Chapter 02 : Pergi dan Datang

3.3K 466 329
                                    

Suasana dikediaman keluarga Sanjaya cukup sepi pagi ini. Bara ngga ada niatan mau bangunin adik-adiknya. Dia lebih memilih untuk minum es kopi di halaman samping rumah sambil ngalamun. Sekarang keadaan rumahnya udah beda. Rasanya makin aneh buat Bara. Terlalu sepi. Walaupun Bara ngga sering kumpul bareng sama saudaranya di rumah, tapi tetep aja rasanya beda dari yang sekarang.

"Bang," panggilan seseorang membuat Bara mendongak.

"Udah bangun. Bryan sama Gilang mana?"

"Masih tidur, hari libur mah mereka bakal berubah jadi beruang kutub," sahut Lintang sambil duduk di samping Bara.

"Masih pagi udah minum kopi dingin aja, bang. Ngga baik tau buat lambung apalagi buat sifat abang. Entar makin dingin loh," komentar Lintang saat Bara menyesap kopi americano nya.

"Mau coba?" Bara tak mengindahkan ucapan Lintang dan malah menawari adiknya.

"Ngga ah! Oh iya, abang udah sarapan? Gue laper nih," tanya Lintang.

"Belum, males," jawab Bara datar.

"Gimana ngga kurus, makan aja males," cibir Lintang.

"Gimana ngga bantet, kerjaannya makan mulu," sahut Bara sambil melirik Lintang dengan muka songong.

"Abang! Kita tuh cuma beda dikit ya! Ngga usah hina dong!" protes Lintang sambil natap Bara kesel karena dia udah hina tinggi badannya.

"Faktanya emang kamu itu bantet, Lintang. Udah terima aja," ucap Bara sambil nepuk bahu Lintang pelan dan tatapan prihatin.

"Abang!" seru Lintang ngga terima.

"Hahaha," bahak Bara sambil pegangin perutnya.

"Bang, ini apa?" pertanyaan Lintang sontak membuat Bara terdiam.

"Abang mau pergi?" tanya Lintang lagi.

"Siapa juga yang mau pergi. Finlandia terlalu jauh buat abang mah," sahut Bara cuek.

"Sibelius Academy. Gue tau lo pengin jadi musisi sama komposer kan, bang?" ujar Lintang setelah baca logo di amplop itu.

"Abang penginnya jadi pengangguran," jawab Bara ngasal.

"Bukan waktunya bercanda, bang," balas Lintang serius.

"Abang ngga akan ke sana. Kalo di sini masih ada universitas musik yang baik, ngapain harus jauh-jauh ke sana coba?" ujar Bara santai.

"Apa karena lo masih punya tanggung jawab atas gue sama dua adek lo yang lain?" tanya Lintang menuntut.

"Udah makin terik aja. Masuk yuk, bangunin duo kebo terus kita sarapan," ucap Bara mengalihkan pembicaraan.

"Bang," lirih Lintang sambil nyekal tangan Bara.

"Abang lebih sayang sama kalian daripada pendidikan abang," ucap Bara sebelum masuk ke rumah duluan.







Sarapan pagi ini cukup hening karena ngga ada topik pembicaraan yang menarik. Bara yang masa bodo dengan situasi seperti ini hanya makan dalam diam dan terkesan males. Sedangkan ketiga adiknya diam karena bingung harus ngapain.




Ting!

"Buat gue, bang," ujar Gilang sambil nusuk paha ayamnya pakai garpu.

"Gue dulu yang ngambil," sahut Bryan tak mau kalah.

"Ngalah dong sama adeknya," ucap Gilang dengan senyum paksa biar Bryan luluh.

"Ogah amat!" tolak Bryan sambil natap Gilang dingin.

We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang