"Aku rindu kamu, Rey." Lirih Lidya.
"Lepas." Kata Reyhan dengan nada dingin. Bahkan wajahnya pun tidak menampilkan raut apapun.
Seolah-olah Reyhan menunjukkan jika dirinya tidak merindukan Lidya, seperti Lidya merindukannya.
Lidya melepas cekalannya pada pergelangan tangan Reyhan. Tangan Lidya terulur untuk menghapus air matanya yang sudah jatuh sejak tadi.
"Kenapa Rey? Kenapa kamu kaya gini?" Tanya Lidya lirih.
Lidya menatap Reyhan yang memalingkan wajahnya. "Aku tau kamu jijik sama aku, tapi tolong Rey jangan berubah kaya gini. Kalau kamu jijik sama aku, seenggaknya kamu jangan seperti orang asing kaya gini. Aku rindu Reyhan yang dulu."
Reyhan diam. Sepertinya lelaki itu tidak berniat untuk membalas perkataan Lidya.
"Maaf Rey aku belum bisa jadi pacar yang baik untuk kamu. Seharusnya kamu merasa bahagia, tapi aku malah mempermalukan kamu." Kata Lidya lagi.
Lidya masih berusaha untuk membuat Reyhan membalas perkataannya. Walaupun Lidya menduga jika setelah ini Reyhan akan berlalu pergi begitu saja.
"Apa aku gak punya kesempatan untuk ngejelassin semuanya? Apa kamu udah terlalu percaya sama fitnah itu?" Tanya Lidya.
Reyhan menoleh. Membalas tatapan Lidya yang terpancar akan kesedihan. Sudah lama Reyhan tidak berbicara dengan gadis yang masih menyandang sebagai kekasihnya itu.
"Video itu udah menjelaskan semuanya. Aku rasa gak ada lagi kata yang bisa kamu buktiin sebagai kebenaran." Balas Reyhan.
"Tapi itu memang bukan aku Rey. Sampai kapanpun aku gak pernah sudi melakukan hal sekeji itu. Apa yang harus aku perbuat sih Rey, supaya kamu bisa percaya sama aku?"
"Gak ada, udah gak ada lagi yang bisa kamu perbuat. Semuanya udah jelas, sekuat apapun bukti yang kamu tunjukkin, nyatanya itu akan terlihat kalau kamu mengelak."
"Aku mengelak karena memang aku gak salah Rey. Perempuan yang ada di video itu memang bukan aku. Daniel, lelaki brengsek itu yang udah ngejebak aku untuk melindungi pacarnya."
"Kamu sama Daniel sama aja Lid, gak ada bedanya."
"Maksud kamu apa?"
"Kamu sama Daniel itu sama. Sama-sama murahan dan gak tau diri."
Deg!
Hati Lidya sakit mendengarnya. Lidya tidak menyangka jika Reyhan akan mengatakan murahan lagi kepada dirinya.
"Perkataan aku tempo hari tentang menyesal pacaran sama cewek murahan kaya kamu emang bener. Aku emang nyesel pacaran sama cewek kaya kamu. Cewek yang gak bisa jaga kesuciannya, cewek yang gak bisa menghargai pacarnya, cewek yang gak bisa jaga harga dirinya, dan cewek yang udah..." Reyhan menjeda.
Lidya masih mendengarkan perkataan Reyhan dan menunggu kelanjutan dari perkataannya itu.
"...cewek yang udah gak ada malunya." Lanjut Reyhan.
Seketika tubuh Lidya melemah. Perkataan Reyhan barusan sangat menusuk hati Lidya. Benarkah jika Lidya sudah tidak ada malunya?
Jujur, perkataan yang seperti hinaan jika di lontarkan oleh orang yang kita sayang itu sakitnya lebih dari sakit hati biasa. Apalagi orang yang kita sayang menghina diri kita dengan kejamnya.
Air mata Lidya kembali jatuh, bahkan sekarang dada Lidya mulai terasa sesak. Lidya masih tidak menyangka saja dengan perkataan Reyhan yang seperti menjatuhkan harga dirinya.
Lidya tertawa pelan, lalu menghapus air matanya dengan kasar. "Semurah itu ya aku di mata kamu? Sampai kamu bilang aku udah gak ada malunya lagi."
"Iya, kamu memang murah di mata aku. Kamu udah melakukan hal keji dan dengan bangganya memposting video itu sampai banyak yang lihat. Jadi kamu memang cewek murahan kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lidya [Revisi]
Teen FictionRevisi WARNING⚠⚠⚠ CERITA DAPAT MEMBUAT ANDA EMOSI⚠SEPERTI BERKATA KASAR DAN MENGUMPAT⚠JADI TOLONG SIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA⚠⚠⚠ _________________________________________ Anak broken home? Tidak masalah. Selalu jadi yang kedua? Tidak masalah. Di kh...