Part 28

13.9K 1K 40
                                    

Plak!

Plak!

Bagh!

Dengan sisa tenaganya--Surya terus menampar dan memukul tubuh Lidya menggunakan sabuk tanpa memperdulikan ringisan kesakitan Lidya. Sekarang emosinya benar-benar telah menguasai dirinya.

"Ampun Pa, ampun!" Teriak Lidya tidak tahan merasa sakit pada tubuhnya.

"Anak kurang ajar!!! Siapa yang udah ngajarin kamu untuk berbuat hal menjijikan seperti itu Lidya?!"

Amarah Surya makin menjadi. Mengingat alasan dirinya di telfon oleh pihak sekolah selalu berhasil membuat amarah Surya semakin memuncak. Surya seketika langsung menahan malu mendengar hal tentang Lidya.

Sedangkan Rita tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa menangis di pelukan seorang gadis yang bernama Stella. Rita juga masih tidak menyangka atas perbuatan putrinya itu.

"Li-lidya gak sa-sala Pa." Lirih Lidya.
Tubuhnya sudah lemah. Darah di sekitar tubuhnya pun masih mengalir keluar. Wajah Lidya yang sudah lagi tidak terlihat segar di penuhi banyak darah.

Tamparan yang di berikan Surya membuat hidung Lidya mengeluarkan banyak darah. Bahkan sudut bibir Lidya pun ikut berdarah.

Surya yang sekarang bukan seorang Ayah yang selama ini Lidya kenal. Sekarang Surya seperti seorang yang tidak peduli, dulu Surya tidak seperti ini.

Bahkan melihat Lidya terluka sedikit saja Surya akan sedih, tapi sekarang Surya yang malah memberikan luka untuk Lidya.

"Gak salah kamu bilang?! Terus untuk apa saya sampai harus di panggil ke sekolah?! Untuk apa?!"

Plak!

Surya kembali memberikan tamparan untuk pipi Lidya. Putrinya harus di beri pelajaran atas perbuatannya yang sangat di luar batas itu.

"Saya malu! Saya malu mempunya anak seperti kamu! Selama ini saya selalu mendidik kamu yang benar! Tapi kenapa kamu malah menjadi jalang dan perempuan murahan, Lidya?!"

Deg!

Seketika hati Lidya tercubit. Mendengar dengan jelas Surya yang mengatai dirinya. Kenapa? Kenapa Surya menjadi seperti ini?

Lidya memejamkan matanya. Merasakan sakit pada fisik dan juga hatinya. Jujur saja sakit pada fisik Lidya tidak seberapa, tapi hati Lidya lebih sakit.

Bayangkan jika kalian berada di posisi Lidya sekarang. Mendapatkan hinaan dari Ayah kandung sendiri. Apa kalian bisa sanggup?

"Saya malu punya anak seperti kamu!!! Saya malu!!! Lidya yang saya kenal bukanlah seorang gadis murahan!!! Kenapa kamu jadi seperti ini Lidya!!!"

Cetar!

Surya melayangkan sabuknya lagi pada punggung Lidya yang sepertinya sudah lebam. Tapi Surya tetap tidak peduli itu.

"Lidya gak sa-salah Pa, Li-lidya gak melakukan i-itu." Lirih Lidya.

Lidya tau pembelaannya akan sia-sia. Tapi Lidya ingin tau jika dirinya memang tidak bersalah. Setidaknya ia sudah berbicara jujur.

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang