Air mata Lidya kembali turun. Hati Lidya begitu sakit melihat tubuh Reyhan yang terkulai lemah di atas brankar rumah sakit.
Lidya menyadari jika seharusnya dirinya yang berada di atas brankar itu, bukan Reyhan. Semuanya salah Lidya, dan Lidya lah yang harus menanggung akibatnya. Bukan malah Reyhan yang malah menjadi korban.
Fani sudah menangis di samping tubuh Reyhan. Sedangkan Luki memeluk tubuh Fani untuk menenangkan istrinya tersebut.
Rasa bersalah Lidya semakin bertambah saat melihat Fani menangis sesenggukan sambil berkata lirih kepada Reyhan untuk bangun.
Gara-gara Lidya, Ibu Reyhan harus menangis seperti itu. Jika saja Lidya tidak menampar Reyhan dan memarahi lelaki itu mungkin semua ini tidak akan terjadi.
"Bangun Nak, ini Bunda," lirih Fani.
Lidya tau seberapa sedih dan khawatir yang terpancar dari mata Fani, sebab Rita--dulu pernah menunjukkan siratan kesedihan dan kekhawatiran. Sayangnya sekarang sudah tidak lagi.
"Tante, jangan sedih. Pasti Reyhan bangun kok, kalau Tante sedih kaya gini nantinya Reyhan gak mau bangun gara-gara Tante nangis. Jadi senyum ya Tan, biar Reyhannya cepet bangun." Kata Lidya berusaha menghibur Fani.
Fani mengangkat kepalanya dan menatap Lidya cukup lama, sampai akhirnya ia tersenyum.
"Iya kamu bener, seharusnya Tante gak nangis kaya gini. Soalnya Reyhan paling gak suka kalau Tante nangis." Balas Fani.
Lidya membalas senyuman Fani. Setidaknya sedikit saja Lidya bisa menghibur Ibu dari kekasihnya tersebut.
Tiba-tiba Fani berjalan ke arah Lidya membuat Lidya seketika menjadi gugup. Tapi sebisa mungkin Lidya bersikap masih sopan.
Lidya merasakan tangan hangat mengelus pipinya. Entah mengapa tatapan teduh yang di berikan Fani mampu menghangatkan hati Lidya.
"Sudah lama Tante ingin bertemu sama kamu. Selama ini Clara selalu menceritakan tentang kamu. Padahal Tante selalu menyuruh Reyhan untuk bawa kamu ke rumah, tapi katanya kamu gak pernah ada waktu karena banyak urusan yang harus kamu kerjakan." Kata Fani secara tiba-tiba.
Lidya cukup terkejut mendengar perkataan Fani. Selama ini Reyhan tidak pernah mengajak dirinya ke rumah. Dan sangat tidak mungkin jika Lidya menolak ajakan Reyhan yang akan membawanya ke rumah.
"Maaf Tante," kata Lidya pelan.
Lidya masih punya otak untuk tidak menjelekkan kekasihnya di depan Ibunya sendiri. Bagaimanapun Lidya harus menghargai Reyhan.
"Gapapa sayang. Seenggaknya sekarang Tante udah ketemu sama gadis yang kata Clara sangat baik." Kata Fina.
Lidya tersenyum. Cukup senang mendengar perkataan Fina, walaupun Lidya tidak tau apa saja yang Clara bicarakan kepada orang tua Reyhan.
"Tante sama Om udah makan?" Tanya Lidya.
Fani menatap Luky kemudian kembali menatap Lidya. "Belum. Tadi kami belum sempet makan, karena keburu khawatir sama Reyhan." Jawab Fani.
"Kalau gitu Tante sama Om ke kantin dulu, biar Lidya yang jagain Reyhan." Kata Lidya.
"Ngga sayang. Tante sama Om bisa makan nanti, kita gak mungkin ninggalin kamu disini sendirian."
"Gapapa kok Tan. Biar nanti waktu Reyhan sadar kalian bisa dengan tenang ngobrol sama Reyhan."
"Tapi Tante gak enak sama kamu."
"Gapapa Tan. Yang penting Tante sama Om makan dulu."
Fani akhirnya mengangguk. Ia meminta Lidya agar menjaga Reyhan sampai dirinya dan suaminya kembali. Setelah itu Fani berpamitan kepada Lidya untuk pergi ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lidya [Revisi]
Teen FictionRevisi WARNING⚠⚠⚠ CERITA DAPAT MEMBUAT ANDA EMOSI⚠SEPERTI BERKATA KASAR DAN MENGUMPAT⚠JADI TOLONG SIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA⚠⚠⚠ _________________________________________ Anak broken home? Tidak masalah. Selalu jadi yang kedua? Tidak masalah. Di kh...