Bab 6. Tidak disangka

104 49 4
                                    

Dengan tergesa-gesa Amara menaiki anak tangga menuju kamarnya, ia ingin segera membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk kesayangannya.

Ia mengeluarkan ponselnya, dan ya ampun! terlihat disana beberapa panggilan dari papanya juga pesan yang belum terbaca berderet di layar ponselnya. Ini semua karena tadi dia menggunakan mode diam jadi wajar saja tak bisa mendengar nada panggilan yang masuk.

Papa: Ara sayang! Nanti malam kamu siap-siap, papa akan kenalin kamu sama seseorang...

Terlihat pesan yang terakhir dikirim papanya siang tadi. Hah!!! jadi beneran nih papa akan ngenalin pacar barunya?? Siapa yah kira-kira?? Amara terperanjat kaget saat membaca pesan yang tertera di layar ponselnya sampai matanya tak berkedip.

Berarti ia harus sudah bersiap nanti sore, sejenak Amara membayangkan wanita yang akan dibawa papanya mungkin sosoknya seperti sekretaris yang sexy itu, atau mungkin seperti dokter cantik, ia jadi tertawa sendiri kalau mengingat beberapa wanita yang pernah dikenalin papanya saat itu. Ah!! emang papa belum beruntung dapat jodoh terbaiknya sampai saat ini. Ya tuhan, mudah-mudahan saja wanita yang sekarang ini benar benar tepat dan jadi jodoh papa sampai tua nanti, diam-diam Amara hanya bisa berdoa yang terbaik buat papanya. Doa paling manis dari seorang anak untuk papa tercintanya, juga yang paling tulus.

Amara cepat-cepat mengganti seragamnya yang sudah hampir basah oleh keringatnya dengan kaos pendek dan celana selututnya seperti biasa, sambil menunggu malam tiba ia bisa santai dulu, ia keluar dari kamarnya dan menuju ruang kerja Arga, tapi pintunya tertutup rapat, yang berarti pamannya itu sedang tak ada di rumah karena kalau ia sedang bekerja pintunya selalu dibiarkan terbuka.

Akhirnya ia berinisiatif sendiri untuk menelpon Arga dan memberitahu kalau papanya akan mengenalkan seorang wanita nanti malam, tapi ponsel pamannya tak bisa dihubungi, saat ia coba lagi yang terdengar hanya nada panggilan sibuk yang didengarnya. Mungkin memang pamannya itu sedang sibuk wajar saja karena dia kan seorang desainer kenamaan bisa saja saat ini ia sedang dalam suatu acara fashion show mungkin, siapa tahu kan!

Malam pun tiba setelah melewati sore yang begitu singkat, tapi tidak bagi Amara yang sedari tadi sudah menunggu dengan rasa penasaran yang sangat besar, karena malam ini papanya akan mengenalkannya dengan seorang wanita yang sudah didekatinya sejak beberapa bulan lalu.

Amara sudah berdandan dengan manisnya, ia mengenakan dress biru bermotif bunga yang panjangnya di bawah lutut, dan ia sengaja menyelipkan jepit rambut di kiri kanan supaya rambutnya yang kini di biarkan tergerai terlihat lebih manis, karena biasanya ia lebih suka mengikat rambutnya kemanapun juga kecuali saat tidur.

Dari depan terdengar suara mobil Arya, Amara mengintip sekilas dari balik tirai jendela kamarnya sebelum ia turun untuk menyambut papanya itu di ruang depan, di sana terlihat papanya bersama seorang wanita, tapi kurang begitu jelas karena posisinya yang membelakangi jendela kamarnya.

"Ara, kamu dimana sayang ?" suara Arya dari ruang depan terdengar begitu jelas saat Amara sudah menginjakkan kakinya di tangga yang menuju ke ruang tengah.

"Ya pa, Ara di sini!" Amara memburu ke arah suara papanya dengan cepat.

Seampainya di ruang depan cewek itu tiba-tiba tertegun seperti kehilangan energinya, tubuhnya kaku mematung di atas lantai, dan matanya tak berkedip sama sekali saat melihat sosok yang sedang berdiri di samping papanya dan kini menatap sepenuhnya ke arahnya juga.

Terlihat di wajah itu senyuman yang selalu memberinya semangat selama ini, sorot mata itu yang selalu membuatnya rindu akan sosok mamanya. Kini dia berdiri tepat dua meter di hadapannya.

"Bu Nindi..." akhirnya dengan suara yang tercekat keluar juga sapaannya untuk wanita yang ada di depannya itu.

"Jadi papa sama Bu Nindi itu...."Amara menatap Arya dan wanita di samping papanya itu
itu secara bergantian.

Namun terlihat jelas dari sorot matanya ada pertanyaan yang ingin dijawab kedua orang yang berdiri di depannya yang sampai saat ini di ketahuinya masih berstatus papanya, dan satu lagi sebagai guru kelasnya.

Arya menghampiri putrinya yang belum beranjak dari tempatnya, dengan lembut ia membimbing Amara menuju kursi dan mendudukkannya dengan perlahan, seolah ingin memberi ruang sejenak untuk mencerna semua yang kini dilihatnya, sementara Bu Nindi hanya mengikuti keduanya tanpa sepatah katapun. Sepertinya ia mengerti situasi yang kini dihadapinya dan itu hanya Arya yang berhak berbicara untuk menjelaskan semuanya kepada Amara, hanya sesekali bibirnya menyunggingkan senyum untuk menetralisir keadaan saat ini.

"Ara, seperti yang kamu lihat sekarang ini, papa sama...." Arya melirik sejenak ke arah bu Nindi yang sudah duduk menghadap ke arahnya dan dengan seulas senyum di wajahnya membuat Amara semakin mengerti apa yang akan dijelaskan papanya itu.

"Papa ingin kamu tahu yang sebenarnya, meskipun kamu pasti akan kaget saat mengetahui semuanya, dan ini sudah papa pikirkan dari awal karena pada akhirnya kamu pasti akan mengetahuinya juga, karena itulah malam ini sengaja Bu Nindi papa ajak ke rumah." Arya mulai menjelaskan tentang hubungannya tersebut kepada putrinya yang sesekali ditaggapi dengan senyuman oleh Bu Nindi, saat tatapan Amara sesekali jatuh ke arahnya tanpa sengaja.

"Ya Pa! Ara ngerti kok," jawab Amara pelan. "Ara cuma kaget saja karena nggak nyangka wanita yang papa ceritain itu Bu Nindi Pa! Ara nggak keberatan kok, malah Ara setuju dengan pilihan papa," tukasnya lagi sambil sesekali melihat ke arah gurunya--ups salah sekarang kan statusnya pacar papanya he--yang juga terlihat agak kikuk di depannya, jadi selama ini papa sama Bu Nindi, kok aku ngga curiga sama sekali yah!! terus aku harus gimana di sekolah? terus aku harus panggil apa yah Ibu? Tante? Hah dunia ini ternyata tak seluas daun kelor, kayaknya kisah aku ini cocok kalau buat judul FTV tuh 'GURUKU TERNYATA KEKASIH PAPAKU' atau mungkin 'DIAM DIAM PAPAKU BERKENCAN DENGAN GURUKU' seru juga kalau emang ada cerita kayak gitu haha.... kayaknya Om Arga harus segera dikasih tahu nih! Gimana yah entar reaksinya, kepala Amara benar benar sudah dipenuhi dengan hal hal yang paling menggelikan dan begitu liar saat ini sambil sesekali matanya melirik Bu Nindi yang kini sudah duduk di depannya.

Sekarang mereka bertiga sudah berada di ruang makan dan bersiap untuk memulai makan malam yang sudah disediakan sejak tadi.
Setelah sebelumnya Arya menceritakan awal mula hubungannya dengan Bu Nindi dari saat ia menghadiri rapat awal tahun di sekolah, dari saat itulah mereka merasa ada kecocokan antara satu sama lain, dan memutuskan untuk menjalani hubungan yang lebih serius walau tanpa sepengetahuan siapapun tak terkecuali Amara sendiri.

Sambil makan Arya sesekali berseloroh tentang kebiasaan Amara, yang diselingi tanggapan dan senyuman ringan di wajah Bu Nindi sehingga membuatnya jadi mati gaya di depan gurunya itu malam ini, karenanya ia hanya diam saja saat mendengar kalimat-kalimat yang di lontarkan papanya hanya anggukan dan senyuman yang tampak dari wajahnya.

RAHASIA AMARA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang