Mentari pagi terasa hangat, sehangat perasaan Amara yang tengah diliputi kebahagiaan karena merasa bertambah kasih dan sayangnya pada sang mama.
Cewek itu tampak turun dari mobil diikuti Hans yang berjalan di belakangnya, ia kini sudah terbiasa dengan pengawalnya itu. Lagi pula dengan adanya Hans ia jadi merasa aman dari Audra, pasti cewek itu tidak akan berbuat nekad lagi.
“Hai, Ra!” sapa Maya pagi itu saat mereka baru saja tiba di depan gerbang sekolah.
“Hai, May! Kak Panji !” balas Amara dengan hangat, menyapa keduanya yang juga baru turun dari mobil.
Mereka berjalan menuju kelas, dan tampak Hans mengikuti mereka bertiga saat ini.
“May, lo tahu nggak?” ucap Amara saat mereka berjalan menyusuri koridor sekolah.
“Apaan tuh?” Maya tampak bersemangat.
“Hari ini ada murid baru di sekolah kita,”
“Cewek apa cowok?” tanya Maya cepat dan antusias banget.
“Cowok.”
Maya menatap Amara dengan mata berbinar. “Lo tahu dari mana? Ganteng nggak? Keren nggak?”
Ternyata Amara berhasil membuat sahabatnya itu jadi makin penasaran.
“Kalau menurut gue sih kayaknya nggak bakalan kalah keren sama Cangga, gue udah pernah ketemu sama dia, dia juga sama kayak kita, May, masih kelas sebelas,” tuturnya sambil tersenyum jenaka.
“Wah, moga aja bakalan sekelas yah sama kita?” harap Maya.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan ruangan kelas, sedangkan Panji sudah dari tadi mungkin sampai ke kelasnya, karena di belokan koridor depan tadi ia sudah tidak kelihatan lagi.
Sesampainya di kelas, tampak di sana Luna dan Imel sudah menunggu mereka.
“Pagi, Ra! May!” sapa keduanya dengan hangat dan bersemangat.
“Pagi juga…” Amara dan Maya membalas sapaan keduanya tak kalah hangat.
“Tumben kalian barengan gini datangnya,” Luna sudah menyambut dengan tawa renyahnya. Bibirnya tak hentinya menebarkan senyum yang membuat wajahnya makin terlihat cantik.
“Eh, gue punya kabar baru, kalian pasti bakalan kaget,” sela Maya setelah menaruh tasnya di atas meja.
“Kabar apaan sih, May?” Luna yang biasanya selalu tak pernah ketinggalan gossip terbaru jadi penasaran mendengarnya.
Amara hanya tersenyum geli melihat tingkah Maya yang sok jadi pembawa kabar baru, padahal baru saja Maya juga tahu darinya.
“Di sekolah kita bakalan ada murid cowok baru, ya kan, Ra!” jelas Maya sembari melirik Amara.
Amara hanya meganggukkan kepalanya, sementara Luna dan Imel tampak menyimak dengan seriusnya.
“Ayo, Ra ceritain lagi tentang… “ bujuk Maya.
Sejenak ia menyadari sesuatu. “Lo belum nyebutin namanya kan?” lanjutnya lagi.
“Namanya Rayn, dia itu keponakan temennya Om gue, dia itu seorang model, anaknya baik banget, nggak sombong, terus dia itu tinggi, ganteng, keren deh pokoknya,” tutur Amara membuat ketiga sahabatnya itu jadi berfantasi tentang si Rayn tersebut, itu terlihat dari wajah mereka bertiga yang tampak berbinar-binar penuh kekaguman saat Amara menceritakan tentang Rayn.
Tapi khayalan mereka tentang sosok Rayn harus berakhir, karena Pak Danu sudah masuk kelas. Siap dengan setumpuk tugas yang akan di berikannya.
Setelah sebelumnya mengabsen satu-persatu murid-muridnya, Pak Danu mulai memberikan materi pelajaran hari ini seperti biasanya, suara baritonnya terdengar menggema seantero kelas. Dan tak boleh ada yang bertanya apapun sebelum ada sesi tanya jawab yang dibukanya di sela-sela materi pelajaran yang disampaikannya.
Saat tiba-tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu…
“Ya, siapa? Silakan masuk!” seru Pak Danu dengan matanya tertuju penuh ke arah pintu.
Pintu pun terbuka. Tampak seorang guru berjalan masuk diikuti sesosok cowok tinggi dan tampan berjalan mengikutinya.
Dengan berbisik-bisik guru yang baru masuk dan Pak Danu itu tampak berbicara dengan serius, dan tak lama guru tadi keluar lagi tanpa disertai cowok di belakangnya.
“Mohon perhatian semuanya hari ini kalian mendapatkan teman baru,” ucap Pak Danu lantang.
“Ayo perkenalkan diri kamu!” perintah pak Danu pada cowok di depan kelas yang masih berdiri tegap.
“Selamat pagi semuanya! Perkenalkan nama saya, Rayn,” cowok di depan mulai memperkenalkan diri pada semua yang ada di kelas.
Tampak semua cewek memperhatikan tanpa berkedip melihat wajah tampan Rayn, termasuk Audra cs, mereka seperti terhipnotis oleh sosok tinggi nan tampan di depan kelas tersebut.
Semua murid cewek benar-benar sudah terpana dengan pesona Rayn yang menawan.
"Silakan duduk di sana!" tunjuk Pak Danu ke arah bangku yang masih kosong tepat di belakang bangku Luna setelah perkenalan singkat di depan semua murid.
"Baik, Pak," angguk Rayn sopan.
Saat melewati bangku Amara cowok itu melirik sekilas dan tampak seulas senyum menghiasi wajahnya ketika Amara balas menatapnya.
Hmm... kayaknya Rayn masih ingat sama gue, wah! sekelas sama cowok sekeren Rayn asyik juga nih! Amara berpikir dalam hatinya sambil membalas senyuman Rayn yang terlihat ramah dan penuh rasa persahabatan.
Kalau saja bukan Pak Danu yang ada di depan kelas sudah pasti semua murid riuh dengan kehadiran Rayn, tapi siapa yang bakalan berani berbuat gaduh saat pelajaran Pak Danu, sok pasti siapapun tak mau dikeluarin dari kelas. Karena itu peraturan dari guru tersebut makanya tidak ada yang berani macam-macam di dalam kelas.
Tak terasa jam pelajaran pun sudah terlewati dan tiba saat istirahat ketika bel berbunyi cukup keras.
Saat itulah semua murid menghampiri Rayn yang masih duduk di bangkunya. Ada yang bertanya tentang asal sekolahnya yang dulu, ada yang tanya alamat rumah, bahkan ada yang bertanya status dia, sampai cowok itu kelihatan kewalahan menjawab semua pertanyaan dari teman-teman barunya saat ini.
Tak ketinggalan Audra cs juga ikut menyapa sosok Rayn, mereka tampak melambaikan tangan dengan gaya genitnya ke arah cowok itu, ditambah senyum sok imut yang selalu dipasang Audra ketika dia menyapa cowok.
Amara dan ketiga sahabatnya hanya melihat dari kejauhan dengan semua tingkah teman-teman sekelasnya dengan pandangan geli.
"Kita nggak kenalan juga sama Rayn?" celetuk Luna tiba-tiba, yang langsung mendapat tatapan tajam dari ketiga sahabatnya.
"Tadi dia udah ngenalin namanya kan di depan kelas," jawab Maya enteng.
"Iya, ih kok lo jadi ikutan lebay kayak gini sih, Lun?" timpal Imel setuju dengan Maya.
Amara hanya tertawa kecil dengan tingkah Luna kali ini, maklum Rayn itu terlalu keren sih, jadi wajar saja Luna juga kepingin tanya-tanya sedikit tentang cowok itu juga sepertinya.
"Lo kenapa ketawa gitu, Ra?" Luna yang mendapat tatapan aneh dari Amara memajukan bibirnya yang mungil beberapa centi, seolah tahu kalau sahabatnya itu sedang mengolok-oloknya.
Sejenak Amara melirik teman-temannya yang sedang mengelilingi Rayn. "Nggak kenapa-napa," jawabnya sambil mengangkat bahunya.
"Kalau lo mau kenalan lebih lanjut gue bisa kasih nomor teleponnya," seru Amara kemudian seraya tersenyum penuh arti.
"Memang lo punya, Ra?"
"Kan gue tinggal minta ke Om Arga."
"Oh iya, ya," angguk ketiganya serempak.
"Ya sudah, mending kita ke kantin aja yuk! Lapar nih!" ajak Imel yang langsung menyeret ketiganya menuju kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Teen FictionAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...