Chapter 28

3.6K 524 168
                                    

Sanjaya mengamati kedua anaknya yang duduk tenang di depannya. Udah ada seminggu mereka tinggal di Jakarta, tapi, si kembar ngga ada niatan mau nemuin saudaranya. Sebenarnya Sanjaya memaklumi itu semua. Tapi, kalau begini terus dia ngga jamin masalah keluarganya bakal cepet selesai.

"Yan," bisik Lintang.

"Hm?" dehem Bryan males sambil ngunyah makanannya.

"Gue ada salah lagi kah? Perasaan rambut gue udah bener, kenapa papa ngelihat kita gitu amat?" tanya Lintang sambil nyuri pandang ke arah Sanjaya.

"Lo kapan benernya emang?" Bryan balik tanya membuat Lintang mutar bola matanya males.

"Ngga usah bisik-bisik, lagian papa denger suara kalian. Habisin makanan kalian setelah itu papa mau ngomong," mereka ngangguk patuh dan segera habisin makanannya.


Setelah selesai makan malam, Sanjaya menatap mereka dengan serius dan membuat Lintang juga Bryan sedikit tegang.

"Papa mau balik lagi ke Australia," ujar Sanjaya.

"Ikut!" sambar Lintang cepet.

"No! Kalian sengaja papa suruh pulang ke sini buat nyelesaiin masalah kalian. Jadi, ngga ada yang boleh ikut," tolak Sanjaya sambil ngelirik Bryan sebentar.

"Pa~" rengek Lintang.

"Ok, kita bakal selesai in masalah kita secepatnya. Tapi, setelah itu biarin kita nentuin keinginan kita sendiri!" sahut Bryan datar dan langsung membelokkan kursi rodanya.

"Tuh kan! Papa sih pakai larang-larang kita buat ikut ke Australia lagi," gerutu Lintang dan langsung berdiri buat nyusulin Bryan.

"Lintang," panggil Sanjaya namun anaknya tetep jalan dan ngga gubris panggilannya.



.


.


.



Hari ini Gilang lagi rada rajin. Iya rada rajin, kan biasanya bolos. Ngga usah heran sama kelakuan dia yang sekarang, itu semua karena ketoxic-kan Bani. Mereka ngga aneh-aneh kok. Cuma bolos, ngga ada minum atau ngerokok di tempat rahasia. Ya itu semua karena mereka ngga mau jadi anak muda yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Bolos boleh, bandel boleh, tapi, bodoh jangan.

"Abis nugas main PS kuy," ajak Bani karena udah mulai bosen nemenin Gilang yang masih fokus sama laptopnya.

"Sirkuit aja," jawab Gilang dengan nada males.

"Bosen coy. Gimana kalo di jalan aja?"

Puk!

"Aduh!" erang Bani sambil ngelus kepalanya.

"Lo mau ketangkep polisi?!" sungut Gilang setelah nimpuk kepala Bani pakai buku yang lumayan tebal.

"Ya ngga usah pakai numpuk juga dong!" protes Bani.

"Maaf sengaja," balas Gilang datar.

"Kelamaan tinggal satu atap sama bang Bara ya gitu!" gerutu Bani. Fyi, karena Bani sering tidur di rumah Gilang, dia jadi sedikit tau karakter Gilang juga saudaranya yang lain. Apalagi Bara yang kaya kulkas berjalan.

"Kak Gilang!" panggilan seseorang membuat Gilang dan Bani noleh.

"Ada apa?" tanya Gilang tanpa minat. Sekedar info, sekarang dia termasuk jajaran kating famous di kampus.

"Eum itu.. Anu ada yang nyariin," sahutnya grogi.

"Siapa?" tanya Gilang to the point.

"Ngga tau. Tadi kata pak satpam yang lagi piket, orang yang nyari itu saudaranya kak Gilang," jawabnya.

We'll be Fine, Right? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang