Lapangan basket di belakang kompleks adalah tempat favorit Rizal setelah rumah, karena masih sedikit kesal dengan Galuh ia memutuskan untuk kesini.
Tangannya sibuk mendribble bola berwarna orange tersebut, membawanya menuju ring basket.
Brak!
Bola berwarna orange tersebut menggelinding setelah di lempar oleh Rizal ke ring basket. Duduk di tengah-tengah lapangan menatap langit yang menampilkan awan mendung.
"Eh, Zal sendiri aja."
Rizal menoleh mendapati Jeffry dan satu orang laki-laki berdiri di sampingnya.
"Yang lain kemana?" Lanjut Jeffry menaruh tasnya di pinggir lapangan, lalu berjalan mengambil bola basket yang menggelinding tidak jauh darinya.
"Gak tau, kakak sendiri ngapain kesini?" Tanya Rizal
"Biasalah anak-anak minta tanding basket, tapi belum pada Dateng juga." Ucap Jeffry menghampiri Rizal "oh kenalin ini temen gue Winata namanya." Lanjutnya memperkenalkan laki-laki di sampingnya.
Laki-laki tersebut menyodorkan tangannya pada Rizal yang masih duduk di bawah. "Winata"
Rizal menjabat tangan Winata "Rizal"
"Devian mana Zal?" Tanya Jeffry tangannya mendribble bola basket lalu melemparnya pada Winata yang dengan sigap di tangkap.
Rizal memutar bola matanya malas, Ian lagi Ian. "Di rumah sakit."
"Lho ngapain? Jenguk temennya atau saudara ada yang sakit."
"Kayak gak biasa aja sih bang, Ian kan udah langganan ke rumah sakit."
"Ya enggak, kata kak Yuan udah gak terlalu sering masuk rumah sakit."
"Banyak nanya banget sih bang, tanya aja langsung sana sama si Ian!" Rizal menjawab dengan ketus.
Jeffry mengerutkan keningnya bingung, dia kan tanya baik-baik malah di jawab ketus sama si Rizal.
Winata melirik Jeffry yang ternyata juga lagi lihatin dia, gelengin kepala lalu jalan ke arah Rizal.
"Kayaknya mood lu lagi kurang baik, gimana kalo kita main basket siapa tau mood lu naik lagi, gue denger juga dari Jeffry kalo lu pemain inti di sekolah." Winata menepuk pelan bahu Rizal.
Rizal mendongak menatap Winata sebelum akhirnya mengangguk mengiyakan, tangannya menerima uluran tangan dari Winata.
"Woi!"
Ketiga menoleh mendengar seruan tersebut.
"Wah kebetulan mereka udah Dateng gimana kalo kita tanding aja? Pas juga nih orangnya." Usul Jeffry melihat ke lima temannya berjalan menghampiri mereka.
Rizal tersenyum sinis, "siapa takut yang kalah harus jajanin bakso+teh manis+batagor depan komplek."
"Wah nantangin bocil satu ini, oke deal!" Jeffry menjabat tangan Rizal kencang.
"Jeff bocil-bocil gitu badannya gede anjir! Gue udah miskin jangan lu bikin miskin lagi." Bisik Winata pada Jeffry yang tak menghiraukannya.
"Sialan!" umpat Winata pada Jeffry yang malah sibuk membagi tim pada yang lain.
.
Devian membuka matanya pelan, menoleh ke samping mendapati Yuan yang tengah mengupas buah apel untuknya.
Abangnya itu sejak ia sadar hingga kembali tertidur karna obat yang dokter berikan tadi padanya, terus berada di sampingnya, bahkan Abangnya yang lain termasuk Rizal tidak terlihat sejak ia sadar.
"Adek udah bangun, Gimana masih mual?" Ucap Yuan ketika melihat Devian berusaha bangun dari tempat tidurnya.
"Haus.." lirih Devian
Dengan cekatan Yuan mengambil gelas berisi air di nakas, membantu Devian untuk meminumnya.
"Abang mana?" Tanya Devian memberikan gelasnya pada Yuan.
Yuan menaruh gelas yang tinggal setengah ke nakas, "tadi waktu kamu tidur bang Galuh kesini terus pergi lagi ke kantor, kalo bang Rey lagi cari makan sebentar lagi juga dateng." Ucap Yuan.
"Kalo Rizal?"
Tangan Yuan yang sedang menata buah terhenti, sedikit melirik Devian yang tengah menatapnya penasaran.
"Masih sekolah." Ucap Yuan berbohong
"Tapi sekarangkan udah lewat dari jam pulang."
"Latihan basket katanya."
"Oh..." Devian mengangguk percaya.
"Mau apel?" Ucap Yuan menawarkan di balas anggukan Devian.
"Bang Yoga sama bang Dimas tau?" Tanya Devian, pipinya menggembung karena mengunyah buah apel.
"Kata bang Galuh gak usah di kasih tau takutnya nanti mereka malah gak fokus kerjanya." Devian mengangguk mengerti.
Gak lama pintu terbuka, menampilkan Gio bersama 6 adik kelasnya di belakang.
"Kak Dev! Kak Dev kenapa?! Apanya yang sakit? Are you okey kan?!" Tanya Haikal menerobos masuk menggeser Yuan yang tengah menyuapi Devian.
"Apa sih bocah satu ini?! Dateng-dateng ngajak ribut!" Ucap Yuan kesal dia hampir aja jatuh dari kursi kalo gak langsung pegangan sama nakas.
"Kak Yuan diam! Haikal lagi khawatir tau sama kak Dev!" Ucap Haikal sedikit ngegas.
Yuan memutar bola matanya malas, lalu kembali menyuapi Devian.
"Gue baik kok gapapa." Jawab Devian pelan, dia masih lemes sih.
"Sebenernya gue gak mau ngajak ini bocah-bocah tapi mereka ngotot mau ikut." Ucap Gio berjalan menuju sofa untuk menaruh tas Devian serta Rizal yang ia bawa.
"Eh itukan tasnya Rizal, si Rizalnya mana? Tadi ada latihan kan Jun?" Tanya Devian bingung, kalo Rizal masih latihan kan pasti tasnya di bawa kok malah di titipin sama Gio.
"Hari ini gak ada latihan kok kak, kak Rizal juga gak kelihatan tadi di sekolah." Jawab Juna
"Lho? bang... Izal mana?" Tanya Devian sedikit merengek pada Yuan.
Yuan menggaruk tengkuknya gatal, sedikit mengumpat pada Gio yang malah membawa tas Rizal, padahal dia sudah kasih tau Kevin buat dia aja yang bawa tasnya Rizal bukannya Gio.
Awas aja tuh bocah –Yuan
Narendra yang sepertinya mengerti suasana mengalihkan perhatian Devian, "kak Dev kita bawain roti sama buah buat kakak." Ucap Narendra mengangkat tinggi-tinggi jinjingan plastik berisi buah pada Devian.
"Gak juga sih kak, itu aslinya gue sama Andy yang bawa, mereka mah bawa diri doang yang di bawa Nana juga punya gue itu!" Ucap Rendy
"Apaan gue bawa semangka nih! Liat nih!" Ucap Ale tidak mau kalah, ia mengangkat Semangka yang ia bawa lalu menaruhnya di atas ranjang Devian.
"Ewh.. gue dong kesini bawa cinta dan kasih sayang~ ya gak kak?" Haikal menaik turunkan alisnya genit.
"Ih najis!" Alis Devian mengernyit jijik mendengar ucapan Haikal.
TBC.
Pendek ya?
Sengaja
Ehe.
Semangat semuanya!
Luv u all ❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
ADITAMA • SuperM ✓
FanficSelamat datang di KELUARGA ADITAMA (09.01.2021) - (25.09.2021)