Adit natap tajam ke arah dua orang berseragam hitam yang nunduk takut. Entah udah berapa kali dia nerima kekecewaan dari orang-orang yang serupa dengan mereka yang ada di hadapannya sekarang.
"Saya kok jadi ragu sama kemampuan kalian," ucap Adit dingin.
"Kalian itu dibayar mahal sama saya. Bisa-bisanya nyari orang aja ngga becus!" lanjutnya marah.
"Maaf, Tuan. Kami kesulitan mencari mereka karena mereka benar-benar tak meninggalkan jejak sedikit pun. Sulit dicari jika kami tak tau secuil pun informasi dari mereka yang sekarang," ucap salah satu di antara mereka dengan nada takut.
"Sialan! Keluar kalian!" usir Adit dengan muka merah padam.
"Baik, Tuan. Kami permisi dulu," sahutnya sopan dan segera pergi dari sana.
Adit mengusak rambutnya frustasi setelah dua anak buahnya keluar. Sekarang dia makin bingung. Harus dengan cara apalagi agar Adit bisa cepet ketemu sama mereka? Rasanya semua cara udah dia kerahin, tapi hasilnya nihil.
"Gagal lagi?" tanya seorang perempuan sambil sidekap dada di ambang pintu. Perempuan dengan dress sederhana dan polesan make up tipis itu kemudian menghampiri Adit.
"Mereka aja yang ngga bisa kerja!" jawab Adit sambil natap layar laptopnya.
"Dit, mau sampai kapan kaya gini terus? Kita udah banyak ngeluarin uang cuma buat hal yang nyatanya sia-sia kaya gini," ujar perempuan itu sambil duduk di depannya yang di batasi meja kerja Adit.
"Cuma? Cuma kamu bilang?!" sahut Adit dengan muka kecewa.
"Calya! Aku ngga bakal kaya gini kalo dulu kamu itu nurut sama aku, suami kamu!" lanjutnya marah.
"Maksud kamu, di sini aku yang salah?!" ucap Calya ngga terima.
"Bagus kalo kamu ngrasa," jawab Adit dengan senyum remehnya.
"Dit! Kita ini udah nikah hampir setahun. Ngga seharusnya kamu ambil semua tanggung jawab penuh atas mereka. Mereka udah besar! Di sini kita berhak dong pindah rumah tanpa ngasih tau mereka dulu! Ngga semua hal yang kita lakuin untuk keluarga kecil kita, mereka harus tau!" kata Calya dengan nada tinggi.
"Itu menurut kamu. Calya, orang tua aku udah ngga ada. Adik-adik aku masih butuh bimbingan orang tua terutama tiga bungsu aku. Sebagai abang yang paling tua, aku punya banyak amanah dan tanggung jawab lebih dari orang tua aku. Mungkin sebagian orang emang berpikir kaya kamu. Tapi aku ngga bisa. Mereka terlalu berharga untuk aku. Mereka hidup lebih lama sama aku dibanding orang tua aku sendiri, jadi aku ngga bisa semudah itu lepas tanggung jawab," jelas Adit sambil nahan rasa sesak di hatinya.
"Sampai sekarang hidup aku ngga bisa tenang. Mungkin dulu kalo kita kasih tau mereka lebih awal, aku ngga akan kehilangan jejak mereka," lanjutnya lirih sambil nahan tangis.
"Ak-aku minta maaf karena belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu. Aku cinta dan sayang sama kamu. Tapi aku juga cinta dan sayang sama mereka. Maaf kalo kamu ngrasa di duakan, Cal. Mereka adalah salah satu alasan buat aku terus hidup di dunia ini. Mereka itu sangat berharga untuk aku," ucap Adit sambil genggam tangan Calya.
"Aku tau, kamu pasti banyak nelan kekecewaan setelah nikah sama aku. Aku ngga romantis kaya dulu. Aku sering ngacuhin kamu karena sibuk kerja dan cari saudara aku. Maaf, Cal. Satu hal yang kamu harus tau. Aku cinta sama kamu. Ngga ada wanita lain selain kamu di hati aku. Di hati aku, sedikit pun aku ngga akan pernah berpaling sama yang lain. Aku udah menetapkan hati ini buat diisi sama wanita yang udah berani nampar belakang kepala aku di tempat umum saat pertama kali ketemu," Adit tersenyum manis ke arah istrinya yang tersenyum malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We'll be Fine, Right? ✔
Fanfiction[VMINKOOK BROTHERSHIP-FAMILY] Perjalanan tiga bungsu Sanjaya masih berlanjut Sequel of Together Baam!