Chapter 19

4.9K 566 236
                                    

Mobil Ardian memasuki pekarangan rumah yang sudah lama Gilang tinggalkan semenjak kejadian pengusiran itu. Setelah dua hari dikurung di apartemen, akhirnya Gilang bisa keluar meski bukan lagi di Bandung. Jujur aja ada rasa rindu yang terselip di hati Gilang. Tapi ini bukan saatnya untuk dia lepas rindu karena dua saudara sedang ngga baik-baik aja.

"Turun," ucap Ardian dingin.

"Gue mau pulang ke Bandung," ujar Gilang dingin.

"Turun, Gilang. Jangan bikin emosi gue makin memuncak!" desak Ardian sambil natap Gilang tajam dan segera turun dari mobil

Dengan berat hati Gilang turun dari mobil dan mengikuti Ardian masuk ke dalam.


Ding dong! Ding dong!

Ardian memencet bel rumah dengan sedikit brutal karena emosinya yang masih belum hilang.

"Iya! Iya! Bisa sabar ngga sih?!"

Deg!

Suara keras dan berat itu membuat jantung Gilang berdetak kencang. Dia ngga bisa bohong kalau sebenernya dia rindu abang-abangnya. Tapi sekali lagi, Gilang ngga bakal mungkin tetep stay di sini ketika dua saudaranya yang ada di luar sana sedang kesulitan. Dia ngga boleh egois.

"Bisa sab-"

Bara langsung mengurungkan niatnya untuk mengumpati orang yang baru aja mencet bel dengan brutal. Matanya terpaku dengan orang yang udah lama hilang dari pelukannya.

"Gi-gilang?" lirih Bara.

"Gilang!" Bara langsung menubruk tubuh bongsor adiknya erat dan menangis lirih karena saking rindunya. Sementara Gilang hanya diam membeku tanpa mau membalas pelukan itu. Hatinya masihlah sakit. Dia belum siap dengan semua ini. Dulu, momen ini adalah momen yang paling dia nanti-nantikan. Tapi sekarang? Entahlah. Gilang masih bingung.

"Kamu ke mana aja selama ini? Abang nyariin kamu ke mana-mana," ucap Bara setelah menghapus air matanya.

"Sebaiknya kita masuk," ucap Ardian datar. Bara ngangguk dan segera menarik tangan Gilang lembut agar mereka masuk.

"Ngga, bang!" sentak Gilang membuat Bara sedikit kaget.

"Gue pengin pulang!" tolak Gilang tegas.

"Ini rumah lo, Gilang!" bentak Ardian.

"Ini bukan rumah gue! Rumah gue ada di Bandung!" sahut Gilang dengan nada meninggi.

"Ngga usah ngaco jadi orang! Masuk ke kamar sekarang!" sulut Ardian.

"Ngga! Gue bakal tetep pulang! Gue bisa pergi sendiri!" tekan Gilang dan segera membalikan badannya. Namun langkahnya terhenti ketika tangan putih Bara mencekalnya.

"Rumah lo di sini, Gilang," ucap Bara dengan nada kalem agar Gilang ngga makin emosi.

"Apaan sih ribut-ribut?!" ucapan seseorang membuat ketiganya menoleh.

"Gilang!" orang itu langsung menubruk tubuh Gilang dan memeluknya erat.

"Ini bukan mimpi kan? Lo kembali, Lang," Gilang hanya diam tanpa berniat membalas pelukan dan pertanyaan abang ketiganya itu; Galih.

"Abang seneng akhirnya lo balik lagi ke sini," ucap Galih sambil hapus air mata haru dan rindunya.

"Oh ya, di mana si kembar?" tanya Galih ketika sadar kalau Lintang dan Bryan ngga ada di antara mereka.

"Ngapain lo nyari abang gue?" tanya Gilang dingin sambil natap Galih nyalang.

"Gilang," lirih Galih.

We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang