya tadi sore, kalau malam ini dia akan bertemu dengan kliennya dan sudah membuat janji. Rupanya Arya hendak berangkat ke tempat dimana dia akan bertemu kliennya sekarang ini.

"Sayang, papa mungkin pulangnya akan terlambat jadi sebaiknya makan saja duluan," ucap Arya sambil mengusap rambut Amara dengan lembut.

"Papa mau ketemu siapa?" tanya Amara penasaran.

"Klien papa," jawab Arya singkat.

Amara hanya manggut-manggut. "Tapi bukan mau ketemu pacar papa kan ?" Amara mencoba menggoda papanya sambil melempar senyum nakal sampai membuat Arya tertawa lepas. "Nggak lah, dasar kamu ini...."

Arya belum sempat menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba dari ruang depan terdengar suara seseorang tertawa keras sekali ternyata itu adalah Arga, Om-nya Amara.
Arga tampak menghampiri Arya dan Amara, lalu menarik salah satu kursi disamping keponakannya, dan langsung mendudukinya sementara tawanya masih belum terhenti.

RAHASIA AMARA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang