"Abang..."
Rey menoleh menatap Devian yang tengah menyumbulkan kepalanya di balik pintu.
"Ian, kenapa? masuk sini" Devian melangkah masuk ke kamar Rey, terlihat Rey yang tengah duduk di depan laptopnya tengah mengerjakan skripsinya.
"Abang lagi sibuk ya?" Tanya Devian duduk di pinggir ranjang Rey.
"Lumayan, kamu belum tidur?" Ucap Rey yang masih berkutat dengan laptopnya.
"Gak bisa.." lirih Devian, memainkan selimut yang masih terlipat rapi di atas ranjang.
Rey berbalik menatap Devian yang tengah menunduk menatap selimut yang ia mainkan.
"ada masalah?" Tanya Rey pelan, kembali menghadap laptopnya sekedar untuk menyimpan file yang sudah ia revisi, setelah selesai ia beranjak dari duduknya menghampiri sang adik, dan duduk di sampingnya.
Devian mendongak menatap mata sang kakak "tadi siang... Ian ketemu mama..."
Rey nampak terkejut mendengar ucapan Devian, tangannya meraih tangan Devian untuk di genggam.
"Kamu ketemu mama?!"
Devian mengangguk "Mama masih sama kek dulu ya bang, bedanya sekarang tambah cantik, suaranya juga lembut banget, tangan mama halus." Devian tersenyum tulus ketika menceritakan sang mama.
Selama Devian bercerita Rey tetap diam mendengarkan. "Tapi mama gak mau pulang... Mama masih marah sama Ian.." lanjut Devian, Rey mengeratkan genggaman tangannya pada Devian.
"Maafin Ian ya bang..."
"Kamu gak perlu minta maaf, mungkin mama masih butuh waktu untuk merelakan semuanya." Ucap Rey, tangan kanannya menyentuh dagu Devian lembut menuntunnya untuk mendongak menatapnya.
"Sampai kapan bang? Ini udah enam tahun setelah kejadian itu, apa perlu Devian pergi dulu, baru mama mau pulang ke rumah kita."
Kening Rey berkerut tidak suka, genggamannya kian mengerat membuat Devian meringis sakit.
"Gak ada yang akan pergi dari rumah ini! Apapun yang di omongin mama kamu gak usah dengerin, semuanya salah!" Devian menatap takut Rey, tangannya sakit karna di genggam terlalu kencang oleh sang kakak.
"Bang... Sakit..."
Rey langsung melepaskan genggamannya saat sadar Devian menatap takut padanya, matanya menangkap bekas kemerahan pada tangan Devian.
"Ya ampun yan, Abang minta maaf Abang gak maksud.." Rey menarik tangan Devian pelan, mengelus bekas kemerahan yang di buat olehnya.
"Gapapa bang, maaf juga bikin Abang marah." Ucap Devian pada Rey yang tengah sibuk dengan tangannya "besok kita ke papa yuk bang, Ian kangen."
"Besokan sekolah, masa mau bolos." Bibir Devian melengkung ke bawah mata bobanya langsung berkaca-kaca mendengar jawaban sang kakak.
"Hiks... Mau papa..." Rey langsung mendongakan kepalanya mendengar isakan Devian.
"Eh, adek kangen banget sama papa? Yaudah nanti pagi kita ke papa ya, udah jangan nangis." Rey menangkup kedua pipi Devian, jemarinya menghapus air mata yang menetes pada pipi sang adik.
"Hiks... Mau papa... papa..." Racau Devian
"Iya iya kita ke papa ya besok." Rey menarik Devian ke pelukannya, mengelus rambut Devian lembut.
Tangis devian mereda di pelukan Rey, badannya disandarkan pada tubuh tegap sang kakak.
"Tidur ya udah malem..." Devian mengangguk sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITAMA • SuperM ✓
FanfictionSelamat datang di KELUARGA ADITAMA (09.01.2021) - (25.09.2021)
