Part 27

13.8K 1.1K 179
                                    

•••

Kenapa tidak Lidya yang di lindungi?

Air mata Lidya semakin mengalir. Lidya mengangkat kepalanya menatap pemandangan yang ada di depannya. Sekarang semua orang sudah bisa melihat Lidya yang sedang menangis.

"Berani hina Clara lagi, kalian berurusan sama gue!"

Lidya terpaku di tempatnya. Membayangkan menjadi Clara yang di bela mati-matian oleh Reyhan ketika banyak orang yang menghina Clara.

Di situasi seperti ini Lidya berharap ada yang melindunginya. Lidya berharap Reyhanlah orang pertama yang akan membelanya. Tapi itu hanyalah sebuah khayalan.

Lidya menatap sendu Reyhan yang tengah memeluk Clara di tengah-tengah kerumunan orang-orang.

Lidya kembali menangis saat Reyhan tidak sengaja membalas tatapannya, tapi Reyhan malah memalingkan wajahnya. Lalu lelaki itu menarik Clara untuk pergi dari kerumunan.

Hancur. Hati Lidya sangat hancur. Melihat Reyhan membela Clara dan mengabaikan dirinya. Padahal Lidya juga sedang berada di posisi Clara yang sedang di benci oleh banyak orang. Tapi kenapa Reyhan hanya peduli kepada Clara?

"Kasian banget ya"

"Kalau gue sih udah pergi"

"Nyesel pasti yang punya pacar kaya dia"

"Jadi cewek murahan sih"

"Cuma bisa nangiskan sekarang"

Lidya menundukkan kepalanya lagi. Sekarang semua orang kembali membuka suaranya. Memandang Lidya seperti seorang gadis yang menyedihkan.

Lidya mengakui jika dirinya sekarang terlihat sangat menyedihkan. Bahkan mungkin dia adalah gadis paling menyedihkan di dunia. Menangis tanpa berbuat apa-apa.

Ingin rasanya Lidya beranjak pergi dari tempat itu sekarang juga. Tapi entah kenapa kedua kaki Lidya sulit untuk di gerakkan. Alhasil Lidya hanya bisa menangis di tempat itu.

Tiba-tiba Lidya merasakan jika para lelaki menatapnya dengan tatapan nafsu. Seketika Lidya sadar dan langsung menutupi tubuhnya menggunakan kedua tangannya.

"Sengaja kali ya tuh cewek"

"Mau ngegoda kali"

"Dalemannya keliatan banget tuh"

"Ih gak tau malu banget"

"Jijik gue sama tuh cewek"

Lidya meremas kuat seragamnya. Tubuhnya yang terlihat transparan karena seragamnya yang basah masih bisa di lihat oleh orang-orang.

Kaki Lidya pun semakin berat untuk di langkahkan. Lidya tidak tahan terus berdiri disini, tapi Lidya sulit sekali untuk melangkahkan kakinya.

"Hiks...hiks...hiks..."

Lidya mulai terisak. Ia tidak sanggup menahan semuanya. Rasanya sangat menyakitkan. Bahkan dada Lidya sudah terasa sesak. Terus mendengarkan hinaan yang masih terlontar dari orang-orang.

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang