Part 32

15.4K 1.1K 38
                                    

Pagi hari ini Lidya tidak terlihat semangat seperti pagi yang lalu. Lidya menundukkan kepalanya lesu ketika memasuki area sekolah.

Lidya tau jika saat dirinya melangkah di koridor sekolah, semua pasang mata sudah tertuju ke arahnya. Tapi Lidya mencoba untuk bersikap biasa saja.

Kedua telinga Lidya sudah di buat panas ketika mendengar hinaan yang belakangan ini mengganggu fikirannya.

"Gue fikir dia langsung di keluarin"

"Kenapa coba tuh cewek masih ada disini"

"Semoga aja cepet di keluarinlah"

"Masa sekolah ini nampung murid kaya dia sih"

Lidya memilih untuk mengabaikannya saja. Menganggap jika orang yang sedang di hina bukanlah dirinya. Walaupun sangat sulit untuk tidak mendengar hinaan-hinaan mereka semua.

Sesampainya di kelas, Lidya sudah di suguhi tatapan-tatapan kebencian dan ketidak sukaan teman sekelasnya dengan kehadiran Lidya.

Lidya masih berusaha untuk bersikap biasa saja. Toh percuma jika ia meladeni orang-orang yang tidak tau mengenai kejadian sebenarnya.

Lidya segera mendudukkan dirinya di bangku belakang yang di beri jarak agar tidak terlalu berdekatan dengan murid lainnya.

Semenjak fitnah itu mulai tersebar, Lidya memilih untuk mengasingkan diri sendiri dan menjauh dari orang-orang. Tidak mudah memang, tapi Lidya harus melakukan itu agar hatinya tidak terlalu sakit.

"Lidya,"

Mendengar seseorang yang memanggil namanya, Lidya mendongakan kepala. Ia melihat Sera dan Nessa yang berdiri di samping mejanya.

Lidya tidak langsung menjawab, melainkan menatap sekitarnya. Orang-orang yang ada di kelasnya sudah melihat ke arah mejanya.

"Kenapa?" Tanya Lidya menatap Sera dan Nessa kembali.

"Lo jangan duduk di belakang," kata Sera.

"Iya Lid. Sebelah gue juga kosong, kenapa lo pindah?" Tanya Nessa.

"Gapapa, gue nyaman kok duduk disini." Jawab Lidya.

"Lid,"

"Pergi Ser, Nes. Gue gak mau kalau sampai kalian di benci sama semua orang gara-gara deket sama gue." Usir Lidya.

Lidya tidak mempunya maksud apa-apa mengusir kedua sahabatnya. Ia hanya tidak ingin ketakutannya mengenai Sera dan Nessa terjadi.

"Gue berasa kaya sahabat brengsek tau gak sih Lid. Lo lagi di landa masalah, gue malah ikut menjauh. Gue gak mau sampai lo ngehadapin ini semua sendiri. Padahal lo punya sahabat," kata Nessa dengan nada merasa bersalah.

"Kita gak mau jauhin lo Lid, tapi lo selalu memerintahkan kita untuk menjauh. Dengan kaya gitu berarti kita udah jadi sahabat gak berguna. Cuma diem, ikut menjauh, dan gak ada di sisi lo untuk menyemangati," timpal Sera.

Lidya menghela nafas, sebenarnya ia juga tidak ingin menyuruh Sera dan Nessa untuk menjauh, karena ia masih membutuhkan seseorang yang setidaknya ada di sampingnya untuk sekedar memberikan semangat.

Tapi Lidya tetap tidak ingin sampai orang lain terlibat dalam masalahnya, apalagi Sera dan Nessa. Lidya tidak ingin menyeret kedua sahabatnya yang tidak bersalah itu ke dalam masalahnya.

"Kalian bisa ada di sisi gue lagi ketika semua masalah ini selesai. Untuk saat ini menjauh dulu, gue gak mau sampai kalian terlibat dalam masalah ini." Balas Lidya.

"Tapi Lid--"

"Pergi. Gue gak mau ada seorang pun yang deketin gue sebelum masalah ini selesai." Potong Lidya cepat.

Cerita Lidya [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang