Part 11

15.4K 1.1K 74
                                    

Lidya mengantar Reyhan sampai depan. Ketika hari mulai sore Reyhan memutuskan untuk langsung pulang.

"Aku pulang ya, jaga diri kamu. Kalau ada apa-apa langsung kabarin aku aja." Kata Reyhan.

"Iya."

Reyhan segera menaiki motornya. Sebelum melajukan motor, Reyhan mengacak rambut Lidya terlebih dulu.

"Kebiasaan deh." Lidya berdecak kesal sambil membenarkan rambutnya.

Sedangkan Reyhan hanya terkekeh. Entah sejak kapan Reyhan memiliki kesukaan membuat gadisnya kesal. Menurut Reyhan akan tambah lucu jika Lidya sedang kesal.

"Yaudah aku pergi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Selepas kepergian Reyhan, Lidya masuk kembali ke dalam rumahnya. Baru saja menutup pintu sudah ada dua manusia meresahkan masuk tanpa izin.

"Sera? Nessa? Ngapain lo berdua kesini?" Tanya Lidya berjalan menghampiri kedua temannya yang sudah duduk santai di sofa ruang tamu.

"Ngapain aja asal bahagia." Jawab Sera sekenanya.

Lidya memutar bola mata malas. Padahal tadi Lidya mau istirahat, tapi tamu tidak di undang itu malah datang. Gagal sudah rencana Lidya bersantai.

"Tadi tuh kita khawatir sama lo." Celetuk Nessa.

Lidya yang baru duduk di sofa menoleh. "Khawatir kenapa? Perasaan gue baik-baik aja tuh." Lidya menatap Nessa dengan bingung.

"Ya lo pikir aja kalau jadi gue sama Nessa liat lo buru-buru pulang. Padahal biasanya lo selalu pulang belakangan," sahut Sera.

"Bener. Kita mau nanya kenapa lo buru-buru eh malah lo nya langsung keluar aja. Pas di datengin ke rumahnya, ternyata lagi mantap-mantap sama pacar," kata Nessa.

"Mantap-mantap apaan tuh? Lo jangan kotor deh kalau punya pikiran," kata Lidya.

"Maksud gue lo malah bahagiaan sama Rey. Temennya khawatir lo malah bahagia. Jangan soudzon dulu deh," jelas Nessa.

Lagian siapa yang punya pikiran kotor? Nessa tuh masih polos. Masa iya gadis polos pikirannya liar sih. Lidya emang suka gegabah.

"Lo kalau ngomong yang jelas, gue jadi kebawa ambigu!" Sera mendelik tajam ke arah Nessa.

"Punya temen otaknya setengah semua." Kata Nessa malas.

Sera hanya menatap Nessa dengan tajam. Kemudian kembali menatap Lidya. "Jadi tadi lo kenapa?" Tanya Sera.

"Gue gapapa. Kalian aja yang terlalu berfikiran aneh," jawab Lidya enteng.

Sera menghela nafas dengan lelah. Sejujurnya Sera paling tidak suka jika ada orang yang menjawab bohong padahal dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"Boleh gak sih mulai detik ini gue benci sama kata 'gapapa'?" Tanya Sera tertuju untuk menyindir Lidya.

"Gue emang gapapa." Kata Lidya meyakinkan.

"Terus kenapa lo buru-buru pulang?"

Lidya menghela nafasnya pelan. Jika menjawab pertanyaan dari Sera maupun Nessa itu harus di jelaskan dengan rinci.

"Tadi gue ada janji sama Rey pulang sekolah, makanya gue buru-buru. Sampai sini faham?"

Lagi. Lidya kembali membohongi kedua temannya. Tolong jangan tanya alasannya kenapa, yang jelas Lidya hanya ingin menunjukkan selalu kepada Sera dan Nessa jika ia baik-baik saja.

"Bener?"

"Bener Sera. Kenapa sih lo banyak nanya banget." Kesal Lidya.

"Lo bukannya makasih udah di khawatirin, malah marah. Gak jelas banget hidup lo."

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang