Bab 33. Tingkah aneh Arga

44 10 0
                                    

Amara membuka pintu depan dengan bergegas, ia ingin segera merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur yang sudah ditinggalkannya selama tiga hari ini. Senyumnya belum sirna dari wajahnya setelah tadi mendengar ajakan Panji, ini kali pertama mereka bakalan ngedate setelah mereka jadian malam kemarin.

Belum sampai kakinya melangkah menapaki anak tangga menuju lantai dua, terdengar suara seperi dentingan sendok yang beradu dengan piring dan berasal dari ruang belakang, tepatnya dari arah dapur. Merasa penasaran Amara memutar tubuhnya dan menghampiri asal suara tadi. Tampak Arga sedang asyik memasak sendirian, entah apa yang dimasaknya.

“Om lagi masak apa?” tanya Amara begitu sampai di sebelah Omnya itu.

“Hmm.. kamu sudah pulang, ini Om lagi bikin puding …” Arga tak melanjutkan kalimatnya, melirik sejenak masih memegang spatula.

“Wah! kayaknya ini enak banget, aroma caramelnya wangi banget,” Amara mengendus dengan hidungnya sambil memejamkan matanya.

“Nggak biasanya Om bikin pudding sendiri,” menatap Arga yang kini sudah menuangkan pudding nya ke dalam cetakan bulat. “Atau jangan-jangan Om mau ganti profesi jadi chef nih!” terdengar suara tawa berderai, membuat Arga berdecak menatap keponakannya yang tengah menggodanya itu.

“Om bikin pudding ini karena lagi senang saja.”

“Senang kenapa, Om? Kasih tahu Ara dong.” Memperhatikan Arga yang sudah menaruh pudingnya ke atas meja, rasa laparnya mulai tak bisa dikendalikan saat menatap pudding beraroma caramel di depannya itu.

“Ah dasar! mau tahu saja.”

“Ara tahu nih, Om sedang jatuh cinta yah?” tebaknya asal membuat Arga mengibaskan spatula di tangannya. Lalu menatap dan mengernyitkan sebelah alisnya.

“Kalau kamu mau puddingnya bisa dimakan cepat, simpan nih di kulkas,” menunjuk pudding yang masih mengepulkan uap panas.

“Oke, Om.”

Dan Amara beranjak dari tempatnya dengan pudding di tangannya, kemudian ia meletakkannya di dalam kulkas.

“Ganti baju dulu sana!” perintah Arga setelahnya.

“Siap, Om.”

Amara langsung berlalu ke arah tangga menuju kamarnya, meninggalkan Arga yang masih betah dengan segala aktivitasnya di area dapur. Dan wangi menggoda dari aroma caramel tadi telah membuatnya melupakan sejenak rasa lelahnya.

Sesampainya di kamar Amara meletakkan tasnya di atas meja, sejenak ia menatap pintu kamar mandi dan terdiam sambil berpikir. “Kayaknya mandi dulu deh biar segar, terus nikmatin pudding buatan Om Arga, nggak sabar nyobain gimana rasanya kira-kira seenak aromanya nggak yah,” gumamnya pelan dan langsung menerobos ke dalam.

Setelah hampir duapuluh menit, Amara keluar dari kamar mandi dengan sudah berganti pakaian seperti biasanya, ia hanya mengenakan kaus pendek dan celana selututnya dan terkesan begitu santai. Setelah merapikan ikatan rambutnya ia segera keluar dari kamarnya, dan bergegas menuju dapur setelah teringat pudding yang dibuat Arga tadi.

Belum juga langkahnya sampai ke arah tangga, telinganya mendengar suara Arga seperti sedang berbicara dengan seseorang, lewat ponsel pastinya dan terdengar begitu akrab sekali. Secara tak sengaja saat melewati ruang kerja Omnya itu, meski tak begitu jelas semua yang dibicarakannya.

“Oke, nanti aku akan ke rumahmu saja,” terdengar suara Arga yang di balas suara tawa seorang wanita di seberang ponselnya.

“Kalau begitu sampai ketemu malam nanti, bye...” Arga menutup sambungan teleponnya.

“Hmm… Om Arga lagi nelpon sama siapa yah? suaranya kayak perempuan?” Amara hanya bisa menebak-nebak sendiri seraya tersenyum membayangkan kalau yang ditelpon Omnya tadi ternyata kekasihnya.

RAHASIA AMARA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang