Sehun melajukan mobil sportnya begitu kencang membelah jalanan yang cukup padat terlebih di jam-jam makan siang seperti saat ini. Sirine yang sengaja Sehun pasang di atas mobilnya menjadikannya mampu melajukan mobilnya secepat yang pria itu bisa.
Ya, setelah semalaman dirinya berpikir keras apa yang sebenarnya Xiumin rencanakan maka baru saat inilah Sehun menemukan rangkaian teka-teki yang selama ini sungguh membuatnya berpikir keras.
"Yeoboseyo?" Sambungan telepon itu pun terhubung kemudian.
"Hyung.. aku butuh bantuanmu." Ucap Sehun tegas bahkan tatapannya yang masih fokus pada arah jalanan pun kini menajam. Sebisa mungkin ia harus segera menyelesaikan permasalahannya dengan Xiumin saat ini juga sebelum hal yang tak memungkinkan itu terjadi. Sehun takut akan pikiran buruknya saat ini, sungguh.
Sampai pada gedung tinggi pencakar langit yang mana Sehun amat sangat mengenalnya itu pun kini ia hanya bisa terdiam di area parkir tanpa berniat untuk turun ataupun masuk ke dalam gedung tersebut sama sekali.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Gumamnya merasa dilema.
~~~~
Baekhyun sudah tidak tahu lagi harus menggunakan cara apa guna membujuk istrinya itu untuk bisa lebih mengerti akan kata mementingkan diri sendiri dulu baru orang lain.
Setelah mengetahui kabar buruk dari Kyungsoo yang tiba-tiba menghilang tentu itu menjadi hal terburuk untuk Yena yang kini terus saja melamun dan tak menyentuh menu makan siang miliknya sama sekali padahal wanita itu masih harus mengonsumsi obat secara berkala.
Entah sudah keberapa kalinya sekarang Baekhyun menghela nafasnya kasar mencoba untuk bersabar menghadapi istrinya itu yang terus saja mengabaikan suapan darinya.
"Sayang.. mau sampai kapan kau akan seperti ini? Kau harus minum obat, hem?!" Bujuk Baekhyun sekali lagi.
"Aku tidak selera makan Baek." Jawabnya yang mana tentu itu jelas membuat Baekhyun lagi-lagi mendesah kasar yang kemudian meletakkan sendok yang sempat dipegangnya itu untuk kembali ia letakkan di atas mangkuk kemudian.
Mengulurkan tangannya dan menggenggam kedua tangan Yena lembut jelas itu langsung membuat wanita itu pun sontak menoleh menatap ke arah Baekhyun sendu.
"Kau tahu mengapa aku sejak kemarin tak pernah mau pulang meski aku telah baik-baik saja?" Tanya lembut Baekhyun menatap genggaman keduanya yang kini tengah bertautan seolah mengantarkan penuh kasih sayang dan cinta di sana meski hanya dari sebuah tautan jemari sederhana.
Yena tak menjawab tapi ia hanya terus memandang sosok suaminya itu penuh rasa bersalah sekarang walau Yena pun tahu benar ia tak bisa melakukan hal lebih apapun karena pikirannya yang tengah kacau sekarang.
Baekhyun mendongak menatap sepasang netra istrinya itu dengan senyum tulus terukir di sana, "karena aku tidak ingin kehilangan lagi sosok istriku yang selalu berusaha kuat di hadapanku meski aku tahu kau merasakan sakit." Ucapnya di akhiri kecupan singkat di kedua tangan Yena penuh cinta.
Bohong jika Yena tak merasakan apapun ataupun pura-pura tak peduli dengan apa yang Baekhyun itu katakan ataupun lakukan buktinya ia kini tak bisa lagi membendung menahan lebih lama air matanya yang sejak tadi tertahan lantaran apa yang suaminya itu katakan.
Yena sadar ia sudah bukan istri sempurna lagi untuk Baekhyun, waktu yang ia harusnya habiskan bersama keluarga kini Yena tak mampu melakukannya lagi. Ia tahu benar bagaimana perasaan Baekhyun selama ini menahan segala perasaannya walau itu sebuah amarah sekalipun.
Jemari Baekhyun terulur guna mengusap lembut air mata istrinya itu tanpa melepas senyumannya sama sekali.
"Jika kau berpikir kau bukan istri yang sempurna untukku, maka hapus pikiranmu itu. Karena sampai kapan pun kau akan tetap menjadi Byun Yena, seorang istri, wanita bahkan seorang ratu untuk keluarga kecil kita tidak ada wanita lain selain dirimu. Bukankah aku sudah berjanji padamu? Bahwa sekalipun kau tak lagi percaya padaku maka biarkan aku yang terus percaya padamu walau kau mungkin--"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU 3 [TAMAT]
Fanfictionif love is beautiful, take me to see that beauty like what you promised me before. -