Chapter 7

3.1K 498 195
                                    


Gilang tau, sepandai-pandainya orang sembunyiin bangkai, pasti akan tercium juga baunya. Sebulan ini dia emang bisa sembunyiin tentang pekerjaannya dari abang kembarnya. Tapi lama-kelamaan mereka mulai curiga karena Gilang yang sering pulang telat dan juga punya banyak alesan waktu ditanya.

"Dari mana aja?" tanya Lintang sambil sidekap dada saat Gilang baru muncul dari pintu utama tanpa ngeluarin suara.

"Eh, abang. Belum tidur?" sahut Gilang sambil cengengesan.

"Gue tanya, lo dari mana jam segini baru pulang?" Lintang tanya lagi dengan tatapan intimidasi. Ngomong-ngomong sekarang udah jam sembilan malem.

"Gu-gue abis ngerjain tugas laporan di kost temen," jawab Gilang bohong.

"Lo ngga bohong kan?" selidik Lintang.

"Ngga lah!" bantah Gilang cepat.

"Tugas apa sampai jam segini baru selesai?" heran Lintang sambil jalan ke sofa.

"Lo mana tau, kan lo ngga kuliah," kata Gilang sambil jalan di belakang Lintang.

"Gilang! Jaga ucapan lo!" tegur Bryan yang baru aja keluar dari kamar.

Meski hatinya berdenyut nyeri, Lintang tetep ngulas senyum tanpa balikin badannya ke arah Gilang dan mending milih duduk.

"Yan, jangan gitu. Gilang bener kok," lerai Lintang.

"Maaf," lirih Gilang sambil nunduk. Bego! Bego! Harusnya dia ngga ngomong gitu ke Lintang. Jelas banget kalau ucapan dia nyakitin hati Lintang yang udah relain keluar kuliahnya demi dia yang sering bikin repot.

"Masuk ke kamar sana, istirahat jangan nugas mulu," suruh Lintang dengan muka biasa aja membuat Gilang semakin ngrasa bersalah.

"Ok, sekali lagi gue minta maaf, bang," Lintang ngangguk tanda ia baik-baik aja dan memaafkan perkataan Gilang.




Setelah Gilang masuk kamar, Lintang baru mengehela nafas sambil senderan. Disusul dengan Bryan yang ikutan duduk di sampingnya.

"Sebenernya gue ngga percaya kalo adek kita beneran ngerjain tugas," ujar Bryan buka pembicaraan.

"Gue juga, tapi mau gimana lagi?  Dia nya aja waktu ditanya alesannya sama terus," sahut Lintang sambil mandang langit-lamgit ruang tengahnya.

"Tang, lo ngga pengin kuliah lagi?" tanya Bryan sambil noleh ke arah Lintang.

"Duit dari mana, Yan? Buat makan kita sama bayar kuliah Gilang aja susah," Lintang tersenyum kecut setelahnya.

"Gue capek, Tang," lirih Bryan.

"Gue juga," balas Lintang sambil nolehin kepalanya hingga kedua pasang mata itu saling bertemu pandang.

"Gue pengin balik ke kehidupan gue yang dulu. Bukan karena uang, tapi karena gue kangen mereka," Bryan nundukin kepalanya setelah ngomong itu.

"Gue juga." ucap Lintang.

"Gue kangen semuanya tentang kita yang dulu. Kangen abang, kangen papa, kangen kamar, kangen masakan bang Adit, kangen ketawa bareng, sedih bareng. Pokoknya gue kangen semua tentang kita yang dulu. Meskipun dulu kita ngrasain gimana hidup penuh kepahitan karena sebuah perceraian. Tapi itu semua ngga ada apa-apa nya kalo kita bareng sama mereka," lanjut Lintang dengan senyum tipisnya dan menengadah ke atas supaya ngga nangis.

"Ayo ke Jakarta," ajak Bryan.

"Mau ketemu siapa? Di sana udah ngga ada siapa-siapa, Yan," sahut Lintang lemes.

"Kita cari aja bang Adit sama bang Ardi," balas Bryan sambil tegakin badannya.

"Bang Adit udah punya istri dan kita ngga tau sekarang dia tinggal di mana," jawab Lintang putus asa.

"Bang Ardi?"

"Ngga, Yan. Ngga tau kenapa, gue rasa bang Ardi menjauh dari kita semenjak papa meninggal. Apa cuma perasaan gue aja?" ungkap Lintang.

"Sama, gue juga ngrasa gitu. Terus gimana caranya biar kita bisa ketemu mereka lagi? Gue yakin rumah kita udah dijual sama bajingan itu!" kata Bryan dengan amarah tertahan.

"Kenapa harus kita yang nyari mereka? Kalo mereka beneran sayang sama kita, pasti udah dari dulu kita kumpul bareng kan? Secara bang Adit sama bang Bara udah bisa gajih orang. Harusnya mereka juga bisa kirim orang buat nyari kita," ujar Lintang dengan sirat kekecewaan.

"Lo bener. Kalo mereka sayang dan nganggap kita ini sebagai adik mereka, harusnya mereka nyuruh orang buat nyari kita sejauh apapun itu. Apa bener mereka udah ngga peduli lagi sama kita? Atau bahkan mereka lupa sama kita?" timpal Bryan dengan hati yang kian menyesak.




"Bang, apa kalian bener-bener setega itu sama kita? Gue selalu percaya kalo kalian masih sayang sama kita dan mau cari kita. Tapi sekarang gue sedikit ragu setelah gue, bang Lintang, sama bang Bryan lewatin masa sulit ini selama satu tahun lebih tanpa kalian, bang."




.

.

.



Adit menahan gejolak amarah pada dirinya sendiri setelah anak buahnya berhasil menemukan orang yang selama ini dia cari. Dia berharap kali ini bisa ketemu ketiga saudara bungsunya lagi setelah sekian lama dia nyariin ke penjuru Indonesia. Bukan semua tempat, hanya beberapa yang pernah didatangi sama mereka.

"Cepat antar saya ke sana!" perintah Adit dengan nada dingin.

"Baik, Pak!"


"Tunggu sebentar lagi. Abang bener-bener kangen sama kalian."


























I am back
Gimana kabar kalian nih?
Sebelumnya maaf pendek, aku ngantuk soalnya😂
Oh ya, trailer yang kemaren aku update di youtube sama wattpad aku hapus dulu karena videonya ternyata silent😭😭
Itu sih cuma video krn aku gabut jadi iseng bikin. Entar kalo udah aku edit, jangan lupa komen ya....

Bubay💜

Jangan lupa tidur ya🙃😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tidur ya🙃😊

Jangan lupa tidur ya🙃😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayo streaming!!!

We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang