Part 34

15.9K 1K 58
                                    

Lidya langsung turun dari mobil ketika sudah sampai di halaman rumahnya. Setelah berpamitan pada Pak Darma, Lidya langsung melangkah menuju rumahnya.

Saat Lidya membuka pintu, ia di buat terkejut dengan kehadiran seseorang yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Kak Rio?" Beo Lidya masih dengan keterkejutannya.

Rio yang sedang memainkan ponsel mendongak ketika mendengar suara orang yang sejak tadi di tunggunya.

Sebenarnya Rio sudah sadar dengan kepulangan Lidya saat dirinya mendengar suara mobil.

Rio tersenyum tipis, kemudian ia bangkit dari duduknya. Berjalan menghampiri Lidya yang diam, karena masih terkejut.

"Maaf gue baru dateng." Kata Rio. "Gue kesini untuk memastikan kebenaran tentang masalah yang sedang lo hadapin."

Mendengar hal itu seketika kedua mata Lidya memanas, siap menumpahkan bulir air mata. Saat Surya dan Rita datang, Rio memang tidak ada. Tapi Lidya yakin jika kakaknya itu sudah mengetahui semuanya dari sang Ayah.

"Kenapa bisa Lid?" Tanya Rio dengan suara pelan.

"Kakak percaya sama Lidya, kan?" Lidya balik bertanya.

Rio menghela nafasnya. Ia memegang kedua bahu Lidya dan menatap mata adiknya dalam. Mata yang sebentar lagi akan mengeluarkan air mata.
"Gue selalu percaya sama lo, Lid. Gue gak akan seperti Mama dan Papa yang langsung emosi tanpa mendengarkan penjelasan dari lo dulu. Gue gak sebodoh itu Lid, menghilangkan rasa percaya gue sama adik sendiri sebelum mendengarkan penjelasan langsung dari mulut lo sendiri." Jawab Rio.

Lidya langsung memeluk tubuh Rio dengan erat dan menumpahkan tangisannya yang sejak tadi ia tahan.

Lidya bersyukur ada orang yang masih mau mendengarkan penjelasannya. Setidaknya Lidya mempunya alasan untuk tetap kuat.

"Lidya gak salah Kak. Hiks..." Lirih Lidya.

Rio mengelus kepala Lidya dengan lembut, sesekali mencium puncak kepala adiknya dengan sayang.

"Justru itu gue kesini untuk mendengarkan penjelasan dari lo. Karena gue yakin kalau adik manis gue ini gak mungkin melakukan kesalahan besar seperti itu." Kata Rio.

"Lidya bakal jelasin semuanya ke Kakak dan meyakinkan Kakak kalau Lidya gak bersalah. Hiks..."

"Nangis aja dulu sampai lo puas. Setelah itu baru lo jelassin semuanya sama gue."

"Hiks...hiks...hiks..."

Lidya terisak dalam pelukan Rio. Seperti kata Rio tadi, lebih baik Lidya menangis saja dulu sampai puas. Jika sudah puas maka Lidya akan langsung menjelaskan semuanya kepada Rio.

Rio masih setia mengelus kepala Lidya dengan lembut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rapuhnya adiknya itu menghadapi masalah tersebut seorang diri.

Rio yang menjadi seorang lelaki saja mungkin tidak sanggup jika berada di posisi Lidya. Apalagi Lidya yang notabennya seorang perempuan, mungkin sudah sangat rapuh.

"Maafin gue, Lid. Gue belum bisa jadi Kakak yang baik buat lo."

~oOo~

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang