Part 37

18.5K 1.3K 139
                                    

Hari ini adalah hari senin. Bertepatan dengan hari dimana Lidya yang katanya menjadi tersangka dalam video dewasa dengan Daniel akan di bawa ke kantor polisi.

Tidak mudah menghadapi dan menjalani masalah yang serumit ini, tapi jika Lidya tidak menyelesaikannnya pasti ia akan di anggap sebagai pecundang.

Sampai sekarang Lidya masih di fitnah menjadi perempuan pada video dewasa yang sekarang sudah tidak bisa di lihat lagi.

Lidya kesal setengah mati, karena para polisi belum juga menemukan bukti yang benar. Ingin sekali Lidya yang mencari bukti itu, tapi tidak ada yang ingin membantu Lidya.

Semoga saja Lidya segera terbebas dari fitnah ini, walaupun ia harus di bawa ke kantor polisi dan di mintai keterangan lebih dulu.

Jujur, Lidya lelah terus saja di hantui dengan fikiran yang penuh hinaan-hinaan orang. Walaupun ia tidak bersalah, tapi tetap saja rasanya di hina oleh banyak orang itu tidak enak.

Merasa paling bersalah, selalu di pojokkan, dan menjadi bahan bully-an satu sekolah bukanlah hal yang di inginkan oleh Lidya.

Sebenarnya Lidya tidak masalah jika dirinya sampai harus di keluarkan dari sekolah, tapi yang memberatkan bagi Lidya itu, nanti dirinya tidak akan di terima di sekolah manapun karena kasus yang di alaminya.

Sekolah mana yang ingin menerima murid dengan kasus video dewasa? Mungkin sekolah lain akan berfikir yang tidak-tidak.

Melelahkan memang jika kalian berada di posisi Lidya. Seorang gadis remaja yang selalu di hadapkan dengan masalah besar. Dan hanya diri sendiri yang menyelesaikan setiap masalah tanpa ada yang membantu.

Tapi Lidya tidak boleh terus mengeluh, mungkin tanpa ia ketahui di luaran sana ada gadis remaja yang paling menerima masalah banyak. Dan dirinya hanya sebagian kecil dari gadis lainnya yang menghadapi banyak masalah besar.

"Jangan khawatir, gue ada disini."

Lidya menoleh dan melihat Kakaknya yang tengah tersenyum untuk menenangkan dirinya yang tengah ketakutan.

"Iya Kak." Balas Lidya.

Rio semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Lidya. Menyalurkan ketenangan pada adiknya yang tengah ketakutan.

Tapi Lidya bukan ketakutan karena dirinya akan ketahuan bersalah, Lidya ketakutan karena dirinya akan memasuki tempat yang belum pernah ia masuki sebelumnya.

Di depan Lidya dan Rio ada kepala sekolah, beberapa guru, dan beberapa guru yang tengah berbicara. Lidya dan lelaki kurang ajar sedang menunggu orang-orang besar itu selesai berbicara.

Di saat seperti ini Lidya ingin sekali menghajar Daniel yang memasang wajah santai. Seyakin itukah Daniel jika Lidya akan ikut di keluarkan bersamanya? Tidak malu sekali.

Tapi Lidya sedikit iri pada Daniel yang di temani oleh Ibunya dan Ayahnya--kepala sekolah. Sedangkan dirinya hanya di temani oleh Rio.

Jadi wajar saja jika Lidya ketakutan. Seharusnya saat sedang menghadapi masalah sebesar ini, Lidya di temani Rita dan Surya. Tapi sayangnya tidak.

"Baiklah. Sekarang kita berangkat ke kantor polisi, setelah itu ke pengadilan untuk menuntas kasus ini sampai selesai." Pak Wira membuka suara.

Tangan Lidya semakin gemetar. Bahkan seluruh tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Ia tidak bisa membayangkan saat dirinya di sidang nanti.

"Lidya, Daniel mari berdiri." Titah Pak Herman--salah satu polisi yang menangani kasus Lidya.

Lidya menurut. Ia bangkit dari duduknya bersama dengan Rio yang setia menggenggam tangannya.

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang