•Sepupu dari Amerika•

1.5K 173 11
                                        







Devian duduk di pinggir ranjang rumah sakit, kakinya yang menjuntai ke bawah di ayun-ayunkan pelan sambil menunggu bang Rey yang tengah membereskan barang-barangnya.

Hari ini Devian sudah boleh pulang setelah menginap di rumah sakit selama 5 hari, dia cuma sama bang Rey sama Rizal soalnya bang Galuh masih di kantor, bang Yuan juga ada kelas siang jadi gak bisa ikut jemput dia.

"Yan mau makan dulu? Izal bawa roti nih." Tanya Rizal yang baru datang sehabis dari kantin rumah sakit, tangannya membawa sebungkus roti juga air mineral.

Devian menggeleng "gak mau, mau makan di rumah aja."

Rizal mengangguk lalu duduk di kursi yang berada di samping ranjang Devian, memegang lutut yang lebih muda menyuruhnya berhenti mengayun-ayunkan kakinya.

"Diem!" Ucap Rizal lalu menaruh roti juga air mineral di atas paha Devian.

"Izal nanti besok ketemu papa?" Tanya Devian, matanya menatap polos Rizal yang tengah membuka bungkus roti.

"Iya besok kita ke papa kalo Ian udah gak sakit." Ucap Rizal seraya menyuap sepotong roti ke mulutnya.

"Tapi Ian udah sembuh, sekarangkan udah boleh pulang." Devian menggeleng ketika Rizal menyodorkan roti yang sudah di gigitnya, "ga mau."

Rizal menyuap kembali roti yang di tolak Devian ke mulutnya, "nanti bilang bang Galuh."

Devian mengangguk menoleh pada Rey yang sepertinya sudah selesai membereskan barang-barangnya.

"Yuk pulang." Ucap Rey berjalan mendekat.

"Ayo!" Ucap Devian semangat, melompat dari ranjang, sedikit oleng karena tubuhnya belum pulih benar.

"Jangan lompat! Bandel!" Omel Rizal yang dengan sigap memegang lengan Devian agar tak jatuh, yang di omeli hanya tersenyum lucu.

Rey menggeleng melihat kelakuan kedua adiknya, berjongkok membelakangi sang adik bungsu "naik sini." Yang di tawari langsung melompat ke punggung sang kakak.




"Cuss gas ngengg~!"














.














Juna mengernyitkan dahinya bingung, bersembunyi di belakang pohon dekat rumah Narendra.

Ia menatap penuh tanda tanya pada dua orang di sebrang sana, sahabatnya tengah berbincang entah dengan siapa, namun gelagatnya mencurigakan belum lagi ia mendengar bodoh! Aditama bahkan belum mati! Dari orang yang tengah berbincang dengan sahabatnya.






Aditama bukannya marga keluarga Kak Dev? -pikir Juna.







Puk!






Juna tersentak ketika sebuah tangan menyentuh bahunya, menoleh dan mendapati Haikal tengah menatapnya polos, dengan tangan yang menenteng es teajus juga sekantong plastik isi cimol.

"Ngapain?" Tanya Haikal, tangannya terangkat menyodorkan seplastik cimol pada Juna. "Nih titipannya."

"Anjir! Ngagetin aja sih!" Ucap Juna mengambil cimolnya kasar.

"Lagian lu ngapain sembunyi-sembunyi gitu?"

"Stt, diem lihat tuh!" Tunjuk Juna ke suatu objek

"Mana?" Ucap Haikal mengikuti arah yang ditunjuk Juna, namun ia mengernyit bingung, pasalnya ia hanya melihat gerbang milik tetangga rumah Narendra.

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang