Chapter 24

4.6K 533 322
                                    

Calya menatap Adit cemas karena suaminya itu belum bangun-bangun dari pingsannya. Kata karyawan di kantor, Adit sempat marah-marah ngga jelas dan nangis. Abis itu muntah dan pingsan. Jadinya sekarang dia ada di rumah sakit deh.

"Eungh," lenguhan keluar dari belah bibir Adit membuat Calya terkesiap.

"Dit?" panggil Calya pelan.

"Caca," lirih Adit dengan mata yang udah berkaca-kaca.

"Mau minum?" tawar Calya lembut.

"Mau kamu, mau peluk," sahut Adit manja sambil narik lengan Calya pelan.

"Adit, kamu kenapa sih?!" heran Calya sambil natap Adit dengan dahi berkerut.

"Jangan bentak," cicit Adit.

"Aku ngga bentak! Aku cuma heran sama kamu!" jawab Calya sedikit keras.

"Hiks, jangan bentak aku. Aku takut, Ca," Calya mendesah keras karena Adit yang terisak.

"Iya, sayang. Aku ngga bentak kok. Udah ya nangisnya?" ujar Calya dengan muka yang pura-pura manis.

"Sekarang kamu bilang ke aku, kamu itu kenapa? Ada masalah kantor?" Adit geleng tanda bahwa dia ngga ada masalah apapun.

"Ya terus? Kamu abis berantem lagi sama  adik-adik kamu?" Adit tetep gelengin kepalanya.

"Udah hampir berapa minggu loh, Dit. Kamu uring-uringan terus. Kalo ada masalah cerita sama aku, jangan dipendem sendiri. Kamu bilang ke aku kalo sebagai pasangan harus saling jujur dan percaya. Show off ke aku, Dit. Selama ini aku udah show off ke kamu. Aku selalu ngadu ini itu, selalu minta tolong ini itu ke kamu. Aku ngga mau jadi pihak yang selalu diberi semua afeksi atas kamu, sedangkan kamu sendiri ngga begitu sama aku," ucap Calya panjang lebar.

"Maaf, jangan marahin aku," lagi-lagi Calya hanya bisa buang napasnya kasar.

"Hm, sekarang kamu mau apa?" tanya Calya sambil berdiri.

"Mau Galih," jawab Adit pelan.

"Untuk apa? Kamu minta dia buat dateng ke sini?"

"Boleh kan?" Adit tanya balik sambil nunjukin puppy ayes.

"Ok. Tapi kemungkinan besar Galih kuliah atau di sanggar," Adit ngangguk paham meski mukanya udah lesu.


Selama nunggu galih sampai di rumah sakit, Adit diperiksa oleh dokter yang nanganin dia beberapa jam yang lalu. Calya berusaha buat ngga mikirin hal buruk tentang keadaan suaminya itu.

"Gimana, Dok? Saya ngga sakit parah kan?" tanya Adit cemas dibalas senyuman oleh sang dokter.

"Apa istri Bapak sedang hamil?" Adit mengangguk polos sebagai jawaban.

"Apa Anda sering merasa mual akhir-akhir ini?" Calya menggeleng.

"Saya ngga pernah mengalami morning sickness dan ciri-ciri ibu hamil pada umumnya, Dok. Mungkin sesekali saya menginginkan sesuatu," ujar Calya jujur.

"Bapak tenang aja, mungkin ini efek dari kehamilan istri Bapak," jelas sang dokter sambil melirik Calya yang memasah wajah leganya.

"Saya juga pernah menangani kasus seperti ini. Biasanya ketika suami mengalami morning sickness karena dirinya terlalu mencintai istri dan calon anaknya. Dia terlalu takut terjadi sesuatu dengan mereka. Mungkin bisa dibilang si suami bucin kalo jaman sekarang," terangnya sambil terkekeh diakhir kalimat.

"Siapa sih yang ngga bucin sama orang cantik kaya dia, Dok?"sahut Adit sambil menggoda Calya.

"Apaan sih, Dit?!" protes Calya karena malu.

We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang