•masih marah atau maafan?•

1.4K 159 46
                                    







Devian terus menatap langit-langit rumah sakit, ia sama sekali tak memperdulikan ucapan semua saudaranya yang tengah membujuknya.

Saat bangun tadi hingga ia telah selesai di periksa tadi oleh dokter Rehan, omong-omong masker oksigennya sudah di ganti dengan nasal caluna, dan ia sama sekali tidak mengeluarkan suara barang sedikit pun, dan itu membuat semua abangnya frustasi.

"Ian... Ngomong dong~ maafin Izal ya... Izal tau Izal salah tapi ian jangan diemin kita semua..." Ucap Rizal sedikit merengek pada Devian.

Tapi bukannya menjawab Devian malah menutup matanya, dan jelas sekali bahwa ia tidak mau di ganggu.

Galuh menghela napas panjang, tangannya menyentuh lengan Rizal pelan.

"Rizal kamu istirahat, biarin Ian juga istirahat. Kamu pulang sama bang Rey nanti Yoga sama Yuan nyusul, oke?" Ucap Galuh, menyuruh Rizal pulang karna kondisi kakinya juga belum sembuh benar.

Rizal menggeleng tidak mau, "Izal mau disini, nemenin Ian. Di sini ada sofa Izal bisa tidur di sofa, nanti biar Abang yang tidur di lantai."

Kesel sih, tapi yaudah lah, dari pada ribut. Batin Galuh bersuara.

"Yaudah Abang panggilin perawat biar nambah brankar satu lagi, biar kamu tidur di sini." Ucap Galuh membuat Rizal mengangguk senang.

"Gue juga bang gak mau pulang!" Kata Yuan saat tadi namanya di sebut.

"Yaudah gak ada yang pulang, biarin nanti Dimas, Abang suruh bawa perlengkapan kalian." Ucap Galub pasrah saat adik-adiknya tidak ada yang mau mengalah.























.






















Saat Dimas datang bersama Rey, suasana ruangan sudah sepi karna memang waktu sudah menunjukkan pukul dini hari.

Ia juga Rey Baru saja pulang dari rumah untuk mengambil beberapa perlengkapan sang adik.

Dimas berjalan menghampiri Galuh yang memang masih terjaga di samping Devian, sedangkan Rey berjalan ke arah sofa, menaruh tas yang ia bawa di samping tubuh Yoga yang tertidur dengan posisi duduk, sedangkan Rizal dan Yuan mereka berdua tidur di atas brankar yang di minta Galuh pada perawat.

Dengan pelan Rey mengubah posisi Yoga agar terbaring di atas sofa membiarkan tas yang ia bawa sebagai bantalan.

Setelah selesai ia kembali berjalan menuju Dimas juga Galuh yang tampak mengobrol dengan suara pelan.

"Jadi Ian harus kemo? Kenapa gak langsung operasi aja bang?" Tanya Dimas pelan pada Galuh duduk di samping ranjang Devian

"Cari pendonor sum-sum tulang belakang itu susah, tapi Abang janji selama masa kemoterapi Devian Abang juga akan cari pendonor yang tepat untuk adek abang." Kata Galuh menyakinkan Dimas.

Rey yang sudah berdiri di samping Galuh, ikut mendengarkan.

"Abang gak mau kehilangan adek Abang, cukup papa yang pergi. Adek-adek Abang jangan ya? Abang sayang kalian." Galuh berucap dengan lembut tangannya mengelus rambut Devian pelan.

"Bang, Rey juga gak mau kehilangan adek, gak mau kehilangan kalian keluarga Rey, Rey janji bakal jagain Ian juga adek yang lain!" Ucap Rey sungguh-sungguh.

Galuh dan Dimas tersenyum mendengarnya, Galuh meraih kepala Rey untuk mengusak rambut Rey gemas.

"Adik Abang yang kedua sudah besar ya!" Ucap Galuh sembari terus mengusak rambut Rey.

ADITAMA • SuperM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang