Dengan nafas yang terengah-engah Lidya masih bertahan untuk terus berlari di lorong rumah sakit. Pasalnya Clara memberi taukan jika ruangan Reyhan berada di kamar yang paling ujung.
"Lidya, tunggu!" Teriak Rio karena tertinggal jauh dari jarak Lidya.
Seketika Rio menutup mulutnya ketika banyak pasang yang menatap ke arahnya. Rio lupa jika sekarang ia tengah berada di rumah sakit.
"Pake teriak ni mulut." Gumam Rio tidak jelas.
Rio berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya, lalu ia kembali berlari menyusul Lidya yang tubuhnya semakin kecil dari pandangannya.
Di sisi lain Lidya langsung berhenti kala dirinya melihat teman-teman Reyhan dan juga Clara berdiri di depan ruangan dengan raut wajah gelisah.
Sebelum kembali melangkah Lidya mengatur nafasnya lebih dulu. Kemudian dengan keberanian, Lidya melangkah mendekat ke arah teman-teman Reyhan dan juga Clara.
"Gimana keadaan Reyhan sekarang?" Tanya Lidya membuat seluruh perhatian tertuju kepadanya.
"Lidya!"
Melihat kehadiran Lidya, Clara langsung memeluk tubuh Lidya dan menangis dalam pelukan Lidya.
Lidya sangat tau jika Clara begitu sedih saat ini. Sepertinya Clara sangat-sangat menyayangi Reyhan, sampai gadis itu nangis terisak dalam pelukan Lidya.
"Reyhan, Lid." Lirih Clara.
"Reyhan gimana kondisinya sekarang?" Tanya Lidya mulai meneteskan air mata.
"Dia lagi di tanganin sama Dokter. Tadi dia ketabrakan saat jalan menuju rumahnya. Kayanya Reyhan lagi kefikiran sesuatu sampai dia gak sadar kalau ada mobil yang oleng." Jelas Clara.
Deg!
Seketika tubuh Lidya menegang. Ia mulai memikirkan kejadian tadi di sekolah dimana dirinya menampar dan memarahi Reyhan. Apakah itu yang di fikirkan Reyhan, sampai mengakibatkan kecelakaan seperti itu?
"Gue mau liat Reyhan." Kata Lidya seraya melepaskan pelukan Clara.
Lidya berjalan dengan lesu menuju pintu ruangan dimana kekasihnya sedang bertaruh nyawa di dalam sana.
Tangan Lidya menyentuh kaca kecil yang menembus ke dalam ruangan. Tapi Lidya tidak bisa melihat apa-apa, selain bayangan yang mungkin para suster dan dokter sedang mondar-mandir memeriksa keadaan kekasihnya.
Air mata Lidya semakin mengalir. Ia menjadi merasa bersalah, ia takut jika dirinya lah yang telah membuat Reyhan seperti ini.
"Ngapain lo kesini?" Gio menghampiri Lidya.
Lidya membalikkan tubuhnya menghadap Gio yang tengah bersedekap tangan itu. Tangan Lidya terulur untuk menghapus air matanya.
"Kenapa emangnya? Apa gue salah liat kondisi pacar gue sendiri yang habis mengalami kecelakaan?" Tanya Lidya balik.
Gio tertawa pelan mendengar penuturan Lidya. "Masih peduli lo sama Reyhan?"
"Maksud lo apa?"
"Lo udah buat nama baik dia tercoreng, karena ulah pacarnyan sendiri. Seandainya Reyhan bukan pacar lo mungkin dia gak akan malu dapet bully-an dari murid-murid di sekolah. Belum cukup lo buat Reyhan merasa tertekan?" Gio menatap Lidya dengan sorot kebencian.
Lidya tidak terima dengan perkataan Gio barusan. Dengan berani Lidya maju beberapa langkah sampai berdiri tepat sekali di hadapan Gio.
"Lo fikir gue sengaja ngelakuin itu?" Tanya Lidya. "Gue gak pernah punya niat buat bikin hidup Reyhan tertekan. Gue peringati sama lo untuk jaga mulut lo itu supaya gak berbicara seenaknya aja sama orang!" Balas Lidya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Lidya [Revisi]
Teen FictionRevisi WARNING⚠⚠⚠ CERITA DAPAT MEMBUAT ANDA EMOSI⚠SEPERTI BERKATA KASAR DAN MENGUMPAT⚠JADI TOLONG SIAPKAN DIRI SEBELUM MEMBACA⚠⚠⚠ _________________________________________ Anak broken home? Tidak masalah. Selalu jadi yang kedua? Tidak masalah. Di kh...