Mempertahankan pernikahan itu lebih sulit dibandingkan harus membesarkan anak walau itu seorang diri. Itu yang Yena selalu pikirkan selama ini.
Kesulitan apapun yang pernah ia rasakan bersama Baekhyun ia takkan pernah melupakannya meski untuk secuil kecil kejadian pun dalam hidupnya yang pernah dirinya lalui. Walau itu menyakitkan baginya untuk diingat tapi itulah alasan utama dimana perasaan cintanya pada sang suami justru semakin kuat.
Berusaha untuk terus membuat kebahagiaan yang benar-benar bahagia terlebih menjaga akan keharmonisan diantaranya dan juga Baekhyun adalah prioritasnya. Keluarga kecilnya adalah rumahnya, hal yang paling berharga dalam hidupnya. Mengingat umur keduanya sekarang sudah tak lagi muda, bahkan Junhee saja sudah masuk sekolah menengah pertama meski dengan jalur melompat karena terlalu pintar.
Memang ada keuntungannya jika hal itu bisa terjadi pada putra sulungnya namun di sisi lain kekhawatiran seorang ibu tetaplah tak mampu dibohonginya. Usia muda yang rata-rata seharusnya masih berada di sekolah dasar tapi justru kenyataannya tak demikian yang mungkin saja banyak kawan seusianya yang menjauh pada Junhee atau mungkin usia diatasnya justru membully? Oh pemikiran semacam itulah yang selalu terkadang membuat Yena gelisah sendiri sampai Baekhyun saja selalu bingung harus bagaimana.
Pemikiran-pemikiran semacam itulah yang selalu mempengaruhi Yena hingga tanpa wanita itu sadari justru telah merubah pola hidupnya menjadi berubah.
Posesif dan juga sensitif. Meski Baekhyun akui Yena memang sejak dulu selalu posesif dan juga sensitif namun setidaknya wanita itu selalu bisa mengendalikan dirinya sendiri tapi sekarang, jika itu sudah menyangkut anak-anaknya maka otaknya langsung bekerja secara otomatif hingga Baekhyun terkadang sering bingung harus apa sebagai suami.
Seperti saat ini setelah keduanya baru saja selesai bercinta yang bahkan mau tak mau menghabiskan waktu hampir 4 jam lamanya membuat Yena ataupun Baekhyun enggan untuk beranjak dari atas ranjang meski waktu telah menunjukkan jam makan siang.
Masih saling memeluk satu sama lain dalam keadaan tanpa busana di balik selimut putih sebagai penutupnya. Bahkan ruang kamar mereka yang sempat Yena bersihkan pagi tadi sebelum Baekhyun bangun pun kini kembali berantakan tak karuan.
Untuk dalam beberapa menit keduanya memang hanya saling diam tanpa berniat membuka suara sebelum pada akhirnya Yena lah orang pertama yang memulainya dengan tangan jemarinya yang terus saja memainkan seolah tengah menggambar tak jelas pada dada bidang suaminya itu yang berada di hadapannya saat ini.
"Kau benar-benar tidak bekerja hari ini." Ucap Yena kemudian.
Baekhyun yang sejak tadi hanya memejamkan matanya sambil sebelah tangannya memainkan rambut Yena lembut menjadikan pria itu kini mau tak mau membuka matanya sambil mengulas senyum mengembang menatap istrinya itu kemudian.
"Wae? Kau tidak suka jika aku berada di rumah hari ini?"
"Ani. Bukan itu maksudku. Hanya saja ini masih hari selasa, hari di mana orang-orang masih sibuk bekerja." Ucap Yena mencoba untuk mengatakan apa yang memang itulah yang sejak tadi dipikirkannya.
Baekhyun terkekeh mendengarnya lalu menunduk sejenak guna mengecup kening istrinya itu sebentar sebelum pada akhirnya Yena pun mendongak menatap Baekhyun dalam diam sehingga iris mata keduanya pun kini telah saling bersitatap.
"Berhentilah untuk mencemaskan sesuatu sayang. Itu adalah tanggung jawabku."
"Masalahnya Baek--"
"Ssttt.. kau tak sedang mencoba untuk memancing perdebatan lagi kan? Demi Tuhan Yena.. kita baru saja bercinta tak bisakah kau nikmati saja suasana keromantisan kita berdua ini sekarang?" Rengek Baekhyun merasa kesal akan sikap istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU 3 [TAMAT]
Fanfictionif love is beautiful, take me to see that beauty like what you promised me before. -