Setelah kejadian nekad Audra yang menegangkan itu, Riki tampaknya mendapat teguran keras dari kepala sekolah. Dan setelah dua hari semenjak Audra jatuh itu, sampai sekarang Amara belum bertemu lagi dengan cowok itu. Aneh memang, baru saja mereka jadian sepertinya sudah ada saja masalah yang datang.
“Kamu mikirin cowok kamu itu yah?” tiba-tiba saja Rayn sudah ada di sampingnya, sambil memegang sebuah buku.
“Eh, sejak kapan ada di sini?” bukannya menjawab pertanyaan dari Rayn, Amara malah balik bertanya sambil memperhatikan gerak- gerik cowok di sampingnya itu dengan seksama.
“Dari tadi aku udah di sini, kamu aja yang pikirannya kemana-mana, masa nggak lihat aku yang segede gini dari tadi. Tuh lihat! baca buku aja sampai terbalik, hebat juga!” ledek Rayn sambil tersenyum melirik buku yang ada di depan Amara.
Dengan refleks Amara membalikkan buku yang ada di depannya, memang dari tadi dia bukan sedang membaca buku, sebenarnya cewek itu menunggu Panji di ruang perpustakaan, tapi sedari tadi juga cowok itu tidak terlihat keberadaannya sama sekali. Sebenarnya kemana sih dia?
Entah kenapa akhir-akhir ini Amara jadi makin merasa bersalah, ketika tidak menyapanya seperti pagi kemarin, cewek itu merasa kalau saat ini Panji sedang menghindarinya, entah ada yang salah atau ada sesuatu yang dia juga tidak tahu.
“Heh, tuh kan kamu itu melamun lagi,” decih Rayn lagi melihat Amara masih diam saja.
“Boleh aku tanya sesuatu nggak?” tanyanya lagi lalu duduk di samping Amara dengan santainya.
“Tanya apa?” Amara menatap penuh selidik.
“Kamu itu beneran suka sama Riki?” sontak saja pertanyaaan dari Rayn itu mendapat tatapan tajam dari Amara.
Rayn yang mendapat tatapan seperti itu langsung tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya, pertanda bahwa sesungguhnya ia tak bermaksud apa-apa dengan pertanyaannya tadi, atau mungkin maksudnya abaikan saja pertanyaannya itu kalau memang tak mau menjawabnya.
“Nggak ada pertanyaan lain lagi selain itu?” tampaknya Amara tak mau menjawab pertanyaan dari cowok itu, matanya terlihat mendelik tajam dan wajahnya terlihat begitu kesal.
“Maaf, bukan maksud apa-apa, kejadian kemarin itu waktu si cewek norak yang mau terjun bebas itu, aduh! siapa namanya aku lupa,” Rayn terlihat mencoba mengingat sambil memicingkan sebelah matanya.
“Audra,” buru-buru Amara menjawabnya.
“Ah iya, itu dia, katanya dulu cewek itu pacarnya Riki kan, terus dia diputusin begitu saja. Dan dua hari setelahnya Riki nembak kamu,” Rayn berhenti sejenak, “kok kayaknya ada yang aneh, dia bisa langsung suka sama kamu, padahal dia baru saja putus sama si Audra.”
Amara menganggukkan kepalanya, semua yang dikatakan Rayn ada benarnya juga, tapi ia hanya diam saja, tak mau menduga-duga sesuatu sebelum mengetahui secara pasti kebenarannya.
“Kalau aku boleh kasih saran, sebaiknya kamu jangan dulu terima Riki jadi cowok kamu, Ra,” lanjutnya lagi, “Bukannya aku mau ikut campur nih! tapi nggak mungkin kan, kalau kita baru saja putus sama seseorang, terus kita bisa langsung suka sama orang lain dalam waktu yang dekat banget.”
Amara semakin terlihat bingung dengan semua yang dikatakan Rayn. Wajahnya tampak terlihat dipenuhi dengan keraguan setelah mendengar semua yang dijelaskan cowok itu.
“Ini nggak wajar banget, untuk bisa move on itu kita butuh waktu, nggak kayak sulap juga kan,” lanjut Rayn kemudian.
“Dan satu hal lagi, aku kurang suka sama Riki, soalnya dia itu ambisius banget anaknya, kelihatan sih dari sikapnya sama mukanya, soalnya aku tahu itu dari teman aku juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Ficção AdolescenteAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...