Chapter 15

3.6K 522 113
                                    

"Abang," panggil Gilang dengan suara bergetar.

"Langhh," lirih Bryan diambang kesadarannya.

"Abang kenapa nolongin gue? hiks," tanya Gilang sambil nangis dan pangku kepala Bryan di pahanya.

"Gue sahyanghh l-lohh," Gilang makin terisak sambil merengkuh setengah badan Bryan.

"Hiks abanghh gue mohon bertahan hiks," pinta Gilang sambil mempererat pelukannya.

"Sakh-ith Langh," lirih Bryan sambil mencengkram jaket kulit Gilang.

"TOLONG!" teriak Gilang keras.

"SIAPAPUN TOLONG ABANG SAYA!"

"Maaf Langhh. Lintanghh maafhh-

"Stop, bang!" potong Gilang dengan nada membentak, "Jangan banyak bicara! Gue bakal bawa lo ke rumah sakit sekarang, gue mohon bertahan sebentar lagi," sambungnya.

"Bawa ke mobil gue!" ucap seseorang yang tadi nabrak Bryan. Dia baru keluar mobil karena sempat syok tadi.

"Bang Bryan jangan tutup mata lo, ini perintah dari gue!" tekan Gilang sambil menggendong Bryan menuju mobil.

"Bang!!" bentaknya saat Bryan mulai menutup mata. Demi apapun, semua badan Bryan terasa mati rasa. Matanya pun berat, dia ngga bisa pertahanin kesadaran dia sendiri sesuai perintah adiknya. Dia terlalu sakit dan... lelah mungkin.

"Gue mohon cepet bawa mobilnya!" pinta Gilang panik.

"Gue udah berusaha!" ucap orang itu.

"Bang hiks, bangun hiks. Gue mohon, bang," lirih Gilang sambil ngelus pipi Bryan yang terkena noda darah.

"Sial!" umpat orang itu ketika terjebak lampu merah.

"Kenapa lo berhenti?! Abang gue sekarat!!" bentak Gilang penuh amarah.

"Tapi-"

"Setelah lo bikin abang gue sekarat, lo mau bikin dia mati karena kehabisan darah?!! Lo lebih mentingin keselamatan lo sendiri daripada orang yang lo tabrak hah?!!"

"Iya! Iya! Gue trobos sekarang!" dan dia langsung tancap gas tanpa basa-basi. Ngga peduli kalau ada polisi yang ngejar mobilnya.









Suara roda brankar memenuhi lorong rumah sakit yang kian sepi. Gilang masih setia menangis sambil memegang tangan Bryan yang mulai dingin. Pasti abangnya kesakitan. Ini emang bukan sekali dua kali Bryan masuk rumah sakit. Karena dulu, dia sering terluka akibat hobi balapnya. Tapi beda untuk kali ini. Dia terluka karena tertabrak dan lukanya cukup parah. Itu yang membuat Gilang cukup merasa khawatir dan panik.

"Maaf, kami harus segera menangani pasien! Anda boleh menunggunya di sini," cegah salah seorang suster ketika Gilang enggan untuk melepas tautan tangannya dari tangan Bryan.

"Sus, saya mohon selamatkan abang saya. Dia salah satu abang yang sangat berharga bagi saya, Sus," mohon Gilang sambil menggenggam tangan sang suster.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin yang kami bisa. Permisi," ucapnya srbelum masuk dan menutup pintu UGD dengan rapat.

 Permisi," ucapnya srbelum masuk dan menutup pintu UGD dengan rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang