Gilang bukanlah tipe orang yang ngga peduli sama lingkungan di sekitarnya. Tapi, dia cukup tau tentang posisinya. Ketika itu bukanlah masalah yang harus dia campuri, dia ngga akan mau ikut campur meski terkadang ada rasa ingin tau. Tapi, entah kenapa hari ini dia berani ikut campur sama urusan orang lain. Apalagi ini urusan seseorang yang selalu ganggu dia di kampus dengan dua orang yang lebih mirip sama preman.
Bugh!
"Bisanya cuma main kroyokan!" cibir Gilang setelah nonjok salah satu preman sampai tepar.
"Lo siapa ikut campur urusan kita hah?!" marah preman itu.
"Anak Pak Jokowi! Lo mau apa?!" sahut Gilang tanpa rasa takut, membuat dua preman itu ketawa.
"Situ halu?! Hahaha," balas sang preman sambil ketawa ngejek.
"Iyalah halu! Kalo beneran, mana mau gue baku hantam sama dua sampah kaya lo pada!" ujar Gilang keras dan cukup membuat kedua preman itu tersulut kembali.
"Sialan lo!" umpatnya sambil melayangkan tinjuan ke arah Gilang.
Bugh!
"Woy, sabar dulu dong," ucap Gilang sambil lap sudut bibirnya yang berdarah.
"Banyak omong lo, bocah!" mereka langsung nyerang Gilang dan sebagai atlet taekwondo sama pencak silat, Gilang tentu aja meladeni mereka dengan senang hati.
Bugh!
"Bang! Bisa ngga sih jangan pukul muka gue?! Aset negara ini!" protes Gilang di tengah-tengah adegan menegangkan itu.
"Cih! Banyak bacot lo, bocah!" jawab preman itu dan langsung nyerang Gilang lagi.
"Woy, Bani! Lo bego apa gimana?! Ini preman urusannya sama lo! Kenapa jadi gue yang ladenin sih?!" teriak Gilang ke arah orang yang duduk lemes ngga jauh dari mereka. Gilang teriak sambil hindarin amukan dua preman itu.
"Telepon polisi, bego!" teriak Gilang lagi.
"Bang, kita nego aja deh. Gue capek ladenin lo pada," ucap Gilang setelah menghela nafas beratnya.
"Jangan banyak tingkah lo!"
"Bang, emangnya lo mau gue pingsan? Entar kalo bapak gue tau, bisa abis lo pada, jadi makanan Yeontan si anjing kecentilan milik tangga gue," keluh Gilang sambil ancang-ancang, siapa tau mau di serang lagi.
"Alah! Kesabaran gue udah abis!" salah satu preman itu ngeluarin pisau yang membuat Bani dan Gilang melotot.
"Bang, hehehe. Damai aja yok?! Kita makan es kelapa bareng biar seger," bujuk Gilang sambil menghindari mereka.
"Takut lo?" ejek preman itu.
"Kagak! Mana ada anak presiden takut sama preman kaya situ!" elak Gilang sambil terus menghindar.
"POLISI! POLISI!" teriak Bani saat denger sirine polisi.
"Bro, kabur bro!!" ujar salah satu preman itu.
"Awas lo pada!" ancamnya sebelum lari untuk bersembunyi.
"Yah, cemen lo semua!! Hahaha, awwss," ejek Gilang diakhiri dengan ringisan karena bibirnya perih.
Bani berdiri sambil pegangin perutnya yang masih ngilu. Sementara Gilang sibuk ndumel karena mukanya bonyok.
"Ngapain lo ikut campur urusan gue?!" tanya Bani sinis.
"Sebenernya gue mah ogah ikut campur urusan lo! Tapi, gue kasihan lihat lo yang kesusahan lawan dua preman itu, jadi gue bantu deh. Btw, lo kaya anak kecil yang lagi dipalak, cupu!" ujar Gilang sambil ketawa lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
We'll be Fine, Right? ✔
Fanfiction[VMINKOOK BROTHERSHIP-FAMILY] Perjalanan tiga bungsu Sanjaya masih berlanjut Sequel of Together Baam!