•Gara-gara telor ceplok•

2.5K 262 24
                                    



Baru saja membuka pintu, Dimas sudah mendengar keributan di ruang keluarga.







"POKOKNYA GAK MAU TAUUU, ABANG HARUS TANGGUNG JAWABB!!"

"Ih kok ngamuk?!"

"ABANG!"

"Iya-iya dek nanti Abang ganti deh, jangan nangis gitu dong..."

"Ada apa nih?" Tanya Dimas, berjalan menghampiri mereka.

Disana ada Rizal dan Yuan yang tengah duduk di sofa menonton keributan itu sambil nyemilin kacang.

Ini Rizal lagi mode kalem apa gimana? Biasanya juga ikut ngomporin -heran Dimas


Sedangkan 2 tersangka keributan itu tengah berdiri saling berhadapan, yang satu mukanya sudah pengen nangis, yang satu lagi meringis merasa bersalah.

"Abang~~ lihat bang Rey, masa laptop adek di tumpahin es kopi kan jadi rusak laptopnya!" Adu Devian yang langsung berhambur ke pelukan Dimas.

"Bang, tadi kaki gue gak sengaja kesandung meja bang, jadi gak tau kalo kopinya bakal tumpah." Jelas Rey

Dimas menatap Rey dalam, sebelum akhirnya menunduk menatap Devian yang kini sudah sesenggukan di pelukannya, tangannya terulur mengelus rambut Devian lembut.

"Ian udah dong jangan nangis, kan bisa beli yang baru lagi."

"Tapi bang di sana banyak data organisasi, Ian belum sempet mindahin ke flashdisk. Nanti kalo di marahin sama temen-temen Ian gimana?" Lirih Devian.

"Iya udah gapapa, nanti Abang yang bilang sama temen-temen kamu ya, udah gak usah nangis lagi." Dimas melepaskan pelukannya mengelap air mata yang turun di pipi Devian. "Sekarang bang Rey nya di maafin ya?"

"Ian Abang minta maaf ya, nanti Abang beliin yang baru deh." Bujuk Rey

Dengan masih sesenggukan Devian mengangguk lucu.

"Astaga lucu banget adeknya Abang, makasih ya dek." Rey langsung menarik Devian kedalam pelukannya.












"Yah bang gak jadi baku hantam deh" bisik Rizal pada Yuan.

"Gak ada bang Galuh, kalo ada Bang Galuh sudah di pastikan bakal rame ini keributan." Bales Yuan masih berbisik.

"Eh bisik-bisik apa kalian?!" Sentak Dimas pada mereka berdua.

"Eh gak bang gapapa, hehe."




















.
























"Bang Yoga!"

Yang di panggil menoleh sesaat sebelum akhirnya menjawab dengan deheman.

"Ian bantu ya?"

"Gak usah kamu duduk aja, lagian katanya tadi pusing lagi."

Devian menghampiri Yoga, bibirnya cemberut tidak suka.

"Ih kan tadi, lagian itu gara-gara bang Rey jadi Ian pusing mikirin laptop!"

Yoga terkekeh pelan "ada-ada aja, emang mau bantu apa?"

Devian tersenyum senang mendengarnya "apa aja bang!"

"Yaudah itu sosisnya di potong jangan kecil-kecil tapi."

"Oce!"




Drt..

Drt..

Drt..








Yoga merogoh sakunya ketika merasa ponselnya bergetar.

Mengelap tangannya sebentar sebelum mengangkatnya.

"Ian, Abang tinggal sebentar jangan deket-deket kompor oke?" Ucap Yoga sebelum pergi meninggalkan dapur.

Saking seriusnya memotong sosis Devian menghiraukan ucapan Yoga.

"Nah selesai!" Ucap Devian semangat "Abang ini apalagi yang di potong?" Devian mengerutkan alisnya ketika sadar Yoga tidak ada di daerah dapur. "Lho bang Yoga mana?" Kepalanya menoleh ke kanan ke kiri mencari keberadaan abangnya, namun matanya tertuju pada 7 telur yang berada di dekat kompor.

"Ini mau di bikin apa ya? Eum gimana kalo di ceplok aja ya, iya di ceplok ajaa!"

Dengan semangat Devian mengambil teflon, menaruhnya di atas kompor, menyalakan kompor dengan api sedang.

Mengambil salah satu telur, lalu menceploknya tanpa menggunakan minyak terlebih dahulu.

"Ih kok lengket sih, susah banget." Ucap Devian saat mencoba membaliknya.

Rizal yang tak sengaja lewat dapur melihat Devian tengah memasak, mengernyit bingung pasalnya banyak asap yang mengepul, hingga matanya menangkap kain serbet yang terbakar terkena api kompor.

"ABANG! IAN NGEBAKAR DAPURRR!!" Teriak Rizal kencang.

Devian tersentak kaget membuat spatula yang ia pegang terjatuh mengenai kakinya.

Para Abang yang mendengar teriakan Rizal langsung berlari menuju dapur, bahkan Galuh masih mengenakan handuk langsung berlari.


ya Galuh baru pulang setelah keributan itu usai langsung masuk kamar setelah memarahi Rey yang membuat Devian menangis.


"Astaga Devian!" Yuan langsung mematikan kompor dan mengambil serbet yang sebagiannya terbakar menaruhnya ke wastafel yang sudah ia nyalakan.

Dimas yang langsung menarik Devian menjauh.

Galuh yang mendekat mengecek apakah masih ada yang terbakar atau tidak, setelah di rasa semuanya aman. Galuh langsung menghampiri Devian yang kini masih terlihat syok.

"Ian gapapa?" Galuh berucap seraya memeriksa keadaan Devian.

"Kamu ini, kan udah Abang bilang jangan deket-deket kompor, kenapa gak nurut sih?!"

Galuh menoleh ke Yoga yang kini tengah mengomeli Devian, sedangkan yang di omeli hanya menunduk takut.

"Lihat! Rumah hampir aja kebakaran kalo gak Rizal yang lewat tadi!"

"Kamu–"

"Yoga cukup! Ini bukan cuma salah Devian ini juga salah Lo! kenapa Lo ninggalin dia sendiri? Lo tau sendiri Ian gak bisa masak."Rey memotong ucapan Yoga, ia kesal karna sedari tadi Yoga menyalahkan Devian, padahal ini bukan sepenuhnya salah Devian.

"Bang gue gak pernah nyuruh dia buat masak atau bantu gue masak! Dia sendiri yang maksa mau bantuin gue!"

"Tapi Lo gak usah nyalain dia terus!"

"Gue gak nyalahin dia!"

"Terus apa? Jelas-jelas Lo nyalahin dia!"

Baru saja Yoga akan menyahut ucapan abangnya, sebuah panci dan centong sayur berada di depan keduanya.

Pelakunya tidak lain tidak bukan adalah Yuan, "nih satu-satu biar enak baku hantamnya" ucap Yuan datar.

Rizal yang melihat kelakuan abangnya itu, menunduk menahan tawa.





'Masyaallah bang Yuan, humor gue.'–Rizal


























TBC.

Tambah gak jelas aja 😭

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang