Part 24

13.7K 1.1K 9
                                    

Prank! Prank! Prank!

Brak! Brak! Brak!

Semua barang sudah berserakan dimana-mana, cermin pun sudah retak dan hancur di atas lantai. Bahkan sampai meja dan kursi sudah tergelatak tidak di tempatnya.

"Argh! Gue benci! Gue benci ini semua!"

Teriakan Lidya begitu nyaring memenuhi kamarnya yang sudah sangat berantakan.

Selepas pulang dari rumah sakit Lidya langsung menuju kamarnya dan mengacak kamarnya hingga sangat berantakan.

Lidya masih belum bisa menerima semua yang menimpanya. Rasanya sangat tidak mungkin terjadi, ini semua terlalu menyakitkan untuk Lidya.

"Benci! Benci! Benci!"

Lidya mengepalkan tangannya. Seperti waktu itu tangan Lidya kembali mengeluarkan banyak darah, karena tadi ia menonjok cermin sampai tangannya berdarah.

"Kenapa harus gue?!" Teriak Lidya frustasi.

Tubuh Lidya terjatuh perlahan dengan isakan tangis yang terus mengiringi. Kedua tangan Lidya masih terkepal kuat, tidak peduli rasa sakit yang akan semakin parah.

Tes.

Lidya merasakan sesuatu lagi yang belakangan ini selalu mengganggu Lidya. Tangan Lidya terulur menyentuh hidungnya.

Darah.

Lidya menemukan banyak darah pada tangannya setelah menyentuh hidungnya sendiri. Lidya kembali mimisan. Dan mimisan itu telah membuat kepala Lidya bertambah pusing.

"Argh!"

Lidya menggeram marah. Walau nyatanya ia tidak tau harus marah pada siapa. Tapi saat ini Lidya ingin sekali meluapkan amarahnya.

Bugh! Bugh! Bugh!

Lidya memukul-mukul lantai yang berserakan banyak barang dan serpihan beling, berharap amarahnya akan meredam.

Tapi nyatanya tidak.

Bukannya Lidya tenang, ia malah merasa sesak pada dadanya. Membuat Lidya kembali memukul-mukul lantai sampai tangannya kembali mengeluarkan banyak darah.

"Gue benci! Gue benci!" Teriak Lidya lagi.

Lidya memundurkan dirinya dan memojok di ujung meja. Lidya meringkuk dengan tangan yang memeluk kedua kaki.

"Hiks...hiks...hiks..." Lidya kembali terisak.

Saat ini fikiran Lidya benar-benar kacau. Sampai Lidya tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Bahkan gadis malang itu sampai melukai dirinya sendiri.

Orang-orang yang melihat keadaan Lidya sekarang akan menganggap jika ia sudah gila. Penampilan yang acak-acakan di tambah banyak darah yang belum juga berhenti akan menampakkan Lidya yang memang seperti orang tidak waras.

"Kenapa harus gue?" Lirih Lidya. Matanya menatap lurus pada lantai kamar yang berserakan dengan darah di sekitarnya.

Tatapan Lidya mulai melemah. Kepalanya yang semakin pusing menguasai kesadaran Lidya. Sampai pada akhirnya Lidya memejamkan mata, Lidya jatuh pingsan.

Brak!

"Non Lidya!"

Pak Darma yang sejak tadi berusaha untuk mendobrak pintu kamar Lidya akhirnya berhasil. Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat kamar Lidya yang berantakan juga di penuhi banyak darah.

Melihat Lidya yang tergeletak di lantai dengan tubuh di lumuri banyak darah membuat Pak Darma langsung panik.

Pak Darma segera berlari ke arah Lidya. Dan menepuk pelan kedua pipu Lidya berharap gadis itu akan bangun.

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang