Part 10

16.4K 1.1K 24
                                    

Lidya segera turun dari motor Reyhan ketika sudah berada di halaman rumahnya. Lidya menunggu Reyhan yang sedang membuka helmnya.

Saat Lidya sedang menunggu, Pak Darma datang menghampiri Lidya. "Non," panggil Pak Darma.

"Iya Pak, ada apa?" Tanya Lidya.

"Tadi Tuan nelfon ke telfon rumah non." Kata Pak Darma.

Lidya diam mendengar hal tersebut. Tapi Lidya langsung kembali tersenyum menatap Pak Darma.

"Oh iya Pak. Kayanya Papa nelfon ke hp Lidya dulu, tapi hp Lidya nya lagi mati. Makasih ya Pak." Kata Lidya.

"Iya Non, Bapak permisi dulu." Pamit Pak Darma lalu pergi dari hadapan Lidya.

Lidya beralih menatap Reyhan yang sedang menatapnya. Lalu Lidya menarik tangan Reyhan untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Kamu duduk dulu, aku mau ambil minum." Kata Lidya yang di balas anggukan oleh Reyhan.

Reyhan duduk di sofa panjang yang tersedia di ruang tamu. Matanya menelusuri rumah Lidya yang begitu besar dan lega. Tiba-tiba Reyhan merasa sedih.

Reyhan membayangkan betapa sepinya Lidya berada di rumah sebesar ini yang tidak ada penghuni selain Lidya.

Lagi. Reyhan kembali mengingat kejadian tadi di taman. Setelah Lidya mengatakan jika dirinya membenci Reyhan, lelaki itu langsung bertekuk lutut meminta maaf kepada Lidya.

Dan beruntungnya Reyhan yang langsung mendapat maaf dari Lidya. Jadi akan sangat menyesal siapapun yang telah menyakiti gadis sebaik Lidya, termasuk dirinya.

"Nih di minum."

Reyhan tersadar dari lamunannya saat Lidya datang membawa nampan yang di atasnya terdapat satu gelas air putih dan satu gelas jus jeruk dingin.

"Makasih, Lid." Kata Reyhan tersenyum seraya meraih gelas berisi air putih.

"Iya. Kamu tunggu sebentar gapapa ya? Aku mau ganti baju dulu."

"Iya gapapa. Ganti baju dulu sana, bau." Ejek Reyhan.

Seketika Lidya melotot. "Enak aja! Kamu kali."

Lidya langsung pergi dari ruang tamu meninggalkan Reyhan yang sedang terkekeh melihat respon Lidya saat di ejek.

Selepas kepergian Lidya, Reyhan kembali melihat rumah Lidya yang lega. Rumah sebesar ini hanya di tempati oleh Lidya seorang.

Bagaimana Lidya tidak merasa selalu sepi? Jika keadaan dan kondisi rumahnya saja begitu sunyi dan sepi. Pantas saja jika Lidya sering sekali merasakan kesendiriannya.

Tak sengaja mata Reyhan menatap sesuatu yang menarik ketika dirinya sedang memperhatikan rumah Lidya yang besar itu. Reyhan beranjak dari tempatnya duduk. Tangan Reyhan terulur untuk membuka lemari tersebut.

Bibir Reyhan terangkat menjadi sebuah senyuman. Tangan Reyhan mengusap pelan bingkai foto yang terdapat Lidya sedang tersenyum sambil memegang boneka panda.

Reyhan yakin jika foto itu di ambil ketika Lidya masih SD. Terbukti dari wajah Lidya yang terlihat lugu dan polos.

"Lagi apa Rey?"

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang