Bab 10. Riki si ketua OSIS baru

77 36 2
                                    

Saat makan malam Amara baru melihat Om Arganya itu, setelah dari kemarin ia tak melihatnya, bahkan sampai Bu Nindi pulang pun kemarin malam Arga tak kelihatan batang hidungnya.
Saat ditanya kenapa ia tidak pulang kemarin malam, ia beralasan sedang mempersiapkan acara launching brand terbarunya minggu ini, makanya dari kemarin Om-nya itu tak sempat pulang saking sibuknya, karena itulah kini Amara berniat untuk bercerita tentang papanya dan Bu Nindi.

“Om, Ara punya kabar baru nih! Kemarin sih, Om nggak ada jadinya ketinggalan gosip terbaru dech!” ucap Amara sambil tersenyum kecil saat mereka telah selesai makan malam.

Arya belum pulang dari kantornya jadi mereka hanya berdua saja di meja makan.

“Apaan tuh? Jadi penasaran,” sahut Arga penuh semangat. Sedangkan tangannya sibuk mengupas buah apel dengan sebuah pisau kecil.

“Itu Om, pacar baru papa ternyata….” Amara sengaja menggantungkan kalimatnya supaya Arga bertambah penasaran, dan benar saja Arga sampai menghentikan tangannya yang sedang mengupas dan meletakkan sejenak buah apelnya di atas meja ia memalingkan wajahnya menghadap ke arah keponakannya itu.

“Siapa? Cantik nggak? Orang mana?” Tanya Arga tak sabar saat Amara menghentikan ucapannya dan belum menyelesaikan kalimatnya.

“Ih, satu-satu dong Om! nanyanya,” tukas Amara sambil tertawa cekikikan melihat tingkah pamannya itu.

“Ternyata pacar papa itu guruku di sekolah Om,”

“Hah!! yang bener,”

“Iya, coba deh Om bayangin waktu itu Ara kaget banget, wah!! pokoknya gimana gitu lah sampai bingung mau ngomong apa,” lanjut Amara kemudian.

Mendengar penuturan dari keponakannya itu, Arga semakin penasaran dengan sosok guru Amara yang sedang dipacari oleh kakaknya itu.

”Kamu punya fotonya gak? Om mau lihat nih, kayak gimana orangnya?”pintanya pada Amara.

“Wah Om! sayang banget Ara nggak punya foto Bu Nindi,” jawab Amara sambil mengangkat kedua alisnya.

Terlihat selintas rasa kecewa di wajah Arga. Amara lantas dengan cepat mengatakan, ”Tapi lain kali Ara bisa ambil fotonya kalau lagi di sekolah.”

Arga menganggukkan kepalanya sambil mencomot potongan buah apel yang sudah dikupas tadi.
”Kayaknya sekarang papa kamu benar-benar serius deh!”

“Bagus dong om, terus tinggal Om sekarang yang harus cari istri kan?” Amara tertawa renyah sambil melirik pamannya nakal, sementara Arga hanya mengangkat kedua bahunya sambil menjulurkan lidahnya ke muka Amara, membuat cewek itu jadi gemas sendiri melihat tingkah Om-nya.

       ******

Pagi itu di sekolahnya Amara sedang diadakan pemilihan calon ketua OSIS yang baru, dan salah satu calonnya adalah Riki. Cowok yang diam- diam disukai Amara itu ternyata banyak sekali yang mendukungnya juga untuk jadi ketua OSIS baru, tapi memang Riki cocok kalau jadi Ketua OSIS di sekolah karena ia memiliki banyak keunggulan dibanding yang lainnya.

Selain dia pintar dan berbakat dia juga salah satu murid yang punya prestasi, dan pernah membanggakan sekolah, saat ia terpilih mewakili sekolahnya di olympiade sains antar sekolah tingkat daerah, dan berhasil meraih juara kedua. Karena itulah teman-temanya mendukungnya untuk maju jadi calon ketua OSIS yang baru.

“Lo pilih siapa, Ra?” tanya Maya saat mereka sudah memberikan suaranya tadi.

“Rahasia dong,” jawab Amara tersenyum agak malu.

Tapi jawabannya itu sukses membuat Maya langsung memasang tampang cemberut, karena merasa tak puas atas jawabannya sekaligus juga penasaran.

Maya kini menatap ke arah Luna sambil mengangkat dagu, “Lo gimana Lun?” tanyanya lagi seolah minta dijawab dengan pasti.

“Riki lah,” jawab Luna pendek, dan jawaban Luna itu membuat hati Amara senang bukan kepalang karena sebenarnya ia juga tadi memilih Riki, tapi ia hanya tak mau mengatakannya saja pada Maya.

“Wah, sama dong kita,” sambut Maya bersorak kegirangan.

”Wah, Ara curang nih gak mau kasih tahu kita,” masih dengan tampang cemberutnya Maya terlihat merajuk seperti anak kecil, membuat Amara dan Luna terkekeh melihatnya.

“Kira-kira siapa yang bakal menang yah?” tanya Luna sambil berpikir sembari memegang pelipisnya dengan jari telunjuk kirinya.

“Mudah-mudahan aja Riki yang menang,” ucap Amara tanpa sadar. Membuat kedua sahabatnya langsung menatap tajam ke arahnya.

“Jadi lo juga pilih Riki dong!” kompak keduanya sembari tersenyum puas. Sementara Amara hanya bisa menutup mulutnya karena tak sengaja membocorkan rahasia yang disimpannya dari tadi.

Ini ...

Euh dasar!!! Amara sudah main rahasia-rahasiaan, tapi ujung-ujungnya ketahuan juga. Itulah kecerobohannya yang selalu tak sengaja ia lakukan tanpa disadarinya, entah apalagi yang akan terjadi nanti kalau mulutnya itu selalu tak pernah bisa dibungkam.
Mungkin hubungan papanya sama Bu Nindi suatu saat akan diketahui juga oleh kedua sahabatnya itu juga dari mulutnya.

Sementara itu, soal Imel yang masih belum diketahui keberadaannya masih membingungkan Amara dan kedua sahabatnya itu, mau menghubunginya juga tidak jelas karena ponsel Imel selalu saja tidak aktif dan di luar jangkauan mereka.

Mau mencari tapi kemana juga harus mencarinya? Semuanya serba tidak jelas, membuat khawatir saja Imel ini, akhirnya mereka bertekad kalau dalam waktu seminggu ke depan Imel tidak masuk, mereka akan langsung lapor polisi saja begitulah kesepakatan mereka bertiga untuk menemukan sahabat tersayangnya, so sweet banget persahabatan mereka ini.

Kalau diibaratkan seperti  bangunan mereka berempat ini selalu saling menguatkan satu sama lainnya supaya tidak rubuh, mungkin seperti itulah persahabatan sejati yang terjalin diantara mereka.

Waktunya pengumuman tentang siapa yang terpilih jadi ketua OSIS baru pun tiba, dari tiga kandidat yang sudah dipilih oleh semua warga sekolah di SMA PERSADA, sepertinya Rikilah yang paling diunggulkan apalagi didukung tim cewek cheerleader yang juga teman-temannya Audra.

Hasil voting suara sudah masuk dan sudah selesai dihitung, hingga akhirnya memang Riki yang keluar sebagai pemenangnya, Audra cs sepertinya yang paling kelihatan bahagia. Ya, wajar saja karena saat ini Riki berstatus sebagai pacarnya, pantas saja dia begitu senang dengan terpilihnya Riki sebagai ketua OSIS yang baru.

Dan secara diam-diam, Amara juga ikut senang saat tahu bahwa Riki akan jadi ketua OSIS baru di sekolah, walaupun hanya dalam hati saja.

Ah! coba yang jadi pacar Riki itu gue, gimana yah rasanya pacarku udah ganteng, pinter, ketua OSIS lagi duh! indah banget hidup ini, kayaknya semua cewek pasti bakalan lihatin gue dengan tatapan iri. Begitulah kira-kira khayalan Amara saat ini, sebegitu berharapnyakah dia jadi pacarnya Riki?

Mungkin impiannya terlalu tinggi, dan tak pernah bisa terwujud kecuali dengan sebuah keajaiban, yang mungkin saja datang tiba-tiba, tapi bagaimana bisa datang keajaiban, ini bukan di negeri dongeng? Kenyataan memang tak seindah mimpi.
Bermimpi itu mudah yang susah adalah mewujudkan mimpi itu, mungkin kalimat tersebut cocok untuk menggambarkan keadaan Amara saat ini.

Mustahil baginya membuat Riki suka padanya karena Audra itu sangat sempurna secara fisik, sedangkan ia hanya apalah? Tak ada hal yang membuat Riki menatapnya, walau hanya sebentar saja.

Sungguh mustahil baginya untuk berharap lebih. Mungkin hanya sampai di sini saja perasaannya itu tidak akan pernah tersampaikan sampai kapanpun, karena menyukai secara diam-diam itu terasa menyakitkan, apalagi saat melihatnya bersama dengan yang lain sungguh membuat hati tersiksa.

Setidaknya Amara harus membuang perasaannya itu jauh-jauh, atau seharusnya menguburnya sekalian supaya tidak ada lagi ruang dalam hatinya untuk mengingat kembali perasaannya, lagipula kini ia sudah punya si pengagum rahasia yang selalu saja membuat hatinya berbunga-bunga dengan kata-kata romantisnya, walau ia tak tahu siapa orangnya, tapi dari cara dia menuliskan semua tentang perasaannya terhadap Amara, rasanya Amara akan langsung suka kalau suatu saat ia tahu identitas si pengagum rahasianya itu.

RAHASIA AMARA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang