Part 22

345 54 12
                                    

Kata orang tua semua pilihan mereka adalah hal yang akan selalu membawa kebaikan di setiap pilihannya terutama pada anak-anak mereka. Setiap orang tua memiliki cara mereka masing-masing dalam menyayangi dan mencintai putra putri mereka.

Dan itu pula yang selalu Yena lakukan pada putranya yang sudah mulai tumbuh dewasa dan juga putri kembarnya yang kini mulai aktif di setiap kegiatan sekolah.

Menjadi seorang ibu itu tidalah mudah. Kata-kata yang selalu Yena ingat dan menjadikannya sebagai pedoman jimat hidup seorang Byun Yena. Bahkan selain harus pintar, Yena juga tanpa sadar dituntut untuk memiliki stok rasa sabar yang berlebih.

Seperti saat ini, pagi hari yang cerah di hari minggu. Akhir pekan yang seharusnya Yena habiskan untuk bersantai-santai ria di rumah. Tapi lihatlah sekarang bahkan untuk sekedar bernafas saja ia kesulitan. Piknik sekolah di hari minggu dan Junhe, putranya itu justru baru mengatakannya pagi ini tepat di jam 5 subuh hari.

Ibu mana yang akan diam saja melihat anak mereka kesulitan dalam menyiapkan keperluan piknik sekolah? Tapi sepertinya memang seharusnya Yena tak membantunya sama sekali karena Junhee kini justru sibuk bermain game di ruang game lantai 2 rumahnya.

Maka dengan titik kesabaran yang telah berada di puncak maka di saat itulah Yena langsung menarik kuat sebelah telinga putranya itu kuat hinga Junhee pun mengaduh berteriak karena kesakitan.

"Aww.. akh!! Eomma.. aww sakit."

"Eomma takkan semarah ini jika kau tidak berbuat ulah.. beruntung adik-adikmu sedang menginap di rumah nenek jadi mereka tak perlu melihat kelakuan kakaknya yang seperti ini." Ucapnya mengomel tanpa melepas tangannya dari telinga Junhee.

"AKH!! Aww.. beruntung apanya? Eomma menarik telingaku sangat sakit..huaa.." erangnya mencoba untuk menangis di hadapan ibunya itu.

Dan Yena bukanlah ibu yang begitu saja luluh hanya karena mendengar tangis kepura-puraan Junhee. Putranya itu sudah selalu melakukan itu guna mencari bantuan dan setelahnya terlepas dari bertanggung jawab pada apa yang seharusnya Junhee kerjakan sekarang.

Saat mereka melewati ruang kerja milik Baekhyun tepat disaat itulah Baekhyun keluar dari sana setelah sempat menyelesaikan pekerjaannya dan tentu sepasang mata Baekiyun terarah pada Junhee dan Yena.

"Ada apa ini?" Tanya Baekhyun.

"Appa.." lirih Junhee dengan menatap ayahnya itu meminta bantuan. Demi Tuhan ketika ibunya itu sudah marah seperti sekarang Junhee sudah sangat hafal jika nanti di ruang makan dirinya akan mendapatkan banyak omelan panjang dan itu sungguh menyebalkan.

"Yak Byun Junhee." Tegas Yena memperingati putranya itu untuk memelas meminta bantuan pada ayahnya itu guna sebuah pembelaan.

Dan Baekhyun yang melihat itupun hanya terdiam tidak tahu harus mengatakan apa sebagai responnya.

Ketiganya pun kini sudah berada di ruang makan dan melakukan rutinitasnya seperti biasa, sarapan pagi bersama.

"Junhee.. katakan pada appa, kenapa kau membuat masalah dengan eomma hem?" Tanya Baekhyun pelan tapi juga tegas.

Junhee menundukkan kepalanya tak tahu harus menjawab apa, karena memang ini semua adalah kesalahannya jadi membela pun akan percuma saja.

"Mian.." gumamnya lirih semakin menundukkan kepalanya tak berani mendongak menatap ayah ibunya itu.


~~~

Demi menebus kekesalan putranya yang mungkin saja telah merubah suasana hatinya menjadi buruk maka itu Yena pun memutuskan untuk ikut mengantar Junhee pergi ke sekolah bersama Baekhyun.

YOU 3 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang