Ngga ada yang pernah tau tentang jalan hidup seseorang, tentang takdir mereka. Begitu pula dengan takdir Lintang. Tentang jalan hidupnya yang udah mirip roller coaster. Ngomong-ngomong tentang roller coaster, Lintang takut loh naik wahana itu.
"Ngapain senyum-senyum gitu?" pertanyaan Bryan membuat Lintang langsung pasang muka datar. Tadinya dia senyam-senyum karena keinget waktu naik rolker coaster pas jaman SMP. Dia muntah-muntah dan hampir pingsan setelah naik wahana setan itu.
"Makanya kalo stress itu jangan diem aja. Jadi gila kan lo," lanjut Bryan yang langsung dihadiahi jitakan sayang sama Lintang.
"Aduh!" pekik Bryan dan langsung ngelus belakang kepalanya.
"Kalo ngomong disaring dulu!" tegur Lintang kesal.
"Ya abisnya dari tadi gue nyerocos, lo ngga jawab! Malah sibuk ngelamun sambil senyam-senyum. Heh! Jangan-jangan lo punya cewek ya?!" tuduh Bryan sambil melotot.
"Sembarangan! Gue masih single ya!" sahut Lintang ngga terima sambil nyumpal mulut kembarannya dengan sepotong apel.
"Kan bwisa aja gwitu," sahut Bryan sambil ngunyah apelnya.
Kriett...
"Suara kalian kedengeran sampai luar loh. Lagi cerita apa sih?" Lintang sama Bryan meringis sambil garuk tengkuknya masing-masing saat dokter Riyan masuk.
"Dok, di sini ada dokter spesialis mental ngga?" tanya Bryan yang langsung mendapat respon heran dari dokter Riyan juga pelototan tajam dari Lintang.
"Ada, emangnya kenapa? Kalian ada masalah sama men-tal kalian?" tanya dokter Riyan ngga enak.
"Ini si Linta.."
"Bryan!" potong Lintang.
"Ngga, Dok. Si Bryan ngarang!" lanjutnya ribut.
"Hehe, tadinya saya mau periksain Lintang ke sana. Dari tadi dia senyam-senyum sendiri masalahnya," dokter Riyan menggeleng ngga habis pikir sama tingkah laku dua pasiennya.
"Ya udah, sekarang tinggal pemeriksaan terakhir sebelum kalian pergi. Jadi, ada keluhan sama kaki kamu, Yan?" ujar dokter Riyan sambil mengecek kondisi Bryan.
"Ngga ada, Dok. Paling cuma badan yang masih pegel-pegel," sahut Bryan sesuai apa yang dia rasa.
"Tenang aja, saya bakal ikut kalian kok. Jadi, kamu bisa saya pantau," ucap dokter Riyan sambil mengulas senyum.
"Iya, makasih. Tapi... emang gapapa kalo saya udah bisa dirawat jalan?" tanya Bryan khawatir.
"Selama kondisi kamu cukup baik, saya rasa ngga masalah. Kamu tenang aja, ok?" Bryan akhirnya mengangguk.
Kriett....
"Gimana? Kalian udah siap?" mereka berdua kompak mengangguk.
.
.
.
Gilang natap jalanan lewat kaca jendela dengan muka sedihnya. Di sampingnya ada Bara yang menyetir mobil dalam diam. Di belakang ada Adit, Galih, dan juga Ardian. Mereka semua sama-sama diam karena ngga tau harus mulai berbicara tentang apa. Gilang masih cukup sensitif setelah ngamuk beberapa jam yang lalu. Tadinya dia juga ngamuk lagi saat Ardian minta untuk ikut. Ardian maksa ikut karena mau minta maaf sama Lintang dan Bryan.
Sesampainya di area parkiran, Gilang langsung buka sabuk pengaman dan keluar dengan tergesa tanpa peduli dengan teriakan saudaranya yang lain.
"Gilang!" teriak Bara dan mereka langsung segera turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
We'll be Fine, Right? ✔
Fanfic[VMINKOOK BROTHERSHIP-FAMILY] Perjalanan tiga bungsu Sanjaya masih berlanjut Sequel of Together Baam!