Lintang berlari ke taman rumah sakit sambil terisak. Dia ngga peduli lagi sama tatapan aneh orang-orang yang ada di sekitarnya. Badannya langsung meluruh ke tanah berumput dan terisak. Semua kejadian yang dia alami hati ini begitu menyedihkan dan menyakitkan.
"Maaf, Yan. Harusnya gue ngga emosi hiks, harusnya gue ngga ngusir Gilang hiks hiks. Maaf," lirih Lintang sambil menunduk.
"Ini semua salah gue hiks. Kenapa kalian yang kena imbasnya? Tuhan, kenapa ngga gue aja hiks," Lintang menengadah ke atas. Menatap langit hitam yang terlihat mendung.
"Gue ngga sanggup kalo adik gue harus menderita hiks. Gue ngga sanggup lihat kembaran gue lumpuh hiks," lirihnya.
Lintang berpikir emang harusnya dia mati aja waktu itu. Waktu di mana dia nenggelamin dirinya di bath up. Harusnya Bryan ngga nyelametin dirinya yang pembawa sial itu. Lihat sekarang? Bryan lumpuh karena dia yang ngga bisa ngontrol emosi dan berakhir adiknya pergi dari rumah.
Bresssss!
Lintang menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya. Masih menangis pilu tanpa memikirkan badannya yang basah kuyup itu mulai menggigil kedinginan.
"Ya ampun, kamu bisa kedinginan kalo hujan-hujanan begini," seseorang berjongkok sambil memayungi Lintang. Lintang mendongak sambil menahan sakit di kepalanya.
"Pahh..." samar-samar Lintang melihat laki-laki paruh baya itu karena matanya sudah memburam dan kepalanya semakin memberat.
Bruk!!
"Hei!" orang itu langsung membuang payungnya dan menangkap tubuh Lintang yang sudah tak sadarkan diri dan langsung membopong tubuh Lintang ke dalam rumah sakit.
"Dokter! Suster!" teriaknya sampai akhirnya dua orang suster menghampiri dengan membawa brankar.
"Langsung bawa dia ke UGD," perintah dokter yang baru aja datang.
Kini dokter itu beralih menatap pria paruh baya yang terlihat basah kuyup karena membawa Lintang.
"Kamu temuin anak itu di mana?" tanya dokter itu.
"Di taman. Tadi aku ngelihat dia lagi nangis, mungkin dia lagi sedih atau terpukul," jelasnya sambil menatap ruang UGD yang ngga jauh dari tempatnya berdiri.
"Dia salah satu keluarga dari pasien yang aku tangani. Dia punya kembaran dan kembarannya lumpuh karena kemarin dia mengalami kecelakaan," jelas dokter itu sambil natap lawan bicaranya dengan ekspresi sendu.
"Namanya Bryan. Dan anak yang kamu bawa namanya Lintang," lanjutnya.
"Bryan?" gumam orang itu.
"Sebaiknya kamu ganti baju dulu. Kebetulan aku bawa, tapi ada di ruangan aku. Hari ini jadwalmu terapi kan, Mas?" orang yang dipanggil 'Mas' mengangguk dan segera pergi dari sana.
.
.
.
Bryan menoleh ke arah pintu yang terbuka. Menampilkan dokter yang beberapa jam lalu mengatakan bahwa dirinya ngga bisa berjalan lagi. Bryan membuang muka ketika dokter itu berjalan mendekat.
"Apa keadaan Anda lebih baik, tuan Bryan?" tanya dokter itu sopan.
"Ngga ada yang bakal baik-baik aja setelah dia denger pernyataan yang paling menakutkan dan menyedihkan, Dok. Begitu pula dengan saya," sahut Bryan datar.
"Saya tau. Tapi kalau Anda percaya sama kekuasaan-Nya, pasti Anda bisa sembuh kok. Kabar baiknya Anda hanya lumpuh sementara," dokter itu tersenyum lembut ketika Bryan menoleh dan menatapnya ngga percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We'll be Fine, Right? ✔
Fanfiction[VMINKOOK BROTHERSHIP-FAMILY] Perjalanan tiga bungsu Sanjaya masih berlanjut Sequel of Together Baam!