Amara masih duduk berdandar di kursinya, menatap layar ponselnya kembali setelah sebelumnya ia menerima beberapa pesan dari supir yang akan menjemputnya.
"Ayo! Ra," ajak Imel sambil mengangkat tas ransel ke pundaknya.
"Ya, bentar... Mel," sahutnya masih menatap ke layar ponselnya dan terlihat seperti sedang menunggu notifikasi yang akan masuk.
"Emang Hans nggak nungguin lo hari ini?" Maya yang berdiri di samping Imel bertanya penuh rasa penasaran.
"Kan gue dianterin mama pagi tadi."
"Ooh..."
"Ya udah tungguin aja di depan, daripada nungguin di sini nggak ada siapa-siapa, entar ada suara-suara aneh loh ihh... serem tahu, makhluk penunggu kelas kita kan suka muncul kalau udah jam -jam segini," Maya begidik ngeri mencoba menakuti Amara.
"Ih lo jangan nakutin gue kayak gitu dong, May."
"Bukan nakutin, tapi kata anak-anak emang suka ada yang aneh-aneh di kelas kita."
"Ya salah satu di antara yang anehnya itu ya lo, May," Imel menunjuk Maya dengan lucunya, mengembalikan kata-kata yang diucapkannya tadi.
"Ya udah, gue nunggunya di depan aja deh," akhirnya Amara mengikuti saran Maya tadi, apalagi setelah ditakut-takuti oleh Maya ia jadi merinding jika harus sendirian di dalam kelas yang sepi. Akhirnya ketiganya keluar dari kelas yang sudah terasa sunyi dan lengang.
"Kira-kira si Audra penasaran nggak yah siapa gitu yang udah ngerjain dia?" ucap Imel serius.
"Mana gue tahu, Mel. Tapi biarinlah dia nyari-nyari sampai ke ujung dunia pun dia nggak bakalan tahu kalau pelakunya itu kita," Maya tertawa ringan sambil menarik-narik ujung rambutnya.
"Udah deh jangan bahas Audra lagi, soalnya gue suka jadi ngerasa bersalah gitu, bahas yang lain kek," Amara menengahi obrolan Imel dan Maya seakan masalah mereka menjahili Audra tadi sudah tidak menarik untuk diungkapkan lagi.
"Oke... soal Audra kita lupain sampai sini aja, tapi kalau ketemu Luna pasti dia bahas cewek itu lagi, dia duluan sih yang suka mulai ngomongin, kayaknya Luna segitu dendamnya sama Cangga dan pelampiasannya sama Audra deh, ck... ck... jadi kasihan juga tuh cewek," Maya berdecak pelan dan terlihat tersenyum miris.
Tak berapa lama ketiganya sudah sampai di depan parkiran, masih ada beberapa murid yang masih tampak menunggu orang yang akan menjemput mereka, Amara merasa puas karena bukan dirinya seorang yang terlihat masih menunggu.
Imel yang pertama pergi begitu dilihatnya mobil yang menjemputnya sudah ada. Kini tinggal dirinya berdua saja dengan Maya.
"Gue di sini aja nunggunya, May." Amara duduk menepi di sisi tembok yang berbaris mengelilingi semak perdu di dekat pelataran.
"Yakin lo mau nunggu sendirian di sini."
"Heeh iya."
"Ya udah, gue duluan kalau gitu, takut kakak gue udah nungguin. Daahh...sampai besok," Maya melambaikan tangannya dan pergi dari sana.
Amara hanya tersenyum tanpa membalas lambaian tangannya, kembali mengeluarkan ponsel dan melihat beberapa pesan lagi yang baru saja masuk.
"Kamu lagi nungguin siapa?" Terdengar sebuah suara dari belakangnya.
Amara mendongakkan kepalanya, menoleh dengan cepat, terlihat di sana Riki berdiri dengan tegapnya sedang menatap ke arahnya.
"Lagi nungguin supir aku," jawabnya datar, kemudian memalingkan kembali wajahnya seakan tidak peduli dengan kehadiran cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Teen FictionAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...