Tanpa terasa sudah lima hari berlalu sejak ujian dimulai, kini mereka sudah hampir menyelesaikan tahap akhirnya dan hanya tinggal menunggu hasil dari rapot yang akan mereka terima nantinya.
"Akhirnya selesai juga, gue bisa bernafas lega sekarang," Luna menampakkan ekspresi cerah tanpa beban dari wajah cantiknya yang selama seminggu belakangan selalu terlihat serius dan penuh ketegangan.
"Iya, kita sudah bebas sekarang," Imel menimpali dengan mulut penuh snack berbentuk jaring kesukaannya, mulutnya terus saja mengunyah membuat pipinya makin terlihat semakin chubby.
Tanpa permisi Maya menarik snack di tangannya, meraup isinya dan memasukkannya ke dalam mulut. Otomatis tindakannya berhasil mendapat tatapan tajam dari Imel yang langsung merebut kembali miliknya, dan menjauhkanya dari jangkauan Maya. Tak mau berbagi lagi dengannya.
"Ih lo pelit banget sih, Mel." Rutuknya cemberut, bibirnya mengerucut lucu mendominasi semua ekspresi di wajahnya.
"Bukan pelit, ini tinggal dikit lagi. Kalau lo mau ambil tuh masih ada dua lagi di tas gue," menunjuk dengan dagunya Imel mengarahkan wajahnya ke arah tasnya.
"Nggak usah deh," Maya masih mengerucutkan bibirnya apalagi saat Amara dan Luna terus saja memperhatikannya yang diiringi tawa lebar keduanya.
"Eh, Ra... lo mau liburan sama siapa? Kan papa lo masih honeymoon, terus mama lo lagi sibuk syuting?"
Pertanyaan Maya yang lugas langsung saja membuat Imel dan Luna menolehkan wajah keduanya untuk menatap dirinya penuh rasa penasaran dari wajah mereka, untuk sesaat ketiganya terdiam menunggu jawaban darinya.
"Iya, Ra. Lo mau liburan bareng sama siapa?" Penyakit kepo akutnya Luna mulai muncul seketika.
"Gue mau liburan sama Om Argalah, emangnya sama siapa lagi," dengan tegas Amara menjawab rasa penasaran ketiga sahabatnya itu.
"Cuma berdua aja?"
"Iyalah, nggak mungkin juga ngajakin kalian kan, apalagi lo Lun, kan lo mau pergi sama Rayn."
"Kemana tuh, Ra?" Imel yang sudah menghabiskan makanannya tak kalah keponya dengan Luna.
"Belum tahu nih, gue lagi nyari tempat bagus. Kira-kira kalian punya recomendasi tempatnya gak? Ya, walau cuma berdua sama Om Arga, rasanya masih mendinglah gue bisa nikmatin liburan daripada nggak sama sekali."
Ketiganya hanya menggeleng pelan, bukannya tidak mempunyai recomendasi tempat liburan, tetapi perasaan ketiganya seperti tertampar sesuatu yang menyakitkan, dan membuat hati siapapun yang jelas mendengar kalimat di akhir tadi jadi tak enak hati dengan menyinggungnya tentang masalah liburan kali ini, tanpa ada yang menyuruh, seolah hati sudah bisa memahami satu sama lain kini tidak ada yang berbicara tentang perihal liburan lagi.
Sepertinya topik tentang liburan sudah tidak begitu menarik lagi di benak mereka."Oh iya, gue punya kabar nih, kemarin gue dikasih undangan buat datang ke acara fashion show dari Rayn," mata Luna terlihat berbinar-binar saat mengatakannya, senyumnya sangat manis.
"Wuidihh, keren Lun. Ah, tapi Rayn curang masa lo aja yang diundang kan kita juga pengen lihat kali, ya nggak?" Imel menengok Amara dan Maya bergantian sambil mencibir.
"Iya, ih..." anggukan Maya pertanda sependapat dengan Imel.
"Ah, kalian kok jadi pada ngiri gitu?" dengan wajah tersipu Luna menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, gerakannya yang gemulai seakan dorongan dari perasaannya yang tengah bercampur antara bahagia dan malu.
"Kalian? Gue nggak masuk hitungan kan," Amara memutar bola matanya begitu mendengar ucapan Luna tadi, hanya tawa lebar setelahnya terdengar seolah ia tak perlu ikut iri seperti Imel dan Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Ficção AdolescenteAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...