Lidya, Sera dan Nessa berjalan beriringan menuju kantin. Sesekali mereka bertiga tertawa karena obrolan yang menurut mereka lucu.
"Lid kemarin lo udah di bawa ke dokter kan?" Tanya Sera masih khawatir mengenai telapak tangan Lidya yang terkena beling.
Lidya menggeleng. "Cuma luka biasa, jadi gue pikir gak perlu ke dokter." Jawab Lidya.
"Ih Lid luka biasa gimana? Tadi lo cerita beling masuk ke tangan lo aja udah buat ngeri. Lebih baik nanti lo ke dokter aja deh, takutnya infeksi," kata Nessa.
"Ngga lah. Orang waktu gue luka langsung di obatin kok," kata Lidya.
"Lagian gue gak habis pikir ya kenapa lo bisa kemasukkan beling gitu," Sera menatap Lidya dengan tatapan bingung.
"Kan gue udah bilang kemarin gue gak sengaja pecahin piring, eh pas lagi di beresin gue malah kena beling," kata Lidya menjelaskan ulang.
Padahal tadi pagi saat Sera dan Nessa menyadari tangan Lidya di perban dan langsung menanyakan apa penyebab tangannya di perban, Lidya langsung menjelaskannya.
"Harusnya sih kena jari aja. Kenapa telapak tangannya coba?"
"Gak ngerti-ngerti banget sih. Waktu gue lagi beresin tuh kan tangan gue nahan satu di lantai, makanya telapak tangan yang kena. Lemot banget," Lidya memutar bola matanya malas.
"Oh iya ya." Sera menyengir polos.
"Lain kali lo harus hati-hati, gimana kalau nanti mata lo yang kemasukkan beling coba?" Tanya Nessa.
"Ya ngga lah! Ya kali."
"Kan bisa jadi."
Lidya hanya memutar bola mata malas. Kedua temannya itu memang lemot dan ngawur, jadi jangan salah kalau terkadang Lidya malas menanggapi mereka.
Ketiga gadis itu melirik ke lapangan yang ramai, karena ada kelas yang sedang olahraga. Tapi fokus Lidya kepada seorang gadis yang tengah berjalan di sisi lapangan.
"Clara? Dia langsung sekolah?" Gumam Lidya ketika melihat Clara berjalan sambil membaca buku.
Tiba-tiba Lidya menghentikan langkahnya membuat Sera dan Nessa ikut berhenti melangkah.
"Lid kena--"
"Clara!!!" Lidya berteriak sekeras mungkin. Bahkan bukan hanya Lidya yang teriak tapi orang-orang yang ada di sana pun ikut meneriaki nama Clara.
Bruk!
Lidya menutup mulutnya ketika melihat tubuh Clara ambruk setelah kepalanya terkena lemparan bola basket.
Saat Lidya ingin melangkah, tapi niatnya untuk melangkah mendekati lapangan tidak jadi karena melihat Reyhan berlari menuju lapangan.
Lidya sudah tau apa yang akan terjadi setelahnya. Jadi lebih baik Lidya diam saja disini.
Sera dan Nessa tidak kalah terkejut ketika tadi melihat Clara terkena bola basket. Pasti rasanya sakit. Tapi ketika mereka berdua menatap Lidya yang diam, sekarang Sera dan Nessa tau mana yang lebih sakit.
"Lidya," panggil Sera namun tak di gubris oleh Lidya.
Semua orang menyisi, termasuk Lidya dan kedua temannya saat Reyhan berlari sambil menggendong tubuh Clara yang sudah pingsan.
Dapat Lidya lihat jika Reyhan begitu khawatir. Lidya jadi berfikir, apa jika dirinya yang ada di posisi Clara, Reyhan akan sekhawatir itu.
"Lidya," Nessa menepuk bahu Lidya membuat sang empunya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lidya [Revisi]
Teen FictionRevisi WARNING⚠⚠⚠ CERITA DAPAT MEMBUAT ANDA EMOSI⚠SEPERTI BERKATA KASAR DAN MENGUMPAT⚠JADI TOLONG SIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA⚠⚠⚠ _________________________________________ Anak broken home? Tidak masalah. Selalu jadi yang kedua? Tidak masalah. Di kh...