Keadaan mereka memang berubah, tapi, kehangatan sebuah keluarga Sanjaya tak berkurang sedikit pun walau hanya tersisa mereka bertiga. Tak apa. Itu bukan masalah besar bagi mereka karena sekarang mereka sudah mulai terbiasa.
"Bang Bryan!!" teriak Gilang menggelegar di seluruh ruangan rumah sederhana yang di tempati mereka sekarang.
"Ngga usah teriak-teriak bisa ngga sih?! Gue ngga budek kaya pak Bolot ya!!" teriak Bryan sambil pasang muka jengkel. Padahal dia lagi duduk di kursi belajarnya Gilang sambil main hp dan Gilang sendiri lagi ada di kasur sambil misuh-misuh ngga jelas. Iya ngga jelas! Orang kuping Bryan aja disumpel pakai earphone.
"Ya lo ngga usah teriak juga, bego!!" sahut Gilang.
"Heh! Gue lagi marah ya!" tiba-tiba Gilang langsung pasang muka garangnya lagi sambil berkacak pinggang.
"Hubungannya sama gue apaan?" tanya Bryan datar.
"Anjim, untung abang sendiri," gumam Gilang.
"Huwaaa! Kenapa gue punya abang kaya lo sih?!" Gilang langsung lesehan sambil pura-pura nangis. Penginnya sih nangis beneran, tapi ngga bisa. Dia kan cowok gantle. Not my type kalau kata Gilang.
"Karena emang takdirnya begitu. Lo mau protes ke Tuhan kaya anak STM yang protes di depan gedung DPR pun ngga bakal pernah bisa ngerubah keputusan. Kenapa? Merasa tersaingi kegantengannya ya??" Gilang mendadak nyesel karena udah merendahkan harga dirinya dengan pura-pura nangis.
"Bang, gue tau lo itu punya bakat seni. Tapi pliss banget jangan eksperimen pakai barang-barang gue dong," ucap Gilang dengan ekspresi memelas.
"Harusnya tuh lo seneng karena gue berhasil nyiptain karya baru buat lo," jawab Bryan sombong.
"Iya, tapi itu topi mau gue pakai buat ngisi acara di kampus. Kenapa jadi begitu? Huwaaa!!! Bang Lintang kembarannya tolong diruqyah!" rasanya Gilang mau ganti abang aja kalau gini caranya. Bisa-bisa baju hitam kesayangannya juga bakal jadi korban lagi besok. Tidak, cukup kali ini saja karena Gilang udah capek.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mending kalian berdua aja deh yang diruqyah. Takutnya ada kuntilanak rempong yang nemplok," tiba-tiba aja Lintang udah berdiri di kusen pintu kamar Gilang sambil sidekap dada.
"Enak aja!" protes Bryan.
"Kalian mau berantem lagi apa makan? Gue sih penginnya kalian berantem terus gue yang habisin makanannya," ucap Lintang sambil turunin tangannya.