•Terungkap¹•

1.7K 168 112
                                    

Devian berjalan di lorong sendirian menuju kelasnya, belum banyak siswa karna masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah.

Ia juga tidak tau kenapa bang Rey mengantarnya sepagi ini padahal biasanya mepet telat, tapi biarlah itung-itung menghirup udara pagi di sekolah, kan jarang-jarang juga dia berangkat sepagi ini.

Sampainya di kelas Devian langsung menaruh tasnya di atas meja, duduk dengan tenang sambil menunggu Gio datang.

Tak lama beberapa siswa datang memasuki kelas, begitu juga Gio yang berjalan menghampiri bangkunya.

"Oi Dev! Tumben nih jam segini udah Dateng." Ucap Gio duduk di sebelah Devian, di bangkunya.

"Hehe.."

"Hehe hehe! gila lu?" Cibir Gio menirukan cengiran Devian.

"Oh ya gimana Rizal? Baik-baik aja kan dia?" Tanya Gio sembari mengeluarkan Tupperware sedang berwarna kuning dari dalam tasnya.

"Bunda bikinin kue buat lu." Lanjut Gio memberikan kue tersebut pada Devian.

Devian langsung menerimanya dengan senang.

"yeayy!!" Sorak Devian senang

Gio hanya tersenyum kecil melihatnya, tangannya mengacak rambut Devian pelan.

"Gue tanya tadi, Rizal gimana?" Gio kembali mengulang pertanyaannya.

"Baik kok, tapi gitu... Kakinya di perban, kasian." Ucap Devian, bibirnya melengkung kebawah, sedih mengingat keadaan Rizal sekarang.

"Gapapa nanti juga sembuh kok si Rizal." Kata Gio.

Devian hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, membuat Gio tersenyum tipis.

"Udah sarapan?" Tanya Gio

"Udah."

"Bagus deh, sekarang temenin gue yuk, laper nih belum sarapan." Ucap Gio menarik tangan Devian pelan.

"Okey!"














.














"Sekarang bukan cuma winandara yang kita awasin tapi kedua anaknya juga."

Galuh terdiam mendengar perkataan Cahyo.

"Winandara sendiri sudah mendekam di penjara, dan sekarang dua anaknya yang mungkin akan balas dendam sama keluarga lu." Lanjut Cahyo

Alis Galuh bertaut tidak mengerti, "maksudnya? Bukannya lu bilang anaknya cuma satu?" Tanya Galuh

"Gue juga baru tau kemaren, dia gak tinggal bareng winan tapi dia tinggal sama tantenya."

"Oh syukur kalo gitu, berarti dia gak ada urusan kan sama kita."

"Gue harap gitu, tapi dia satu sekolah sama si kembar. Dan feeling gue rasa dia ada sangkut pautnya dengan Devian yang sempat keracunan Minggu lalu juga Rizal yang terkena paku di sepatunya kemaren."

Mendengar ucapan Cahyo membuat Galuh mengurut dahinya pelan.
"Terus gimana? Lu udah tau siapa dia?" Tanya Galuh.

"Belum, gue belum sempet liat wajahnya." Ucap Cahyo.

Galuh mengangguk mengerti, raut wajahnya terlihat lelah.

"Gue serahin semuanya sama lu, soal masalah kantor biar Irene yang urus, lu tetep fokus selidiki ini." Perintah Galuh, di angguki oleh Cahyo.

Dret...

Dret...

Dret..





ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang