Amara segera mengambil dan membuka ponselnya setelah Panji melepaskan tangannya.
'Sayang kamu dimana?' tertera di layar ponselnya pesan dari Rianti, mungkin mamanya sedang mencari keberadaannya sekarang. Berarti ia harus segera menemuinya, takut mamanya itu menemukannya di sini sedang berduaan bersama Panji.
"Kak, kayaknya kita harus balik ke tempat tadi, mama lagi nyariin aku nih," mengajak Panji kembali ke tempat pesta.
"Oke, kita ke sana lagi," mengiyakan ajakan Amara dengan masih menggenggam tangannya.
"Kak lepasin dulu," merengek manja supaya Panji tidak memegangnya seperti itu.
"Oke, tapi gimana kalau kayak gini aja," bukannya melepas genggaman tangannya, malah Panji memeluk pinggangnya dan menggandengnya dengan nakal.
"Kak..." masih bernada manja kini ia sudah berteriak sambil mengerucutkan bibirnya.
Panji menyeringai puas setelah berhasil menggodanya, terlihat menikmati wajah cemberut Amara yang makin menggemaskan. Barulah ia benar-benar melepaskan tangannya dari cewek itu.
"Ayo kita temui mama kamu," ajaknya kemudian.
Keduanya kemudian kembali ke tempat mereka sebelumnya, tanpa memegang tangannya Panji berjalan di sisinya seolah mereka sedang berbicara satu sama lain seperti tamu- tamu yang lainnya.
Terlihat para tamu undangan lainnya masih menikmati makanan dan asyik mengobrol dalam kelompoknya masing-masing.Diantara para tamu yang hadir Amara coba mencari keberadaan Rianti maupun Arga, karena tadi keduanya terlihat bersama.
"Ara... di sebelah sini, sayang," Rianti melambaikan tangannya. Mencoba menarik perhatian Amara supaya menoleh kepadanya.
Dia berdiri dengan Arga, juga bersama seseorang yang berdiri membelakangi sehingga tidak terlihat jelas dari pandangan Panji dan Amara. Sepertinya mereka sedang berbicara cukup santai, itu terlihat dari bibir Arga yang selalu menepiskan senyum lebar dari wajahnya.
"Itu mama kamu sama Om Arga," Panji yang pertama melihat Rianti langsung mengarahkan Amara supaya menoleh ke arah sana.
"Oh iya, itu mama. Yuk kita ke sana," tanpa sadar Amara memegang ujung lengan jasnya Panji dan menyeret cowok itu mendekat ke arah Rianti.
Tanpa melihat sekelilingnya Amara langsung menghampiri dan bertanya pada Rianti.
"Ada apa, Ma? Kok tiba-tiba nyariin Ara."
"Kamu kemana saja dari tadi, ini Riki nyariin kamu, sayang..."
Amara terperangah saat mamanya menyebutkan nama cowok yang sudah membuatnya kesal dan marah beberapa hari lalu, apalagi saat menoleh ke samping Arga, Riki tampak tersenyum saat menatap dirinya yang baru saja datang.
"Hai, Ra." Riki menyapa cukup manis, begitu cowok itu menoleh ke arah dirinya.
Tangannya langsung terlepas dari ujung lengan jas Panji. Ia tak berani menatapnya, tak bisa membayangkan wajah Panji saat ini yang pasti sangat tidak terlihat nyaman seperti sebelumnya.
"Kalian berdua dari mana saja?" Arga bertanya dengan matanya menatap Amara dan Panji secara bergantian.
"Kita dari sebelah sana, Om." Terdengar suara Panji agak sedikit bergetar ketika menjawabnya.
"Ya sudah, Om tinggal dulu oke, kalian silakan ngobrol dan nikmati pestanya," menarik tangan Rianti untuk menjauh dan membiarkan mereka saling mengobrol.
"Biarkan mereka saling ngobrol," ucapnya pada Rianti setelah cukup jauh dan hanya mengalihkan pandangannya ke arah Arya yang cukup sibuk menerima ucapan selamat dari teman -temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA AMARA [Tamat]
Fiksi RemajaAmara, hanya cewek enam belas tahun dengan segudang permasalahan di sekitar kehidupannya, tapi ternyata selama ini ia punya beberapa rahasia yang mulai terkuak satu persatu, mulai dari kenyataan bahwa dirinya ternyata putri dari seorang aktris terke...