•••••
"Cla-clara?"
Clara tersenyum tipis. "Iya ini gue." Kata Clara lalu berjongkok di depan Lidya.
"Mau a-pa lo?" Tanya Lidya terpotong, karena masih sesenggukan.
"Nanti aja nanyanya. Ayo gue bantu berdiri!" Seru Clara dan memegan tangan Lidya dan membantunya bangkit dengan pelan-pelan.
"Kita ke rumah lo." Kata Clara.
Lidya hanya menurut saja. Ia masih belum sanggup untuk berbicara banyak. Lidya berjalan dengan tergopoh di bantu Clara yang menuntunnya.
Sebenarnya Lidya masih bingung dengan kehadiran Clara yang secara tiba-tiba, tapi saat ini Lidya belum bisa untuk bertanya baik. Nanti saja Lidya menanyakan segala kebingungannya kepada Clara.
"Astagfirullah Non!"
Pak Darma yang baru pulang dari pasar langsung terkejut saat melihat kondisi Lidya yang sangat mengenaskan. Pak Darma langsung menghampiri Lidya yang sedang di tuntun oleh seorang gadis.
"Non kenapa bisa gini?" Tanya Pak Darma dengan panik.
"Pak nanyanya nanti aja, Lidya harus segera di obati." Kata Clara sambil memberikan senyuman manisnya.
"Oh iya. Mari Bapak bantu." Kata Pak Darma langsung membantu menuntun Lidya masuk ke rumah.
Clara dan Pak Darma mendudukkan Lidya di sofa ruang tamu dengan hati-hati. Lalu Clara menatap Pak Darma untuk meminta bantuan.
"Pak saya bisa minta tolong bawa kota obat dong." Kata Clara dengan sopan.
"Baik Neng, tunggu sebentar." Jawab Pak Darma langsung berlari menuju tempat penyimpanan kotak obat.
Clara beralih lagi menatap Lidya yang sedang memejamkan matanya. Seketika hati Clara kembali tercubit melihat kondisi Lidya yang sangat mengkhawatitkan.
Clara mendudukkan dirinya di samping Lidya yang tengah menyandarkan tubuhnya pada belakang sofa dengan mata yang terpejam.
Tak lama kemudian Pak Darma datang membawa kotak obat dan langsung memberikannya kepada Clara.
"Nih Neng."
"Makasih Pak." Kata Clara.
"Iya Neng. Neng bisa obatin Non Lidya kan?"
"Bisa kok Pak, Bapak tenang aja."
Clara membuka kotak obat dan mengeluarkan beberapa macam botol obat untuk mengobati luka pada tubuh Lidya.
"Lid," panggil Clara membuat Lidya membuka matanya. "Luka lo harus di obatin dulu." Kata Clara.
Lidya mengangguk. Kemudian membenarkan posisinya agar berhadapan dengan Clara. Membiarkan gadis itu mengobati lukanya.
Dengan telaten Clara membersihkan darah pada luka yang ada di sudut bibir Lidya. Lalu mulai mengobatinya menggunakan obat merah.
"Pelan-pelan, sakit." Ringis Lidya.
Clara mengangguk. Selesai mengobati luka pada pipi dan sudut bibir Lidya, Clara beralih pada telapak kaki Lidya yang terluka karena menginjak batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lidya [Revisi]
أدب المراهقينRevisi WARNING⚠⚠⚠ CERITA DAPAT MEMBUAT ANDA EMOSI⚠SEPERTI BERKATA KASAR DAN MENGUMPAT⚠JADI TOLONG SIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA⚠⚠⚠ _________________________________________ Anak broken home? Tidak masalah. Selalu jadi yang kedua? Tidak masalah. Di kh...